"Aku memang tidak yakin, bisa menguatkan dirinya. Tapi setidaknya, aku perlu mencoba lagi mengusai emosiku di hadapannya."
~Ijb~
Sudah memasuki musim semi bulan ini. Bunga-bunga sakura, dari pohon ceri sudah berbunga dan mengeluarkan aroma yang mulai tertiup angin musim semi. Jisung terus memandang keluar jendela. Matanya selalu menangkap bunga-bunga sakura yang gugur tertiup angin.
"Cantik," Begitu pikirnya. Untuk pertama kali dalam hidupnya, dia bisa melihat pemandangan cantik itu. Untuk pertama kali pula, bagi Jisung merasakan hangat matahari dari melihatnya saja.
Ruangan serba biru-putih itu terasa hampa. Sangat tenang, tapi tidak menenagkan baginya. Sudah kurang lebih empat hari, dirinya ada di Rumah sakit. Dia juga belum mendapatkan kabar mengenai Eomma-nya, sampai saat ini. Memikirkannya saja, membuat dirinya tidak bisa tidur selama semalam penuh. Bahkan yang bisa dia lakukan di saat seperti ini hanyalah, menatap jendela dan melihat keluar.
Suara langkah sepatu berlari mendekat. Jisung sama sekali tidak menghiraukannya, dia hanya terus menatap ke luar jendela.
"Chagiyo," Sapa beberapa suara, memasuki ruang rawatnya.
Jisung menoleh dan langsung di sambut oleh beberapa wajah yang asing bagi penglihatannya, "Kami datang menjenguk,"
"Kalian~" Jisung bergumam.
"Ah, iya?! Kami dengar, kau sudah mendapatkan pendonor mata? Itu bagus. Pasti asing ya, melihat wajah kami? Hehehe.." Jian mulai mengoceh, sembari meletakkan keranjang buah pada nakas.
Renjun menghampiri ranjang, "Kau~ mengenali kami?"
Jisung hanya diam. Yang lain jadi ragu hingga kemudain melihat Jisung tersenyum kecil, "Tentu saja aku kenal! Mau ku buktikan?"
Kompak yang lain mengangguk, "Baiklah, kita mulai dari mana ya?". Jisung mulai menunjuk secara acak orang-orang di hadapannya.
"Kau Jeno~ sahabat Renjun. Kau Boemgyu dan Jian, teman satu kelasku. Sedangkan kalian berdua, Taejang dan Soojoeng~ sepupuku." Tunjuk Jisung satu-persatu.
"Wah, luar biasa! Kau mengenali kami~" Taejang langsung bersorak.
"Kalau aku?"
Jisung berdeham, "Kau~siapa?"
Yang lain terkejut. Begitu pula Renjun, si pemberi pertanyaan. Melihat itu, Jisung malah tertawa terbahak-bahak.
"Wae utja?" Soojoeng heran sendiri melihatnya.
"Wajah kalian yang kebingungan itu, lucu sekali! Hahaha.." Jisung masih saja tertawa.
"Kau ini, cepat katakan sesuatu!" Celetuk Jian.
Jisung berhenti tertawa kemudian tersenyum, "Aku~ sangat mengenalimu, Hwang Renjun. Jangan berwajah panik seperti itu,"
"Ternyata kau bisa bercanda juga ya, Jisung? Hahaha.." Jeno ikut tertawa mengetahuinya.
Dengan serempak, yang lain ikut tertawa. Melepas rasa rindu setelah beberapa hari, tidak bertemu salah satu teman mereka yang satu ini.
"Ku dengar dari Appa-ku~ kau memenangkan kontes Music Core's-nya, bukan?" Boemgyu mulai membuat isyarat.
Jisung mengangguk kecil, "Nee. Itu hal membanggakan untukku, tapi kebahagiannya~ hanya sementara."
"Ya! Jangan sedih, Jisung. Apapun keadaan yang terjadi nantinya, kau hanya harus kuat melewati semuanya." Tutur Jian menyemangati.
"Oh, nee?! Appa-ku datang kemari. Saat ini dia sedang berkumpul dengan Harabheojhi, Haelmoni, Shamchon, Shungmo dan Appa-mu. Sepertinya mereka, sedang melihat kondisi Eomma-mu." Jelas Renjun menenangkan kesedihan diantara mereka.
"Harabheojhi dan Halmeoni, pasti akan sangat sedih melihat keadaan Eomma. Itu semua juga karena salahku! Semuanya jadi seperti ini~ karena salahku!" Jisung mulai menunduk dan membentak, menyalahkan dirinya lagi.
Renjun menepuk pundak Jisung, "Sudah, jangan salahkan dirimu sendiri. Semua bukan salahmu, jika hal buruk terjadi suatu saat~ kau hanya harus menguatkan diri. Kami disini untukmu,"
Jisung tersenyum getir. Renjun berkata benar. Saat ini, dia hanya bisa berharap dan memohon agar tuhan tidak mengambil orang yang dia sayangi. Jika hal buruk yang tidak di inginkan terjadi, dia harus bisa menerimanya dengan ringan hati.
"Demi kebahagian Eomma." Batin Jisung mulai bangkit.
Ruang ICU.
"Bagaimana ini bisa terjadi?!" Tangis Yuri, saat dia melihat kondisi putri kandungnya.
"Bisa ceritakan pada kami detailnya, Jaebum?" Tanya Leetuk berusaha menyembunyikan kesedihannya. Di ganti dengan sikap berwibawanya.
Jaebum ikut sedih melihat keluarga besar berwajah murung, "Mianhe, Eomma. Hyoona sangat ingin menyelematkan Jisung, saat sebuah mobil yang berjalan kencang akan menabrak mereka."
"Lalu dimana kau?!" Chanyeol ikut bertanya. Namja itu sekarang sudah berdiri dihadapan Jaebum, dan mencengkram kasar kerahnya.
"A-aku sedang mengambil kendaraan dari tempat parkir, dan aku memarkirkannya di pinggir jalan. Lalu Hyoona tergesa-gesa ingin menyebrang. Mianhe, Hyung." Cerita Jaebum.
"Bagaimana bisa kau?! Argh!" Chanyeol mulai frustasi dan mulai memukuli dinding.
Joonmin berusaha menenangkan, "Hajima! Kau ini~ jangan lukai dirimu. Bersabarlah."
Raemi ikut menenagkan Yuri yang terisak. Yesung juga ikut menenangkan Leetuk, yang sedari tadi menahan rasa sedihnya.
Shin Che mendekat pada Jaebum, "Lalu bagaimana dengan mobil yang menabrak mereka?"
"Mobil itu kabur begitu saja. Aku juga tidak sempat, melihat pengemudinya. Tapi aku berhasil menadapatkan gambar plat mobilnya dari salah satu orang yang sedang berada di sekitar jalan itu." Jelas Jaebum masih menunduk.
"Kalau begitu~" Yesung memotong.
"Gunakan itu, sebagai bukti pencarian untuk polisi." Lanjutnya.
Jaebum tersenyum getir, "Nee. Sudah kulakukan, Appa."
"Lalu bagaimana lagi ceritanya?" Raemi masih penasaran.
Jaebum menarik nafasnya, "Saat di bawa Ambulance, Hyoona sempat sadar sesaat."
Yuri terkejut. Dia mulai menghapus jejak air matanya, "Lalu?"
"Dia mengatakan padaku, ingin memberikan matanya untuk Jisung. Hanya itu, yang sempat dia katakan dan setelah itu Dokter memvonisnya kehilangan banyak darah." Lanjut Jaebum lagi.
"Ah, benar! Jisung. Dia pasti sangat-sangat terpukul mengetahui ini." Gumam Leetuk.
Jaebum mengangguk, "Awalnya dia sempat terus terisak, tapi aku berusaha menjelaskan padanya bahwa semua akan baik-baik saja."
"Benar. Kau harus bisa berusaha menyakinkannya, agar kondisinya bisa terus membaik saat ini." Saran Yesung.
"Nee, Appa. Aku tidak begitu yakin, tapi aku akan berusaha mengusai emosiku di hadapannya dengan baik." Tutur Jaebum membenarkan.
Entah sejak kapan, air mata Jaebum lolos begitu saja, "Pasti. Gwenchana, gwenchana~"
Tetap dukung Author, lewat vote kalian ya? Selanjutnya, Author akan hiatus beberapa hari. Sambil mempersiapkan cerita selanjutnya, mohon vote dan share cerita ini sebanyak-banyak nya untuk membuat Author lebih semangat lagi update-nya. Terima Kasih.
![](https://img.wattpad.com/cover/201505173-288-k343391.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Tomorrow - Today
Fanfiction"Tidak ada gunanya, jika kamu menyalahkan diri sendiri. Percayalah! Satu hal yang membuatku ingin pergi, adalah mengurangi beban di punggung semua orang yang mengenal siapa aku." ~ Park Jinyoung ○ "Ini bukan takdir terburuk, dari sebuah karma yang b...