18. MUSUH

214 11 0
                                    

Terima kenyatan, apa milih mundur? Kalo gue jadi elo, gue bakal serahin Salsha. Hidup lo dan keluarga lo gue jamin akan aman.

Hari esok sudah tiba. Namun mereka semua belum kunjung berbicara, ataupun menceritakan apa yang sebenarnya terjadi. Casie yang selalu menatap tajam pada Aldi membuat Bastian hanya diam tak ingin mengganggu.

Casie memang sudah mewanti wanti Bastian. Jika terjadi sesuatu yang mengakibatkan seperti ini. Bastian harus lebuh mengutamakan keselamatannya, dan meninggalkan hal apapun itu.

"Sayang, udah. Kamu gak harus ngeliatin Aldi sampe segitunya, dia juga belum tahu apa yang lagi kita pegang. Jangan bikin suasana jadi tambah rumit okey? Aku bakal jaga diri kok."

Casie menatap kekasihnya dengan tatapan datar. Bastian meringis, jika seperti ini tamatlah riwayatnya.

Bastian menggaruk tengkutnya yang tidak gatal sama sekali. Ia mengintrupsi supaya Casie mendekat padanya. Tentusaja dengan Aldi.

"Apa?" Casie masih bertanya dengan nada ketuanya. Mempunyai Bastian pada jaman SMA sama sekarang bedanya jauh banget. Dan itu hanya membuat Casie ingin mengidap penyakit darah tinggi.

"Udah dong. Jangan marah marah mulu. Aku kaya gini juga bukan salah siapa siapa, akunya aja yang gak hati hati." Bastian memberi pengertian pada Casie, namun Casie masing tetap pada pendiriannya.

"Mana ada orang buka pintu langsung perutnya ketancep pisau lipat, sampe nembuscusus pula." Bastian menghela nafas lelah. Casie benar benar marah padanya. Karna kurang hati hatinya Bastian, hubungan Casie dengan Aldi merenggang hingga jauh. Menyalahkan Aldi sebagai kasus permasalahan yang paling besar.

"Sayang jangan bahas itu. Ini emang kecelakaan. Aku bakal lebih hati hati, aku udah sembuh kok, liat kamu senyum dan khawatir sama aku." Bastian tersenyum singkat, berbohong sama saja munafik. Dan itu Bastian lakukan demi hubungannya.

"Aku itu udah bukan akan SMA yang digituin aja mempan."

Casie lagi lagi memandang Aldi yang sepertinya sudah sangat frustasi dengan hubungannya. Malam Aldi tidak pulang sama sekali, hingga waktu inipun Aldi sangat terlihat kucel dan tidak menarik sama sekali.

Casie menatap Aldi mengejek. Seperti inilah yang harus Aldi alami dari dulu.

"Al." Bastian menatap Aldi yang saat ini sudah sangat bingung dan tak tahu tujuannya akan seperti apa.

"Maafin gue Bas, gue bodoh jadi sahabat. Gue bodoh sampe sampe orang yang disekitar gue yang selama ini bareng gue, dalam bahaya. Dan itu karna gue." Aldi menatap sepatunya. Masih dengan pakaian kemarin Aldi tampak sekali agak sedikit berantakan.

"Lo gak salah Al. Mungkin, gue yang terlalu menyayangkan hubungan lo. Gue baru pertama kalinya liat lo bahagia banget sama Salsha. Sampe sampe gue mengorbankan hubungan gue sendiri demi kebahagiaan hubungan lo."

"Tapi gak harus gitu juga, lo harusnya ngomong baik baik sama gue saat itu. Saat kita masih sekolah dan gak harus sampe berbelit segini panjangnya. Gue sampe malu sama diri gue sendiri. Gue gak becus jadi manusia. Temen aja sampe gue korbanin demi kesenangan gue." Aldi tersenyum sedikit. Entah kenapa hanya kata itu yang dapat Aldi tuturkan pada Bastian.

"Lo emang pantes bilang gitu. Bastian yang harusnya nyesel punya temen yang gak tahu diuntung kaya lo." Timpal Casie yang sudah sangat muak dengan drama didepannya itu.

2ND LOVE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang