"Saya sebagai Appa-mu, ingin menepati janji. Karena itu, berusahalah lebih kuat untuk bangun kembali, Putraku"
~Pysng~
Seoul, November 2004.
Beberapa bulan berlalu. Namun, Jinyoung sama sekali belum dikatakan sembuh hingga saat ini. Semua orang sibuk, berfikir dalam kegiatan mereka masing-masing. Raemi sudah berusaha menjual semua stok kue-nya setiap hari, Jaebum sudah berkeliling kota untuk membagikan koran, Yesung berusaha mencari penawar dan terus memeriksa perkembangan Jinyoung, Sehun selalu mengirimi bantuan dana lewat orang tuanya dan Hyoona selalu menjaga Jinyoung setiap saat. Tapi bukannya pulih, Jinyoung malah makin terlihat lebih pucat dan lemas dari biasanya meskipun begitu Jinyoung masih bisa tersenyum dibalik rasa sakitnya.
"Gwenchanayo?" Tanya Hyoona malam itu, melihat Jinyoung untuk kesekian kalinya batuk berdarah.
"Gwechana, hanya sedikit sakit di tenggorokan." Jinyoung tersenyum miris.
Hyoona hanya bisa menatap sayu. Lalu dia menyodorkan teh hangat untuk Jinyoung, "Minumlah, mungkin akan bisa melegakan."
"Gomawo." Ucap Jinyoung sambil menerima teh itu dan meneguknya pelan-pelan.
"Aku ingin jalan-jalan keluar, bisa kau antarkan aku?" Pinta Jinyoung, selesai meminum teh hangatnya.
"Untuk apa? Di luar mungkin saja dingin." Tolak Hyoona khawatir.
"Aku merasa tidak bisa tidur jika seperti ini, jebal." Lirih Jinyoung memohon.
Hyoona mengeluarkan nafas berat, "Nee, tapi hanya sebentar."
Akhirnya Hyoona membantu Jinyoung turun dari ranjang, untuk naik ke kursi roda dan membawa namja itu ke taman rumah sakit. Udaranya memang tidak dingin, namun Hyoona tetap khawatir.
"Lihat! Malam ini sungguh cerah." Ucap Jinyoung sambil menatap langit yang penuh bintang-bintang.
"Nee." Jawab Hyoona sambil mengikuti arah pandang Jinyoung.
"Aku menyayangimu, Park Hyoona." Kata Jinyoung sejurus kemudian. Hyoona menoleh, dia melihat Jinyoung sudah menatapnya dengan serius.
"Eh?!" Kaget Hyoona. "Kau bilang, tidak mungkin aku menyukaimu." Jawabnya membuang muka, kini pipinya sudah semerah tomat.
"Tetap saja, aku menyukaimu." Ucap Jinyoung masih mengatakan hal yang sama. Kini, matanya menatap langit lagi.
"Tapi, aku mungkin tidak bisa memilikimu. Kau milik Hyung, dan aku tidak bisa jika harus bersamamu. Karena, mungkin aku akan pergi setelah ini." Lanjut Jinyoung masih serius menatap langit.
Hyoona menoleh, tapi matanya sudah mulai basah. Dia merunduk dan memeluk Jinyoung. Hyoona sangat sayang dengan namja ini, tapi harus terikat perjanjian dengan Jaebum. Namun, kedua bersaudara itu sebenarnya sama-sama sempurna bagi dirinya. Jinyoung terlihat diam saja, sambil meletakkan kepalanya di pundak Hyoona.
"Jinyoung?" Panggil Hyoona. Yeoja itu berusaha menepuk punggung Jinyoung, namun namja itu tidak bergerak.
"Ya! Jangan membuatku takut, ini tidak lucu!" Kali ini Hyoona berusaha menepuk punggung Jinyoung lebih keras. Namun nihil, Jinyoung sama sekali tidak merespon.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tomorrow - Today
Fiksi Penggemar"Tidak ada gunanya, jika kamu menyalahkan diri sendiri. Percayalah! Satu hal yang membuatku ingin pergi, adalah mengurangi beban di punggung semua orang yang mengenal siapa aku." ~ Park Jinyoung ○ "Ini bukan takdir terburuk, dari sebuah karma yang b...