Kalau dikasih tahu jangan ngelawan apalagi ngebantah.
***
"Oh ya. Sebelum aku ke kantor aku mau jenguk istri pertama aku dulu. Kalo kamu mau ikut, ayo? Sekalian kamu kenalan sama dia."
Pernyataan itu membuat (Namakamu) bungkam. Yang tadinya Ia sibuk merapikan buku tugas yang berserakan di meja kali ini langsung berhenti. Ia terkejut tapi kali ini Ia harus tenang. Jadi selama ini suaminya itu masih berkomunikasi baik dengan istri pertamanya. Lalu mengapa mereka cerai?
"Gak Mas!" Tolaknya. (Namakamu) meraih ponsel. Duduk di kursi kerja. "Teh Ody katanya mau datang Kakak kamu jadi gak usah. Aku juga gak perlu kenalan sama mantan kamu. Lagian buat apa? Gak ngaruh buat hidup aku."
Alis Iqbaal tertaut bingung. Ia meraih tas kerja dan menghampiri sang istri terlihat bad mood. "Kamu marah?"
"Gak sih. Tapi kalo semisal aku ketemu sama Mike dan ngobrol panjang kamu juga gak perlu marah. Kamu sendiri masih suka ketemu sama mantan istri kamu. Atau jangan-jangan setiap hari kamu ketemu sama dia? Terus kenapa cerai. Kenapa harus..."
"(Namakamu) udah, stop. Setelah menikah aku gak pernah kesana lagi. Terakhir waktu sama anak-anak minta izin buat menikah lagi."
"Terserah deh." (Namakamu) bangkit dengan kasar. "Mau ketemu istri kamu silahkan tapi yang jelas aku juga bisa balas kelakuan kamu itu!"
"Loh. Kalian lagi pada ngobrolin apa? Iqbaal udah siang bukannya berangkat," seru Rike saat berada di ambang pintu. "Kata kamu mau nengok ke Zidny. (Namakamu) ikut gak?"
(Namakamu) menatap mertuanya tak suka. Barulah ke suaminya yang menampilkan wajah tanpa dosanya itu. Tangan (Namakamu) mengepal, bahkan Rike tidak bisa menjaga perasaan menantunya jadi kali ini (Namakamu) harus melakukan hal yang sama.
"Ada apa?" Tanya Rike memastikan.
Iqbaal mengusap kasar wajahnya. "Aku gak jadi pergi deh Bun! Keburu siang takutnya telat langsung ke kantor aja."
"Kenapa?" Lagi-lagi Rike bertanya membuat (Namakamu) menekuk alisnya. "Apa (Namakamu) gak ngebolehin?"
"Ah gak Bun. Udah siang aku takut telat."
(Namakamu) bersidekap dada. "Oke. Jadi Bunda juga ngedukung Mas Iqbaal buat ketemu mantan istrinya? Nanti kalo aku ketemu sama mantan pacarku kalian gak usah marah! Apa yang Mas Iqbaal lakuin ke aku. Kamu juga harus rasain hal yang sama!"
"Buat Bunda. Kalo gak suka aku jadi menantu Bunda lebih baik Bunda kembaliin aku ke orang tua aku. Mama, Papa, Abang aku masih nerima aku di rumahnya. Lagian kalo memang belum selesai sama masa lalunya kenapa harus nikah lagi sih!"
"(Namakamu) kok kamu mikirnya jauh gitu. Bunda gak pernah bilang kalo Bunda gak suka sama kamu! Kamu di terima baik di keluarga kami. Kenapa kamu bisa ngomong kaya gitu?"
"Bun." Iqbaal menggeleng. "Biar nanti aku jelasin pelan-pelan."
"Ya menurut Bunda wajar ketemu mantan?"
Rike menggeleng. "Ya enggak Sayang. Tapi kan Iqbaal hanya ziarah ke makam almarhum istrinya."
"Makam?"
"Istri aku udah meninggal. Lebih tepatnya mantan istri aku. Ibu dari Alvaro dan Arvin," jelas Iqbaal membuatnya tak berkutik. "Kamu ngira aku ketemu face to face. Enggak (Namakamu)."
(Namakamu) terdiam.
***
"Cie yang udah punya istri baru," goda Ody kepada adik laki-lakinya. "Eh tapi aku gak datang pas nikahan kalian, maaf ya?"
(Namakamu) tersenyum dan mengangguk. "Tumben Teh Ody main ke rumah?"
"Ya aku baru pulang dua hari yang lalu dari Jerman biasa tugas bisnis suami aku jadi kita harus bareng. Ya lumayan ya menghilangkan pusing di rumah terus," kata Ody panjang.
"Cepet ya isinya. Kata Bunda udah dua bulan jalan ya?" Imbuhnya.
(Namakamu) tersenyum mengiyakan.
"Kalian mau berangkat kerja sekarang?" Tanya Ody.
"Ya nih. Tadi aku udah pesan ojek online buat anterin ke kampus. Kata Mas Iqbaal dia mau nengok mantan istrinya ya udah aku duluan aja. Soalnya ada ujian hari ini," sahutnya membuat Iqbaal menoleh. "Kalo gitu aku tunggu di luar aja ya Teh."
"Loh kan bisa bareng jalannya sama Iqbaal."
"Gak usah. Takut ganggu," balasnya lagi membuat Rike dan Iqbaal hanya terdiam. "Aku pamit ya assalamualikum."
"Kalian lagi marahan?" Tanya Ody pada Iqbaal.
"Ya mungkin (Namakamu) bete."
"Karena mau ziarah?" Tebak Ody.
"Ya."
Ody menggeleng. "Seharusnya kamu yang ngerti sekarang Baal! Istri kamu cemburu itu."
"Ya masa cemburu sama orang yang udah meninggal?" Kata Iqbaal.
"Karena dia belum nerima itu!"
"Zidny udah meninggal loh."
"Biarpun udah meninggal. (Namakamu) belum terbiasa soal itu! Kamu pernah cerita gak sebelumnya tentang kematian Zidny? Pasti gak!"
"Ya belum."
"Pelan-pelan dia harus tahu masa lalu kamu. Semua tentang kamu dia harus tau! Supaya dia bisa nerima semua itu."
"Teteh pun kalo di posisi (Namakamu) juga sama. Bukan ke marah sih lebih kenapa gak bilang dari awal, gitu," imbuh Ody.
Iqbaal mengangguk.
"Pulang kampus kamu jemput aja Iqbaal. Ajak makan siang atau jalan kemana. Kasih dia pengertian," pesan Rike. "Bunda juga kena batunya gara-gara kamu Baal."
"Terus sekarang aku harus kemana?"
"Terserah kamu. Kemana pun asal kamu bisa tangani masalanya."
BERSAMBUNG.
EH MAU BOCORIN SEDIKIT.
AKU NEMUIN KONFLIK BARU LAGI 😂
NEXT PART YA?
READY?
GIMANA PART INI?
Revisi : 1 Mei 2021
BHAHA, GAJE BANGET.