Kau tak harus malu, semuanya hanya tergantung diri kamu.
***
(Namakamu) hampir saja melupakan mengabadikan moment setelah menginjakkan kakinya di Negeri orang. Kamera milik Iqbaal yang di gantung di leher. Ia arahkan ke segala tempat. Termasuk ke arah suaminya. Ia memastikan hasil tangkapannya bagus menekan tombol terus hingga akhirnya langkahnya terhenti saat di kameranya terpampang jelas perempuan yang tak Ia kenalinya berpelukan mesra dengan Iqbaal. Senyum yang lebar menandakan kebahagiaan diantara mereka. Ia menggesernya lagi hingga beberapa potret perempuan itu.
"Mas Iqbaal?" Panggilnya membuat Iqbaal berhenti dan menoleh. "Ini kamera siapa?"
"Kamara aku, kenapa?"
"Ini yang namanya si Bella?" Tanya (Namakamu).
Iqbaal menyipitkan matanya. Ia bingung dengan gambar itu. Padahal Memori Card sudah Iqbaal ganti kenapa masih ada foto-foto lamanya itu. Lalu matanya menangkap (Namakamu) yang tengah menatapnya. "Kok bisa ada. Padahal Memori udah aku ganti."
"Sebentar, aku ada dua memori kayaknya salah pasang deh."
(Namakamu) membuka kamera memberikan pada Iqbaal. "Jadi itu yang namanya Bella?"
Iqbaal menoleh. "Bukan. Itu alm. Istri aku."
"Oh. Sorry saya gak tau!"
"Itu kenangan lama jadi aku save disini. Kamu gak cemburu kan soal ini?" Tanya Iqbaal. "Dia Ibunya anak-anak."
"Bahkan jika ribuan foto cewek pun ada di kamera itu aku gak akan perduli!"
"Tapi satu, aku juga bisa nyimpan semua kenangan sama pacarku dulu," imbuhnya.
"Jadi, kamu maunya gimana?"
"Terserah kamu. Kalo foto mantan istri kamu masih ada di sana. Foto pacar aku juga masih ada di hp aku!"
"Stop. Pacar apa kamu itu udah nikah!"
"Stop juga. Kamu udah punya istri baru!"
***
10.21 waktu Canada.
Jari jemarinya lihai di atas keyboard laptop di atas meja. Setelah perdebatan yang panjang saat menuju hotel akhirnya (Namakamu) sampai dan sudah selesai dengan kegiatannya. Dimana Iqbaal? Laki-laki itu baru saja izin keluar untuk membelikan kopi hangat untuknya dan dirinya.
"Restaurant?" (Namakamu) berfikir sebentar. Ada bagian chat dari Hanif membuatnya pusing. Mike ternyata memintanya datang ke sebuah Restaurant. "Cara gue bilang mau keluar apa ya?"
Ia bergegas menutup laptopnya saat mendengar suara pintu terbuka. Itu pasti Iqbaal suaminya yang sudah kembali. (Namakamu) menoleh.
"Ini buat kamu." Iqbaal meletakkan dua cup kopi hangat dan dessert. "Kamu suka cake atau apa gak? Next time kita makan bareng di sana katanya gak boleh di bungkus. Jadinya aku beli donat."