Prt9• Kesembilan

7.4K 693 22
                                    

Hanya manusia yang gak punya hati yang gak marah saat cintanya di khiananti.

***

Setelah berkemas untuk pulang. Iqbaal menenangkan diri di balkon kamar saat (Namakamu) pergi ke kamar mandi. Ia menyesap kopi yang tadi di beli. Menatap pemandangan kota yang indah di sore hari. Malam ini, Iqbaal benar-benar memutuskan untuk kembali ke Indonesia. Jika Iqbaal bertahan sampai hari ke tujuh, Mike si cowok itu bisa saja mendapatkan celah untuk bertemu dengan istrinya.

Iqbaal menaikkan kaca mata. Lalu matanya teralih melihat sosok istrinya keluar dari kamar mandi. Cewek itu berjalan ke arah balkon tepat ke arah dirinya sekarang duduk. Ia menaikkan alisnya saat istrinya sudah duduk di hadapannya.

Istrinya hanya diam menatap Iqbaal yang juga kini matanya masih bertahan menatap istrinya itu. Namun, sekian detik selanjutnya Iqbaal menyerah. Mata (Namakamu) memikat membuatnya tak bisa menatapnya terlalu lama. "Ada apa?" Iqbaal memalingkan wajahnya.

"Aku lapar," ucap (Namakamu) polos.

Iqbaal mebalikkan pandangan berusaha mencerna kalimat istrinya itu. Wajah yang pucat dan tangan yang gemetar. Iqbaal yakin istrinya belum sarapan pagi. Bagaimana dengan Iqbaal? Iqbaal juga sama sepertinya. Setelah bangun tidur langsung berangkat pergi mencari keberadaan (Namakamu). Bahkan meneguk air putih pun sama sekali tidak.

"Aku lupa sarapan pagi," imbuhnya.

Kalimat itu bisa saja membuat Iqbaal marah. Istrinya lebih memilih pergi menemui mantan kekasihnya daripada sarapan pagi bersamanya. Namun Iqbaal urungkan. Laki-laki itu mengangguk.

"Akan aku pesankan makan," jawab Iqbaal meraih ponselnya.

"Ah tidak. Kalo gak keberatan aku ingin makan di luar. Aku tiba-tiba pengen nyobain cake yang kamu bilang kemarin. Yang tidak bisa di bawa pulang itu. Gimana rasanya ya," kata (Namakamu) melupakan perbuatan Iqbaal yang kemarin membuatnya uring-uringan. "Boleh?"

Iqbaal mengangguk. "Asal aku yang hantar."

"Baiklah," jawabnya bangkit. "Aku mau siap-siap dulu. Dan Mas Iqbaal juga perlu siap-siap."

Ada kata menenangkan dalam benaknya. Istrinya menjadi hangat. "Baik."

Drrt. Getaran ponsel berulang kali terdengar di meja nakas. (Namakamu) melirik ponsel Iqbaal yang tergeletak di sana. Kemana Iqbaal? Suaminya itu izin ke kamar mandi dahulu sebelum mereka berdua berangkat keluar.

Bunda callings....

(Namakamu) meraihnya. Mungkin terlihat tidak sopan namun bisa saja panggilan itu darurat.

"Hallo, assalamualaikum?"

"Walaikumsalam. (Namakamu) bukan ini?"

"Iya Bunda."

Rike terkekeh di ujung telepon. "Syukurlah kamu udah sama Iqbaal. Tadi Mama kamu kabarin kalo kamu pergi dari hotel. Jadi udah ketemu sama Iqbaal? Terus sekarang Iqbaal kemana?"

(Namakamu) terpaku. Jadi Mamanya sudah tahu soal itu termasuk keluarga Iqbaal. Namun sejak kapan Risma tahu soal itu. Ia jadi takut jika Risma mengatakan hal yang membuatnya buruk di mata keluarga Iqbaal.

Little WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang