Menyesal kan setelah semua rencana melesat dari perkiraan yang seharusnya.
***
"Bunda?" Arvin menangis di antara keluarga yang menatapnya kecewa. Ia berbaring lemas di gundukan tanah. "Arvin minta maaf karena udah ngecewain bunda."
"Lo bukan cuma ngecewain tapi lo juga dalang di balik semua kejadian ini! Nyokap lo meninggal dan ini semua karena ulah lo." Alsha — perempuan itu memarahi Alvaro di atas nisan sang ibunda. "Kalo aja lo gak egois, semuanya gak akan terjadi! Termasuk nyokap lo yang meninggal!"
"Alsha?" Aldi menyabarkan anaknya dengan mengelus pundak bergetar itu. "Gak baik marah di kuburan."
"Arvin minta maaf, yah."
"Gak ada maaf buat kamu yang udah berani ngebunuh orang!" Risma menatapnya geram meski matanya sembab karenan menangis seharian.
"(Namakamu), bahkan aku sama sekali belum bisa bahagiain kamu tapi setega itu kamu ninggalin aku. Selama lima belas tahun ini terima kasih untuk selalu ada di setiap harinya, tersenyum mengembang setiap pagi, di setiap aku bangun tidur. Dan sekarang, dimana aku cari semua kebiasaan kebiasaan itu?"
"Ayah," panggil Alvaro terisak. Alvaro masih tetap menggunakana baju berwarna orange dan kedua tangan yang di borgol. "Alvaro minta maaf."
"Udah Al, gak ada lagi yang bisa di sesali. Mau gimana pun sekarang, gak ada yang bisa ngembaliin waktu, gak ada yang bisa ngerubah keadaan kembali seperti semula." Rike menatap cucunya kecewa.
"Rike! Gak ada maaf untuk seorang pembunuh."
***
"Baal, semoga lo bisa tabah menerima semua kenyataan ini ya? Gue yakin lo kuat," pesan Aldi di atas gundukan tanah tepat dimana (Namakamu) sudah beristirahat dengan tenang.
"Makasi Al."
Semua orang sudah meninggalkan pemakaman hanya tersisa keluarga Iqbaal dan keluarga (Namakamu) di sisi gundukan tanah itu.
"Ma, maafin Iqbaal. Iqbaal belum bisa jaga (Namakamu)," kata Iqbaal terisak melihat Risma yang masih bersimpuh lutut memegang batu nisan milik (Namakamu).
"Mama udah maafin Iqbaal kok, tapi mama pengen siapa yang udah nyelakain (Namakamu) di hukum Baal, bila perlu sampai orang itu mati." Sindir Risma membuat Alvaro ketakutan.
"Maa," kata Alex. "Udah, yuk. Mending sekarang kita pulang ke rumah ya, biarin (Namakamu) istirahat dengan tenang disana. Walaupun berat tapi semua udah kehendak yang di atas, mau mgelakuin apa pun kita gak akan bisa ngembaliin (Namakamu) kembali di samping kita lagi."
"Kalian pulang aja duluan. Bun, titip Aleandri ya, aku mau disini nemenin (Namakamu)."
"Alvaro juga Yah."
"Arvin juga."
"Gak usah!"
"Nyesel kan kalian berdua, setelah semua yang kalian inginkan berjalan dengan mulus kalian berdua nyesel kan? Oh! Saya gak tahu air mata itu palsu atau asli."
Revisi : 3 Mei 2021