Part #1 Kotak Bekal

596 31 4
                                    

"Aku akan menerima semua kebenciannya, karena aku tahu dia malu dengan diriku yang tidak sempurna."

~Pjy~

Seoul, August 2004.

"Cepat pergi dari sini, sekarang!" Teriak namja di depan seseorang namja yang lain. Tangan namja itu terulur memberikan kotak bekal pada namja yang memarahinya saat ini, tapi namja itu tidak peduli dengan kemarahan namja di depannya. Dia tetap mengulurkan kotak bekal yang dia bawa dengan tersenyum.

"Aku hanya ingin mengantarkan ini untuk, Hyung." Ucap Park Jinyoung, masih mengulurkan kotak bekal di tangannya.

"Hei, Idiot! Kau tidak dengar ucapanku barusan? Pergi dari sini!" Bentak Im Jaebum, sang Hyung. Matanya sudah merah menyala, begitu juga wajahnya saat ini. Dia malu.

Bagaimana tidak? Di saat Jaebum sedang asyik berkumpul dengan teman-temannya di kelas, tiba-tiba Jinyoung datang dengan kekanak-kanakannya membawakan kotak bekal yang sengaja dia tinggal di rumah. Dia malu dengan teman-temannya, karena Jinyoung sang Adik, adalah seorang Idiot.

Mereka lahir dari Ibu yang sama, namun dari Ayah yang berbeda, membuat hubungan mereka lebih renggang karena kondisi Jinyoung yang tidak normal seperti Jaebum. Mereka hanya terpaut beberapa bulan, tapi Jinyoung sangat menghormati Jaebum. Dia memanggil namja itu dengan sebutan "Hyung".

"Aku tidak akan pergi sampai Hyung menerima bekal ini." Terang Jinyoung masih dengan senyuman manisnya.

Jaebum dengan kesal mengambil kotak bekal itu, memukulkannya ke dada Jinyoung hingga namja itu jatuh tersungkur kebelakang. Tutup kotak bekal itu terbuka dan menumpahkan isinya di baju Jinyoung. Sontak teman-teman Jaebum tertawa keras melihat kejadian itu.

"Aku tidak mau makan. Kalo kau tidak pergi dari sini, aku akan memukul wajah idiotmu itu!" Hampir saja Jaebum mendaratkan pukulannya pada Jinyoung, namun seorang namja lain menahan pukulan itu dan balik mendorong Jaebum hingga tersungkur kebelakang juga.

"Dasar b*deb*h kau!" Ucap namja itu kasar.

Jaebum bangkit, lalu tersenyum sinis. "Rupanya ada pahlawan di siang bolong seperti ini ya, Oh Sehun?"

"Dasar k*p*r*t kau! Jinyoung sudah susah payah membawa kotak bekal milikmu yang tertinggal, tapi kau bersikap begini padanya? Coba kau cerna dulu tindakan di otakmu, sebelum kau melakukan sesuatu!" Bentak Sehun marah. Wajahnya ikut memerah hingga ke telinganya.

"Aku tidak apa-apa, Sehun." Lirih Jinyoung mencegah Sehun mendekati Jaebum.

"Harusnya, kau jangan diam saja!" Tolak Sehun masih dipuncak amarah. Dia tidak terima sahabatnya diperlakukan demikian.

"Tidak apa-apa. Gwenchana," Balas Jinyoung sambil tersenyum. Dia bangkit, lalu menarik Sehun keluar dari kelas Jaebum menuju bangku di depan kelas mereka.

"Kau belum makan kan, Sehun? Ini bekalku." Dengan senang hati, Jinyoung memberikan kotak bekalnya.

"Apa isinya? Boleh aku makan?" Tanya Sehun tidak enak. Jinyoung mengangguk mantap. Akhirnya, Sehun tetap membuka kotak bekal itu dengan senyum paksaannya.

"Wow, Hamburger." Sehun terperangah. Entah kenapa, tiba-tiba wajahnya berubah murung.

"Gwenchanayo?" Tanya Jinyoung khawatir. Sehun cepat-cepat, menutupi ekspresi wajah murungnya.

"Gwenchana,"

"Kenapa kau menangis? Apa karena Eomma-mu, tidak pernah membuat yang seperti ini?" Sehun mengagguk. Sungguh, dia begitu rindu hangatnya keluarga daripada terasingkan seperti sekarang.

"Kalau begitu, nanti datang kerumah ya?" Tawar Jinyoung.

"Mwo? Untuk apa?" Sehun bingung.

"Sudah, datang saja." Jinyoung malah senyum-senyum sendiri dengan isi pikirannya, lalu meninggalkan sehun di luar.

"Ya! Beritahu aku apa~"

Kringgg..

Bel masuk sudah berbunyi. Sehun jadi mengurungkan niatnya untuk bertanya, 'apa sih yang dipikirkan namja itu?' pikir Sehun heran. Akhirnya, Sehun memutuskan masuk kedalam kelas menyusul Jinyoung dan fokus pada pelajaran selanjutnya. Toh, dia tinggal datang dan akan tau apa maksud dari senyum jahil sahabatnya itu.

Tomorrow - TodayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang