Good things, good day
Thank you, Mas Iqbaal"Usia kandungannya satu bulan dan itu artinya janin yang ada dalam perut Ibu (Namakamu) sebesar biji kacang polong. Ingat, tidur teratur, jaga kesehatan, makan-makanan yang sehat, no soda, no alkohol, dan banyak makan buah. Minum susu setiap pagi, sip?" Kata Dokter perempuan di hadapan keduanya itu. "Vitaminnya jangan lupa di minum."
Iqbaal tersenyum lalu memperhatikan wajah istriya di sebelah yang tampak tersenyum. "Baik Dok."
"Oh ya Pak Iqbaal. Usia kandungan ini memang rentan. Jadi tolong jaga istrinya supaya tidak melakukan pekerjaan berat. Dan mualnya, di trimester pertama memang wajar jadi jika Ibu (Namakamu) selalu muntah melihat makanan atau memakannya. Di maklumi. Karena itu wajar."
"Baik Dok. Terima kasih," kata Iqbaal.
Setelah itu Iqbaal mengajak istrinya keluar dari ruang dokter dan berjalan beriringan melewati lorong.
"Aku mau ambil vitamin dulu. Mau ikut atau mau nunggu di mobil?" Tanya Iqbaal.
"Aku tunggu disini." (Namakamu) menempelkan bokongnya di kursi panjang di depan beberapa deretan kamar. Mungkin lelah atau entahlah. Ia merasa sangat bosan.
"Ya udah. Aku pergi dulu," pamit Iqbaal meninggalkan istrinya.
(Namakamu) menghela napas. "Baru satu bulan. Semakin lama perut gue akan semakin besar. Gimana kuliah gue?" Lirihnya.
"(Namakamu)?" Sapa laki-laki yang Ia kenali itu.
"Mike?" (Namakamu) bangkit. Terkejut atas apa yang dilihatnya hari ini. "Kamu ada disini?"
Mike tersenyum manis. "Ya. Tadi keserempet mobil di depan jadi aku priksa. Gak parah sih cuma luka ringan aja. Aku mau balik ke Canada hari ini."
(Namakamu) menatap Mike dalam. Laki-laki itu sangat menyedihkan di matanya.
"Kamu lagi priksa kandungan? Suami kamu mana?"
"Dimana kamu tahu?" Tanyanya hati-hati.
Mike tertawa. "Oh. Kemarin aku ketemu Mama kamu. Dia bilang kalo kamu lagi hamil jadi aku tebak hari ini kamu lagi priksa kehamilan kamu. Selamat ya? Sebentar lagi kamu akan jadi seorang Ibu. Jaga kesehatan."
"Mike sorry," lirihnya.
"Its okay. Kamu gak salah jadi gak perlu minta maaf! Mungkin kita di takdirkan cuma buat jadi temen, jadi gak perlu marah soal itu. Aku udah berdamai sama diri aku sendiri. Jaga kesehatan ya. Aku pamit dulu."
"Mike, gimana soal hubungan kita?"
Mike mengangguk. "Cukup sampai disini. Sekarang kita udah punya kehidupan masing-masing jadi gak usah di pikirin hal yang udah lewat. Udah jadi masa lalu. Kamu sekarang harus fokus ke suami kamu karena dia adalah masa depan kamu."
"Suami dari (Namakamu)?" Perawat memberikan beberapa tablet untuk Mike. "Jangan lupa ini di minum satu kali sehari setelah makan. Dan ini obat pereda rasa mual. Baik kalau begitu saya permisi dulu."
"Sus tapi..."
(Namakamu) meraih obat itu. "Aku ke Iqbaal dulu ya Mike."
"(Namakamu)?" Panggil Iqbaal di ujung lorong. Ia berlari kecil menghampiri keduanya. "Tadi aku ke kamar mandi. Katanya obatnya udah di kasih ke kamu ya?"
"Ya," jawabnya singkat.
Iqbaal menoleh ke Mike. "Lo?!"
Mike mengangguk.
"Mas Iqbaal kita pulang sekarang ya? Kepala aku pening," katanya meraih tangan Iqbaal. Tentu itu membuat Iqbaal kaget bahkan Mike pun sudah berfikir yang macam-macam. "Sampai di rumah tolong pijetin ya?"
Iqbaal tampak menganga. Di tarik tangannya pergi meninggalkan Mike sendiri. Iqbaal baru saja ingin memberi pelajaran mantan pacar istrinya. Namun, terhalang oleh istrinya sendiri.
***
bersambung
Selamat malam semuanya.
Cuma mau ngasih info kalo ceritaku family goals sama adopted sister aku unpub karena mau di revisi besar - besaran.
Udah cuma itu aja, dan jangan lupa tinggalkan jejak setelah membaca. Sorry kalo misalnya ada typo berserakan dan hancur.
Thanks
Revisi : 1 Mei 2021