9. BISIKAN IQBAL

503 23 1
                                    


Membuat nyaman adalah kewajiban, tunggu tanggal mainnya saja. Saat kamu berubah dan memihak dia, dan berniat untuk mengkhianatiku.


"Udah Al, gak semua pikiran negatif lo semuanya tersampaikan. Tapi, saran gue mau lo nething ke pacar lo berlebihan lo gak ada hak buat Salsha gak nyaman dideket lo."

"Tapi kenyataannya, cewek bisa aja nyaman kalo cowok itu selalu ada dan deket di sekitar dia. Gue khawatir, karena kerjaan gue akhir akhir ini lagi banyak banget. Ngeluangin waktu buat dia jadi semakin sedikit. Lah dia kan gampang, udah kantornya deket, Iqbalnya juga nempel mulu sama Salsha. Gimana gue gak takut coba."

Beginilah Aldi, dilihat dari depan memang tampan, tegas, berwibawa dan cool. Namun dibelakang dia terlihat sangat lucu, pemarah, posesif dan pencemburu.

Aldi kembali berkutat dengan tumpukan berkas didepannya, tak sering dia juga melakukan aksi nekatnya. Mengerjakan berkas versi laptop berjam jam, bahkan hampir 1 hari dia berkutat dengan laptopnya.

"Berdoa aja. Semoga Salsha gak tertarik sama Iqbal, sama cowok lain kalo perlu."

Bastian terus saja berdecak, benar benar!

***

"Makan siang bareng?"

"Gak ah, keseringan gue makan bareng sama elo. Gue juga punya cowok, Bal." Tolak Salsha secara halus.

Bersama dan selalu bersama disetiap waktu dengan Iqbal, membuat Salsha juga merasa sedikit agak risih.

Kantor Salsha dengan Aldi sekarang memang sangat berjauhan. Aldi dipindahkan di kantor pusat, pasalnya banyak sekali kekeliruan dan mau tidak mau Aldi juga harus turun langsung karna ada tangan yang usil dalam penanganan perusahaannya.

Casie juga sempat cerita jika Bastian sekarang sangat sulit dihubungi, pasalnya Bastian bekerja sebagai astiten dan sekertaris Aldi, tipikal Bastian sangat simple. Jangan jadi penerus keluarganya karna mengurus berkas setebal itu merupakan kelemahannya.

"Makanya jangan pacaran rasa LDR, perasaan masih satu negara tapi kok kaya beda benua aja."

"Dia kan lagi cari duit biar bisa jajani gue. Ya kali mau beliin gue permen kapas kaya di pasar malem pas jaman jamannya SMA." Salsha mendengus sebal dan kembali duduk pada kursi kebesarannya.

Mood makan siangnya benar benar hancur karna Iqbal pergi ke kantornya dan membicarakan soal ini. Salsha memandang ponselnya nanar, jika sedang sibuk Aldi memang tidak akan sempat memegang ponselnya.

Memegang sjaa tidak apa lagi menghubungi. Jika dia sudah ditempatkan dipusat sudah pasti Salsha akan terus terabaikan.

"Gak usah diliatin terus kali Sal, kalo dia gak ditelfon gak bakal kesambung sampe sini."

Iqbal kembali mencibir dengan memfokuskan pandangannya menatap isi ruang kerja Salsha. Banyak asesori pendukung di ruangan ini. Isinya memang tidak jauh berbeda dengan ruang kerja Aldi, karna yang mendesain semua ini Aldi sendiri. Hanya untuk mempermudah mencari sesuatu yang mereka sukai.

"Sal elo gak takut gitu, misal Aldi tertarik sama turis disana? Secara turis lebih bening dari elo yang emang gini gini aja?" Golok mana golok! Gue bacok baru tau rasa ini bocah. Begitu gerutuan Salsha yang sudah mengepalkan tangannya dan memperlihatkan buku putih dijarinya.

"Laki laki sejati gak akan gampang ketipu sama tampang bule dan hati brekele. Gue lebih tahu gimana hati pacar gue, dia setia sama gue. Dan walaupun elo sahabatnya tetep aja gue yang paling paham dan mengerti gimana cara dia menjaga hati dia demi gue."

2ND LOVE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang