Semuanya akan ketahuan pada waktunya.
***
Setelah tertangkap basah di ruang keluarga seseorang membicarakan dirinya, mengungkap kebenarannya. Alvaro mendadak menjadi pendiam. Sesekali ia berbicara ketika ia di berikan pertanyaan. Seminggu Alvaro berubah setelah mengetahui semuanya. Kedua orang tuanya pun memohon agar Alvaro menerima semuanya dengan ikhlas meski cukup berat bagi Alvaro.
"Vin." Alvaro memanggil saudara kembarnya, Arvin telah sadarkan diri namun tidak di perbolehkan melakukan pekerjaan apapun. "Lo sibuk?"
"Apa ceritanya cukup panjang sampai lo nanya gue sibuk apa gak. Al, gue cuma rebahan di kasur, kesibukkan apa yang gue lakuin."
Alvaro terkekeh. "Ada sesuatu yang harus gue omongin tentang kita."
"Gue sakit? Soal itu gue udah tahu kok kalo gue mengidap penyakit keturunan."
"Lo jangan nyela omongan gue, oke?" Alvaro duduk di sisi ranjang, Arvin terdiam. "Ini tentang kita bunda kandung dan ayah."
"Oke-oke. Apa yang terjadi?"
"Gue mau lo janji kalo lo gak akan sakit setelah dengar apa yang gue katakan." Alvaro mengingatkan takut ceritanya lewat batas. "Jadi sebenarnya kita bukan anak kandung bunda."
"Iya, terus?" Arvin sangai seolah semuanya baik - baik saja.
"Dari hari ulang tahun gue yang ke empat belas. Gue ngerasa emang udah ada yang aneh. Tapi gue gak tahu itu apa, keanehan yang terus menghantui pikiran gue hilang setelah Ayah bilang semuanya ke gue kemarin kalo kita bukan anak kandung ayah."
"Oh itu." Arvin menarik nakasnya namun kesusahan karena terganggu selang infus. "Bisa tolong ambilin foto kecil, ada di dalam nakas, Al."
"Kayaknya lo biasanya aja tahu soal ini, apa lo udah tahu tapi lo sembunyiin ini?" Alvaro menarik nakas meraih foto kecil dan memberikan pada Arvin. "Foto siapa? Kaya foto waktu kita kecil."
"Gue nemuin ini di kantor ayah pas main ke sana, ayah lagi meeting dan karyawannya nganterin gue ke ruang kerja ayah. Tapi, gue bosan nunggu lama. Akhirnya gue putusin buat keliling di ruangan kerja ayah yang penuh ruang tersembunyi, ya ruang kaya kamar buat lembur atau sejenisnya, sttt, gue sampek di meja ayah tapi kaya ada yang aneh tapi gue gak tahu itu apa. Nah, gue nemu ini di meja bawa kaca ayah. Banyak foto di sana ada foto ayah sama cewek lain dan sama bunda juga ada, foto Lea termasuk foto berdua kita. Yang gue heranin gue nemu foto kita waktu bayi, sekilas gue ngelihat kaya di rumah sakit dan cewek ini, cewek di dalam foto ini." Arvin menunjukkan pada Alvaro. "Sama sekalo gak mirip sama bunda."
"Sebenarnya lo udah tahu tapi kenapa lo gak ngasih tahu gue?!"
Arvin menggeleng. "Bukan gitu, setelah nemu foto ini gue tuh masih mikir ini siapa, gak langsung gue mastiin kalo gue bukan anak bunda karena kan keluarga ayah banyak mungkin aja pas kita lahir ayah lagi jenguk saudaranya yang sakit, gue sih kesana mikirnya."
"Ya. Terus?"
"Gue nanya ke mama papa Alsha, secara om Aldi dan tante Salsha kan orang terdekat ayah, tapi mereka gak bilang apa - apa cuma ngalihin pembicaraan."
"Ya. Terus?" Alvaro memahami sedikit demi sedikit.
"Rasa penasaran gue tuh tinggi banget makanya gue beraniin diri nanya oma pas lo sama ayah bunda liburan ke Bali. Musti banget gue ngerengek - rengek ke oma buat ngasih jawaban. Gue nanya, soal foto ini tapi gue lipet dan nyembunyiin wajah kita artinya gue cuma nanya cewek ini. Nah ini, kenapa gue mendadak mimisan karena dengerin jawaban oma kalo cewek itu tuh mantan istri ayah."
"Oh! Gue ngerti sekarang, berarti mereka berdua nyembunyiin ini dari kita?"
Arvin mengangguk. "Tapi kita gak ada hak buat marah sama ayah dan bunda, mungkin bunda kandung kita meninggal pas kita lahir? Setelah itu ayah nikah lagi sama bunda yang sekarang dan mereka masih perlu waktu buat ceritain semua dari kita. Oke?! Lo inget waktu umur kita empat tahun? Selama itu kita gak ada bunda dan alasan ayah karena bunda kerja di kapal pesiar, mungkin lo lupa."
"Gue gak marah, ngerti kok sama keadaan mereka." Alvaro menepuk kepalanya. "Gue ngerti satu hal lagi, mungkin aja bunda kandung kita meninggal gara - gara penyakit Hemofilia dan sekarang penyakit itu kena lo?"
Arvin tertawa. "Lo ternyata lambat banget mikir ya, Al?! Gue udah tahu soal itu dari dalam mimpi gue."
"Setelah lo sembuh kita bujuk ayah buat nganter kita ke makam bunda." Alvaro meloto saat darah itu kembali mengalir di hidung Arvin. "Vin. Darah."
Arvin mengangguk namun terkejut saat Alvaro berusaha membersihkannya.
"Al. Titip bunda, ya? Kalo misalnya gue pergi duluan dari dunia ini, gue mohon kubur gue di sebelah bunda kandung kita."
"Vin. Gak usah ngomong gitu."
***
OHAYOUUUUUUU.
INI TERNGARET SIH MENURUT GUE.
MAAPKEEUN 🙄🙄
SORRYYY UP PAGI PAGI BUTA 👉👈😗
ALAMAK SEHARIAN INI NGERJAIN REVISIAN
REVISI : 3 Mei 2021