1. RASA KHAWATIR

1.1K 41 0
                                    

Sedikit informasi, bukan cuma cewek aja yang bisa khawatir dan mengkhawatirkan pasangannya. Cowokpun bisa, dan bahkan tergolong lebih parah dari cewek.

"Apa pendapat lo tentang pasangan hamil diluar nikah?"

"Elo ngomong sama gue?" Tanya Salsha yang melihat sahabatnya berbicara namun tidak ada salah satu dari temannya yang menyahutinya.

"Dikacangin sama handphone gue."

"Gimana kalo gue jadi kakak ipar elo. Astaga gak kuat gue tinggal satu rumah sama elo Sal. Ampuni saya tuhan. Saya hanya ham-- Aw." Stefi mengaduh karna ulah Salsha yang se enaknya menjitak kepalanya. Seorang dokter muda yang pintar sekaligus belum lulus koas ini masih saja uring uringan.

"Kenapa elo jitak kepala gue anjir. Kepala gue difitrahi pake satu kambing lima ayam jantan buat bagi bagiin ke tetangga, gak guna banget elo." Protes Stefi tak terima. Jitakan dari calon adik iparnya ini lumayan sakit ternyata.

"Jadi cewek gak usah sok suci. Kalo sebenernya elo udah gak suci lagi."

Salsha tumbuh dengan berbagai perubahan.

Sekarang Salsha berusia 20 tahun yang sukses menjalankan bisnis keluarganya. Namun keinginannya hanya mendapat 25% harta keluarganya.

Dan menurutnya 75% pun dirinya tak akan bisa menjalankan perusahaan sebesar itu. Ia akan menyerahkan 75% itu pada kakaknya.

Ari Nawal Adrin sosok pria yang sukses membangun berbagai bisnis di berbagai bidang. Penerus keluarga Adrin dengan berbagai banyak perusahaan.

Namun bukan keinginannya memimpin perusahaan yang kenyataannya memang besar. Ini bukanlah keinginannya namun memang inilah keadaan. Keadaan yang mengharuskan anak melanjutkan perusahaan ayahnya.

Dan kerja kerasnya tak sama sekali membuatnya sombong. Ari juga tetap saja Ari. Penyayang adiknya. Tameng untuk adiknya. Dan selalu sayang pada adiknya.

"Itu mulut kalo di gunain jangan se enaknya. Pengen gue jait? Gak ada enak enaknya di denger. Kali kali lebih sopan ke gue. Gue ini doker."

"Ralat Stef bukan dokter. Tapi masih asisten dokter yang gak kelar kelar koasnya."

"Mulut elo lemes banget perasaan. Kalo ngomong gak pernah miror. Elo juga belum kelar skripsi nyet."

"Ledek ledekan terus. Kaya gak ada kerjaan aja. Udah pulang aja yuk Cas. Percuma udah pada berumur kepala dua tapi otak anak SMA." Caitlin mulai ambil suara. Sadari tadi keduanya hanya fokus pada makanan di depannya dan benda di tangannya.

"Lagian elo berdua kenapa cuma diem aja. Kaya gak ada pembahasan aja. Setiap ketemu selalu aja makan main handphone. Kaya gak ada waktu aja." Benar. Yang Stefi ucapkan sepenuhnya afalah kebenaran.

Keduanya terdiam dan saling menatap, lalu satu menit seletahnya angkat bicara.

"Kaliannya aja yang asik sendiri. Gue sama Caitlin juga sadar kali. Kalo percakapan antar ipar gak akan cepet kelar."

Casie menjadi sedikit agak sensitif dengan pembahasan seperti ini. Ke tiganya memang sangat dekat. Namun semenjak Stefi berpacaran dengan Ari kakaknya Salsha. Casie merasa jika Stefi hanya sok asik dengan Salsha. Dan Casie dan Caitlin selalu menjadi pendengar saja. Itupun lebih baik.

"Bukan percakapan antar ipar kali, kalian juga main handphone. Harusnya tuh gak kaya gini. Merasa kalian paling penting. Paling sibuk. Gue pikir kita semua juga sibuk." Ucap Stefi kembali memperkeruh suasana.

"Udah Stef udah. Gak usah di perpanjang bisa kan, ini cuma masalag sepele." Ucap Salsha menenangkan suasana panas di sekitarnya. Caitlin hanya diam dan memakan makanan di depannya itu

2ND LOVE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang