Meskipun hanya sebatas kata tak akan ku biarkan menjadi kecewa.
***
Dari dulu hanya (Namakamu) yang membuat Alvaro dan Arvin nurut namun sekarang semuanya tampak berbalik. Walaupun ia tahu bahwa ini adalah sebuah kesalahan, perminataan maaf selalu terlontar dari mulut (Namakamu).
Alvaro dan Arvin tergesa - gesa memasukkan bajunya ke dalam koper. (Namakamu) yang sudaha berusaha menahannya tidak ada jawaban dari kedua anaknya.
"Gak ada yang perlu di tangisin, sayang. Kalau mereka mau pergi biarin aja mereka pergi! Dia gak mungkin betah tinggal di luar sana, pasti sebentar lagi juga balik. "Yuk, ke kamar."
"Harus berani! Sekarang lo keluar dari kamar dan dorong bunda biar jatuh ke tangga," Alvaro membuat Arvin kebingungan lalu menoleh menatap saudara kembarnya. "Gue udah bentak dia sekarang giliran lo yang musnahin dia!"
"Al. Ini bukan bagian dari rencana, kita lakuin ini buat bikin mereka berdua buka mulut kan? Bukan bikin bunda kehilangan nyawanya."
"Lo kasihan sama pelakor itu, Vin?! Ini yang gue maksud kenapa lo jangan selalu dekatan sama dia, kenapa? Karena lo bakal kasihan."
"Tapi ini bukan rencana kita, Al!"
Alvaro menatap saudara kembarnya terbakar emosi satu detik lagi ia akan melanjutkan aksinya tanpa meminta bantuan Arvin. "Kalo lo takut, biar gue!"
"Al. Gue mohon jangan lakuin ini."
Semuanya sudah terlambat. Alvaro sudah pergi dari kamar miliknya.
***
JEDAR! JEDOR!
"(NAMAKAMU)!!"
Arvin dibuat terkejut oleh suara ledakan itu termasuk suara ayahnya yang tiba - tiba memanggil bundanya. Semuanya suara itu membuat Arvin melesat jauh pergi menuju ke sebelah tangga menyaksikan seluruh keluarga berkumpul di sana termasuk Alvaro dari ambang pintu yang tersenyum miring saat berhasil menembak dengan pistol yang sekarang Alvaro pegang. "Astagfirulah Alvaro!"
Kaki Arvin bergetar. Tidak, jantung Arvin. Tidak, seluruh tubuh Arvin bergetar melihat sang bunda terkapar lemas dengan darah menyelimuti tubuhnya. Arvin berniat pergi dari pandangan yang membuatnya takut, namun kakinya masih bergetar hebat. "Ini gak sesuai rencana. Ya allah, gue nyesel."
"AYAH TELPON POLISI! ANAK SIALAN INI UDAH NGEBUNUH IBUNYA SENDIRI!"
"Bang Arvin, itu suara apa?" Arvin dapat menatap ke arah Aleandri di hadapannya membawa boneka kecil di tangannya membuat dada Arvin sakit. "Kok nangis, bang?"
"Lea," Arvin mensejajarkan dirinya dengan Aleandri. "Masuk kamar, ya? Nanti bang Arvin susul Lea ke kamar."
Tak butuh waktu lama membuat Aleandri mengangguk. Arvin menjadi sedikit tenang karena adik perempuannya tidak tahu apa yang terjadi di bawah sana.
"KALO DENGAN CARA KATA DIA GAK NGAKU SEBENARNYA NYOKAP GUE DI MANA!! SEKARANG APA DENGAN CARA NGEBUNUH DIA, AYAH AKAN KASIH TAHU SEMUNYA?!"
Itu suara Alvaro, kekacauan kembali terjadi saat polisi sudah masuk ke dalam rumahnya. Arvin mengintip saat Alvaro di tembak di bagian kaki saat Alvaro berusaha menembak polisi itu. "Alvaro."
"BAWA AJA ANAK DURHAKA INI PAK!!"
Arvin masih terisak melihat Alvaro yang di bawa pergi namun semakin terisak saat melihat bunda terkapar lemas. Oh! Mungkin nafasnya sudah tidak mengalir lagi.
Ting! Ting! Ting!
Tante Bella : apa terjadi kekacauan?
Tante Bella : apa alvaro berhasil?
Tante Bella : bgst kenapa lo biarin adik lo di tembak!Arvin tak menghiraukan pesan itu, ia masih terisak di atas.
"Alvaro gak mungkin sendirian ngelakuin hal ini. Arvin pasti masuk di rencana buruk ini."
Setelah mendengarkan ayahnya mengucapkan kalimat lantang barulah Arvin bangkit dan pergi meninggalkan tempatnya. Termasuk Arvin pergi dari rumah melalui jendela kamar.
Ting! Ting!
Tante Bella : lo pergi!
Tante Bella : jangan ketauan polisi!***
OHH LEGA UDAH SAMPAI SINI GUE REVISI BENTAR LAGI GUE BAKAL NEXT PART YANG BAKALAN JADI AKHIR CERITA 'LITTLE WIFE'
Revisi : 3 Mei 2021