Part #21 Bahagia yang Lebih Baik

202 16 1
                                    

"Kamu akan menjadi segalanya, dan bersyukurlah kerena kebahagianmu jauh lebih baik"

~Ijb~


Seoul, Febuary 2026
Sebuah mobil hitam mewah terparkir di area pekarangan sebuah pemakaman. Dua orang namja dan seorang yeoja, nampak turun dari mobil itu. Salah seorang namja menuntun pelan-pelan namja lain yang bergerak menggunakan tongkat dan yeoja tadi juga ikut membantu. Tapi tidak butuh waktu lama, mereka bertiga sampai pada sebuah pusara yang sepertinya sudah cukup lama ada di pemakaman itu. Mereka lalu sama-sama bersimpuh di tanah, tanpa khawatir sedikitpun tentang pakaian bagus mereka yang akan kotor terkena debu.

"Appa, kita ada dimana?" Tanya namja bertongkat.

Namja yang di panggil 'Appa' itu hanya mengelus rambut putranya, "Kita sedang ada di pemakaman, untuk mengunjungi seseorang."

"Memangnya, siapa yang sudah tiada?" Namja itu makin penasaran. Namun bagaimana lagi, dia tidak bisa melihat nama 'siapa' di papan kayu yang tertancap.

"Jisung, kenalkan ini Shamchon-mu. Park Jinyoung." Ucap yeoja tadi mulai bersuara.

"Shamchon? Tapi kenapa~" Namja bertongkat yang di panggil 'Jisung' itu jadi semakin bingung.

"Karena Appa tidak pernah bercerita?" Kekehan kecil tiba-tiba keluar begitu saja dari mulut namja yang lain. Padahal, dia jarang sekali tertawa.

"Appa dan Eomma sengaja tidak bercerita padamu tentang Shamchon, karena berbagai alasan. Lagipula, kamu punya banyak sekali persamaan dengan Shamchon." Jelasnya lagi, masih dengan kekehannya.

"Memangnya, apa persamaanku dengan Shamchon?" Jisung semakin penasaran.

"Apa ya?" Kata namja itu menggantung, menggoda Jisung.

"Jaebum! Ceritakan yang benar pada putramu, jangan menggodanya!" Seru yeoja tadi, agak kesal.

"Iya, mianhe. Kau galak sekali sih, Hyoona. Lihat, Jisung! Eomma-mu itu galak sekali." Ucap Jaebum, membuat Jisung tertawa mendengarnya.

"Jaebum!" Geram Hyoona, sang istri.

Jaebum menghentikan tawanya, "Baiklah, akan ku ceritakan dengan benar. Mungkin, banyak sekali persamaan yang kau punya dengan Shamchon-mu ini. Seperti sifat dan kepribadianmu."

"Sesama itukah aku dengan Shamchon?" Batin Jisung dalam hati.

Jaebum bangkit. Lalu membantu putra semata wayangnya itu bangkit juga, "Ayo kita kembali ke rumah dan Jisung, jangan lupa persiapkan perlengkapan sekolahmu. Ayah akan mengantarmu bertemu kepala sekolahmu, besok."

"Iya, Appa."

Kediaman Keluarga Park.

Seorang namja tua sedang duduk di meja makan. Sedangkan seorang yeoja tua terlihat sibuk memasak makan siang. Sepertinya, mereka sedang menunggu kedatangan orang-orang yang mereka ridukan. Terlihat dari masakan yang di buat itu memiliki porsi cukup banyak dan bisa di santap lebih dari dua orang.

"Kami pulang!" Seorang namja masuk dari arah pintu bersama dengan seorang yeoja dan dua anak mereka.

"Selamat datang, Chanyeol!" Ucap namja tua tadi menyambut kedatangan mereka.

"Anyeong Joon-min, bagaimana rasanya mengurus anak-anakmu ini?" Tanya yeoja tua tadi ikut menyambut, sambil tersenyum jahil.

"Mereka tipe anak yang pendiam, Eomma." Kekeh Joon-min sambil melirik dua putra kembarnya, yang ikut menyalami dan tersenyum pada Halmeoni mereka.

Kemudian pintu depan terbuka. Jaebum, Jisung dan Hyoona terlihat mengampiri mereka yang sedang berkumpul di ruang makan. Yeoja dan namja tua tadi terlihat tersenyum gembira melihat kedatangan mereka.

"Kalian habis darimana saja?" Tanya yeoja tua tadi sambil mengelus pundak Jaebum yang menyalami dirinya.

"Kami pergi ke pemakaman, Eomma." Jawab Jaebum menjelaskan.

"Kalian harusnya jangan mengajak Jisung, Eomma khawatir dia tersandung dan jatuh." Cetus yeoja tadi sembari menghampiri Jisung.

"Aku baik-baik saja, Halmeoni." Ucap Jisung perlahan.

"Jangan khawatir berlebihan seperti itu, Raemi. Kau menakuti cucu kita." Cetus namja tua tadi begitu saja.

"Tapi Yesung aku~"

"Lihat! Dia baik-baik saja." Belum Raemi selesai berbicara, Yesung sudah memotongnya terlebih dulu.

"Ayo kita semua duduk dulu. Sepertinya, Eomma banyak memasak makanan favorit kita." Kata Chanyeol berusaha mencairkan suasana yang sempat tegang. Karena bayangan masa lalu, Raemi jadi sering khawatir.

"Taejang. Boleh Shamchon tanya sesuatu?" Tanya Jaebum hati-hati. Sedangkan, sang pemilik nama menghentikan acara makannya.

"Tentu. Memangnya Shamchon ingin menanyakan apa?" Kini Taejang balik bertanya.

"Apa kalian sudah mengatakan 'keinginan' Shamchon, pada kepala sekolahmu?" Wajah Jaebum jadi terlihat serius saat ini.

"Kami berdua sudah mengatakannya, dan kepala sekolah bisa menyanggupi." Tutur Taejang.

"Awalnya, kami sangat kesusahan membujuk kepala sekolah. Tapi Soojoeng berhasil, Shamchon." Lanjut Taejang.

Yang lain hanya menyimak percakapan mereka dengan seksama. Namun akhirnya Chanyeol jadi penasaran juga, "Apa yang kamu rencanakan dengan Shamchon-mu ini, Taejang-Soojeong. Jelaskan pada Appa."

"Appa akan tau sendiri nanti, kami akan menceritakannya di rumah saja." Cetus Soojeong membuka suara.

"Kalian tidak boleh seperti itu pada Appa." Tukas Joon-min.

"Mianhe." Taejang dan Soojeong sontak menunduk bersamaan, tidak berani menatap manik mata Eomma mereka.

"Aku yang menyuruh mereka untuk merahasiakannya. Tapi jika kalian memang penasaran, Taejang dan Soojeong akan menceritakannya di rumah. Jangan disini. " Jelas Jaebum.

"Memangnya ada apa, Appa?" Tanya Jisung.

"Ini adalah sebuah kejutan! Dan jika tidak rahasia, maka bukan kejutan lagi namanya." Cetus Jaebum sembari tersenyum simpul.

"Aku jadi penasaran." Ucap Hyoona jadi ikut berfikir.

"Aku akan menceritakannya nanti, Sayang." Jaebum langsung mengelus puncak kepala istrinya itu.

"Kalian akan tau nanti, tapi untuk saat ini aku hanya ingin berusaha menciptakan kebahagian untuk Jisung." Batin Jaebum masih tersenyum penuh rahasia.

Tomorrow - TodayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang