Part #42 Permohonan Maaf

71 9 1
                                    

"Awalnya, memaafkan adalah cara saya. Tapi terhadapnya, apa saya bisa melakukannya juga untuk kali ini?"


~Ijs~


"Jamkanyyo!"

Mereka menoleh pada sosok Yeri yang memanggil mereka, "Bisakah saya bicara dengan seorang diantara kalian, yang bernama Im Jisung?"

Mereka semua hanya bergeming, di tempat masing-masing. Kemudian Jisung melirik pada Jaebum, yang ternyata juga sedang memperhatikannya. Namja paruh baya itu, hanya bisa tersenyum samar.

"Apa yang harus aku eksprisikan sekarang, Eomma?" Katanya dalam hati, sambil memperhatikan sosok Yeri di hadapannya.

Kediaman Kim.

Ruang tamu yang luas dan besar itu, terasa terlalu hampa. Tidak ada satupun yang bersuara, antara Yeri, Jisung dan Jaebum. Mereka masih larut, dalam pikiran masing-masing. Berusaha mencari topik, yang sesuai.

"Silahkan, minuman-nya." Ucap Yeri, memecah keheningan yang begitu lama.

Jaebum tersenyum, "N-nee. Jisung mari minum, rasanya tidak sopan bila tak di habiskan."

Jisung mengangguk, "Nee, khamsahamnida."

"Mianhe, karena tiba-tiba seperti ini. Jaebum-nim pasti tahu, alasan mengapa saya mengundang anda kemari." Jelas Yeri memulai.

"Gwenchana. Anda bisa mengatakan apapun, saya tahu anda begitu sedih dengan putra anda yang mengalami hal seperti ini. Tapi ini mungkin, sudah sepantasnya." Balas Jaebum sarkas. Dia sama sekali belum melupakan, bagaimana kematian Hyoona.

Yeri menunduk dalam, "Saya sangat menyesal, dengan apa yang Jaemin lakukan pada istri anda. Mianhamnida, tolong maafkan putra saya itu."

Jaebum mengangguk pelan, "Sudahlah. Lagipula itu sudah lalu, dan tidak bisa kembali seperti semula. Karena itu, saya sudah berusaha melupakannya."

"Kalau berkenan, saya ingin menyampaikan sesuatu." Lirih Yeri, matanya mulai sembab karena menahan tangis.

"Silahkan,"

"Selama ini, saya memang sangat bertanggung jawab atas Jaemin. Meski murni, dia bukan darah daging saya. Tapi saya, sangat menyayangi-nya. Saya hanya ingin menyampaikan permohonan maaf, dan jika bisa tolong cabut tuntutan kasusnya. Dia masih sangat muda, dan saya tidak bisa melihatnya seperti itu." Celoteh Yeri. Yeoja itu bahkan mulai menangis, membuat Jisung jadi semakin kebingungan.

Jaebum menengguk ludah kasar, "Mian. Untuk ini, saya tidak bisa memutuskan. Korban kejadian itu, bukan saya. Namun putra saya, hanya dia yang bisa memutuskan."

"Kalau begitu~" Yeri menghampiri Jisung, kemudian bersimpuh di kaki Jisung. Namja itu jelas terkejut, itu membuatnya jadi tidak enak.

Jisung meraih pundak Yeri menyuruh yeoja itu untuk berdiri, " Hajima, jebal! Saya jadi tidak nyaman, jika anda seperti ini."

Yeri terisak, "Tolong maafkan Jaemin, Jisung-ssi. Jika kau mau, tolong cabut tuntutannya. Selama ini, hanya dia keluargaku satu-satunya. Entah bagaimana lagi yang harus saya lakukan, satu-satunya hanyalah bicara padamu dan Appa-mu."

"Awalnya, memaafkan adalah cara terbaik saya untuk melupakan seberapa buruknya orang tersebut. Tapi memaafkan dia yang sudah begitu kejam, apa saya bisa melakukannya?" Ujar Jisung sarkastik.

Yeri terperanjat. Saking malunya, dia hanya bisa menunduk dalam. Yeoja itu bicara pelan sekali, "Dia memang, tindak pantas di maafkan. Mian, karena mengganggu waktu kalian."

Tomorrow - TodayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang