Hati yang terluka.
***
"Mas Iqbaal?" (Namakamu) berdiri di ambang pintu kali ini sepertinya menggelikan. Ia membawa nampan berisi segelas air minum, cemilan dan obat merah. "Aku boleh masuk?" Izinnya.
Iqbaal mengangguk mempersilahkan. Sudah dua hari semenjak kepulangannya dari Canada. Iqbaal menjadi sibuk dengan pekerjaan. Entah mungkin memang beneran sibuk atau hanya mencari kesibukan. Setelah pulang kerja dari pagi hingga sore. Malamnya selalu berada di ruang kerja. Dan akan kembali ke kamar saat istrinya sudah tidur lelap.
"Alvaro sama Arvin udah tidur?" Tanya Iqbaal.
(Namakamu) mengangguk. "Tadi Bunda minta aku anterin minum dan cemilan jadi aku sekalian bawain obat merah untuk luka yang gak sengaja kamu garuk itu."
"Ah ya. Makasih."
"Oh ya. Besok aku mau ke Kampus," katanya hati-hati.
"Bukannya masih ada waktu libur. Ada apa?"
(Namakamu) menghela napas. "Anak kamu tadi..."
"Anak kamu juga (Namakamu)," potong Iqbaal.
"Ya. Maksud aku Alvaro dan Arvin. Mereka ngerengek ke aku dan Bunda buat nemenin dia study tour minggu depan. Jadi, aku usul sama Raka buat bikin persiapannya di majuin aja biar aku bisa nemenin mereka study tour. Bunda juga bilang gak bisa karena pas banget sama hari pernikahan temennya," jelas (Namakamu).
Iqbaal mengangguk. "Makasih ya. Udah mau luangin waktu buat mereka. Kalo aku boleh jujur, mereka dari kecil belum pernah ngerasain pelukan seorang Bunda. Jadi aku berharap kamu bisa jadi Ibu sambung buat mereka walaupun perlu waktu untuk itu."
"Kalo boleh juga aku tahu. Memangnya Bunda kandung Alvaro dan Arvin kemana?"
"Iqbaal. Ada Aldi di luar katanya penting," sentak Hery di ambang pintu.
"Astagfirullah. Ayah ngagetin aja."
Hery tertawa. "Lagian udah malam lagi ngomongin apaan sih. Gak bisa di kamar atuh."
"Ya udah Ayah mau tidur dulu. Salam ke Aldi ya?" Sambung Hery lalu pergi.
"(Namakamu) nanti kita bahas lagi ya. Atau kalau kamu udah ngantuk bisa tidur duluan. Nanti aku kasih obat merah lukanya."
"Aldi siapa?" Tanya (Namakamu).
"Dia temen aku, cowok. Sekarang udah jadi sekretaris aku."
(Namakamu) mengangguk. "Ya udah. Aku mau ke kamar."
Iqbaal mengangguk bangkit bersama dengan istrinya. Ia meraih kedua lengan istrinya. "Makasih udah bawain aku minum dan obat."
"Sama-sama Mas."
Iqbaal mengusap puncak kepala istrinya. "I love you."
(Namakamu) terdiam. Menatap manik mata Iqbaal semakin dalam. Laki-laki itu terlalu cepat untuk jatuh cinta sedangkan (Namakamu) belum bisa membuka hatinya begitu saja. Ia membalas dengan anggukan kecil lalu beranjak pergi.
BERSAMBUNG.
ah ngawur sih keanya.
Yaudah segitu aja dulu yap hihi.
Jangan lupa di Vote dan Komentar ya kalian semua. Supaya aku bisa next dan tulis lebih semangat lagi Thanks you
Revisi: 30 April 2021