46. KEMARAHAN ALDI

258 22 3
                                    


Hidup itu gak susah, emang guenya aja yang pengen menunda hidup gue untuk sukses.


"Minggir." Tangkis Bastian pada Casie. Keduanya sedang dirundung masalah yang sepele.

Namun sekarang Bastian yang sedang sensi. Hanya Casie menolak untuk melakukan kewajibannya tadi malam, Bastian marah dengan sangat awetnya.

"Ya ampun ay, bukannya aku gak bisa layanin kamu. Tapi aku emang lagi halangan." Jawab Casie berbicara pada Bastian supaya percaya jika dia memang bener sedang dalam masa merahnya.

"Kalo kamu lagi halangan, harusnya ada bekas pembalut dikamar mandi. Tapi emang gak ada, kamu bohongin aku ya?" Tanya Bastian curiga, entah kenapa semenjak menikah Bastian lebih sering melakukan service, ketimbang bermesraan.

Sewaktu berpacaran dengan menikah Bastian berubah drastis, sepertinya semenjak mengerti apa yang namanya enak. Dia lebih mengedepankan Casie sebagai pemuas batin.

"Eh." Casie kaget, Bastian benar. Ya kalo Bastian bakal liat bekas pembalutnya dikamar mandi.

Malu anjir!

Bukannya menjawab lagi, Bastian kembali menyilangkan kedua tangannya didadanya bertanda menantang. Meminta jawaban yang lebih logis lagi.

Bastian memincingkan sebelah alisnya, bingung. Bukannya Casie akan membujuknya lagi, justru dia malah memilih pergi menuju lemarinnya untuk mengambil sesuatu hal.

Melihat gerak gerik Casie yang aneh, Bastian hanya ikut membututi langkah istrinya. Casie mengambil sebuah alat sepanjang dua jari.

"Kamu mau ngapain yang?" Tanya Bastian bingung, pasalnya bukannya menjawab Casie malah pergi menuju kamar mandinya.

Dan sekarang Bastian yang bungung, Casie mendiamkannya. Casie keluar dari kamar mandi dengan wajah yang cemas.

Dia sangat cemas, hingga keringat bercucuran dan menggigit bibir bawanya. Dia gugup.

"Kamu kenapa?" Tanya Bastian bingung, dia menarik Casie kedalam pelukannya. Kemudian dia mengelus puncak kepala Casie dan menciumnya dalam.

Kemudian Casie mengeluarkan benda yang sering disebut dengan Testpact dan memberikan pada Bastian.

Bastian bukan manusia yang tidak tahu apa fungsi dari benda itu. Ada dua garis merah, dan itu membuat Bastian sedikit tertegun.

"Aku hamil." Ucap Casie lirih, dia meneteskan air matanya. Casie takut jika Bastian tidak akan bertanggung jawab.

"Ssttt. Kenapa kamu nangis hem?" Tanya Bastian bungung, kenapa Casie menangis.

Bahkan dirinya sangat bahagia, matanya berbinar terang. Dia menginginkan anak, dan bayi itu.

"Aku takut. Aku takut kamu gak mau nerima bayi ini." Ucap Casie dengan mengelus perutnya yang masih terlihat rata.

"Astaga sayang." Bastian mencubir kedua pipi Casie gemas, kenapa otak kecilnya bisa sampai berfikir seperti itu?

"Aku bahagia kalau aku mau jadi papa." Bastian memeluk tubuh Casie lembut dan mencium bibir istrinya gemas.

"Jadi, jangan berfikir kalo aku gak akan bertanggung jawab atas kehamilan kamu. Kehamilan kamu, udah aku tunggu tunggu dari dulu. Makanya aku sering minta jatah tambahan." Bastian terkekeh sebentar. Dia memang sering meminta lebih dari biasanya. Dan karna itu juga Casie sedikit menolak keinginan Bastian yang sedikit agak hipersex.

2ND LOVE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang