PLAY MUSIC:
Serendipity - Park Jimin💛🧡
Rose POV
Mataku sedikit menyipit ketika mendengar pintu kamarku berdecit, mengindikasikan bahwa seseorang masuk. Karena terlalu lemas dan mata masih sayu, aku tidak ingin repot-repot memeriksa siapa orang itu.
Yah, mungkin itu hanya salah satu dari rekanku.
Aku dan ketiga member lain seharusnya melakukan V-live malam ini tetapi tubuhku tidak bisa diajak bekerja sama sekarang.
Setelah Jisoo unnie, Jennie unnie dan Lisa membangunkanku lebih awal dari tidurku yang singkat, kami segera kembali ke asrama agar aku bisa istirahat.
Aku bahkan nyaris tidak ingat bagaimana aku bisa masuk rumah karena aku sangat yakin aku kedinginan dan menubruk van tadi. Jika saja aku tidak benar-benar tidur di sofa di M! Countdown, aku bersumpah aku bahkan tidak akan mampu bergerak sedikit pun.
Senyum kecil tersungging di sudut bibirku ketika mengingat betapa tenangnya aku tidur sebelumnya.
Aku bermimpi tentang suamiku.
Ya, si brengsek suamiku, Park Jimin.
Namun tadi dia agak aneh karena dia sangat manis yang membuatku mengidentifikasi bahwa itu memang hanya mimpi karena, ya, Park Jimin tidak semanis itu. Setidaknya, dia tidak seperti itu sebelumnya.
Berpikir bahwa orang yang baru membuka pintu adalah Jisoo unnie yang mungkin kemari untuk memeriksaku lagi, yang telah dilakukannya setiap tiga puluh menit, aku memanggil namanya. Tenggorokanku terasa agak kering.
"Jisoo unnie ..., bisakah kau memberiku segelas air?" Aku dengan pelan bertanya kepadanya, suaraku serak sehingga terdengar seperti bisikan.
"Ne. Satu detik."
Setelah beberapa menit, aku merasakan seseorang duduk di samping tempat tidurku. Perlahan-lahan aku mencoba bangun sehingga aku bisa duduk.
"Minumlah ini juga." Aku melihat obat di depanku yang dengan senang hati kubawa ke mulutku sebelum meminum air hangat.
Setelah selesai, perlahan-lahan aku kembali tidur. Sebelum kesadaranku tergantikan alam mimpi, aku melihat dua sosok meninggalkan kamarku.
Satu, aku yakin adalah Jisoo unnie, yang lain, aku pikir sudah familar tetapi diriku yang tak fokus tidak bisa lagi membedakan.
Tidak, tidak mungkin. Aku berkata pada diriku sendiri.
Tubuhku sedikit menggigil, suhu ruangan membuatku kedinginan. Tanganku bergerak melintasi tempat tidur, mencoba menemukan selimut yang kupakai sebelumnya, berharap setidaknya akan sedikit meredakan rasa dingin yang merembes ke tubuhku.
Setelah berusaha keras, aku segera menyerah dan duduk untuk hanya memeluk tubuhku. Dengan tanganku sendiri. Aku menyesal tidak mengganti piyamaku sebelum mengempaskan diri ke kasur.
Namun kemudian, aku merasakan kulit yang hangat menyelimuti seluruh tubuhku, tempat tidurku bergoyang sedikit karena gerakan seseorang. Bau parfum yang akrab merayap ke seluruh ruangan.
Setelah kulit hangat tersebut menyelimutiku, aku merasa tubuhku perlahan berhenti bergetar, akhirnya tubuhku sedikit menghangat.
"Hmmmm," gumamku ketika aku menarik tubuh orang itu sedikit lebih dekat, mati-matian mencoba meminjam kehangatan yang ditawarkannya secara bebas.
Kemudian aku mendengar tawa. Mataku terbuka dan melihat sepasang mata yang begitu dalam, bibirnya melengkung menjadi senyuman.
Aku menahan napas sejenak, tidak mampu memproses pemandangan di depanku.
Tawa kecil keluar dari bibirku, "Mengapa aku terus bermimpi tentangmu?" gumamku.
Wajah orang itu tampak geli, hidungnya sedikit mengerut, "Ya, benarkah?" bisiknya.
"Aduh! Dan sekarang kau menjawab!" Aku berseri-seri seperti anak kecil yang akhirnya diberi permen.
"Apakah kau selalu bermimpi tentangku?" suaranya lembut seolah takut akan apa jawabanku.
Sekali lagi, aku memejamkan mata, mencoba melawan keinginan untuk kembali tidur.
"Kau baik-baik saja?" gumamnya.
Aku bergerak sedikit, meringkuk sedikit lebih dekat ke lelaki yang terus-menerus mengganggu pikiranku, "Aku baik-baik saja..." jawabku.
Mataku kembali terbuka untuk melihat apakah wajahnya masih terlihat di depanku.
Tidak dapat menahan, tangan kananku secara otomatis mulai bergerak sendiri, menelusuri garis-garis indah wajahnya, dengan hati-hati menyentuh setiap sisinya, terlihat imut. "Dalam mimpiku, kau selalu tampak manis dan peduli."
Kebingungan memenuhi matanya, tetapi dia tidak berani menggangguku karena entah bagaimana, mungkin dia berharap dia akan mendengar lebih banyak isi pikiranku. "Itulah mengapa aku bisa tahu ini mimpi," kataku merasa bangga pada diri sendiri.
Aku tidak bisa berhenti mengoceh, masih berpikir bahwa dia hanyalah ilusi. "Aku tidak akan berpelukan dengan suami brengsekku seperti ini jika ini nyata."
Sekali lagi, wajahnya berkerut, ekspresi wajahnya terlalu keras. Aku mulai merasa aneh, mengapa pria di depanku ini sepertinya menunjukkan banyak emosi dalam mimpiku.
"Dia benar-benar bodoh bagimu, ya?" Dia bertanya. "Tapi aku tidak ingat kapan terakhir kali aku mendorong penisku ke wajah wanita manapun belakangan ini," gumamnya.
"Dia juga brengsek, Mr. Tahu yang bodoh dan sombong," kataku masih tersenyum.
Aku menyaksikan wajahnya semakin mengernyit. "Tapi aku tidak benar-benar membencinya. Bahkan, aku merasa tidak enak untuknya."
Ya, aku tidak membencimu sebanyak itu, Park Jimin.
Aku yang bersalah dalam seluruh situasi ini. Untuk apa menyalahkannya, dia juga sama-sama kacau dalam situasi ini karena aku juga tidak punya daya untuk mencegah pernikahan kami.
Dia mungkin memiliki seseorang yang istimewa dalam hidupnya dan hubungannya yang aneh denganku mungkin membuatnya putus dengan kekasihnya.
"Bolehkah aku bertanya kenapa?" Aku mengerutkan hidungku.
Jari telunjukku tiba-tiba mulai menepuk pipi kecilnya yang lucu, "Di mana pipimu yang chubby?" tanyaku, sedih karena pipinya yang imut dan lembut sudah hilang, tapi matanya masih melekat pada fitur yang lebih jelas mengalir di wajahnya.
Aku mendengarnya tertawa. "Kau aneh."
Aku tersenyum. "Ya, aku," kataku padanya, menguap keluar dari bibirku.
"Kembalilah tidur," gumamnya dengan lembut sambil berusaha bangkit dari tempat tidur, menyingkir dari sesi meringkuk denganku dalam lima menit ini. Rasanya seperti selamanya.
Tapi, lebih baik seperti ini selamanya.
Secara tidak sengaja, rengekan lembut keluar dari mulutku, tidak ingin membiarkan pria yang aku pikir ini hanya muncul secara ajaib dalam mimpiku pergi dulu.
"Stay...." Mataku berkaca-kaca, penyebabnya suhu tubuhku yang kembali panas karena kehilangan kehangatan.
Aku melihatnya menelan ludah. Mataku menjadi bingung ketika melihat bagaimana dia tampak ragu-ragu sejenak sebelum dia perlahan-lahan kembali memelukku.
"Oke, kembalilah tidur, aku akan tinggal bersamamu...." Aku tersenyum sebelum menutup mataku, kehadirannya entah bagaimana membuatku merasa nyaman.
Dan aku menyukai perasaan aneh ini. Sangat menyukainya.
Baru saja aku akan menutup matak, aku yakin aku mendengarnya menggumamkan sesuatu yang familier.
"Sleep tight, my princess...."
Dan kemudian aku tertidur.
* * *
KAMU SEDANG MEMBACA
Secretly Married
Fiksi PenggemarRATE: Mature === Roseanne Park, Park Chaeyoung atau BLACKPINK Rose - begitulah semua orang mengenalnya. Dia baru saja memulai debutnya di bawah salah satu agensi hiburan terbesar di Korea Selatan, YG Entertaiment. Semuanya berjalan dengan baik dan...