"Bukan aku yang melakukan. Tapi terlambat, semua luka ini terlalu sakit dan perih membuatku tidak kuat untuk bertahan"
~Pjy~
Sore ini, awan hitam berkumpul di langit-langit kota Seoul. Angin pun semakin kencang menerpa apa saja. Tubuh Hyoona pun sempat terdorong mundur karena angin yang begitu kencang menerpa tubuhnya. Hyoona masih ada di sekolah untuk menemani Jaebum berlatih Basket. Sebelumnya Chanyeol sempat tidak setuju, namun mau bagaimana lagi jika adiknya itu sungguh sangat keras kepala.
"Sebentar, jaketku tertinggal. Tunggu saja di parkiran, aku akan menyusul." Pinta Jaebum.
"Aku ikut." Ucap Hyoona.
Jaebum menggeleng, "Tunggu saja, tidak lama."
Jaebum berlari meninggalkan Hyoona. Namja itu berusaha mencari jaketnya, namun sesuatu hal aneh terjadi. Jaebum melihat jaketnya ada di tengah lapangan dan terlihat seseorang sedang menginjak jaketnya itu.
"Ya, apa yang kau lakukan?!" Jaebum berlari hendak mengambil jaketnya itu.
Namun, segerombolan orang datang di belakang seorang namja yang menginjak jaketnya tadi. Orang-orang itu berwajah keras dan masing-masing dari mereka membawa beberapa balok kayu di tangan mereka.
"Kau baru saja menghajarku habis-habisan tadi pagi. Sekarang giliranku!" Bentak Jinhwan.
"Dasar pengecut! Kau cuma berani keroyokan, dan itu hanya dilakukan oleh orang pengecut seperti kau!" Bentak Jaebum tak kalah keras.
Jinhwan mulai kesal, "Serang dia. Buat dia nggak bisa berdiri lagi!"
Antek-antek Jinhwan mulai menyerang Jaebum satu-persatu. Diawal pertengkaran itu, Jaebum berhasil mengelak dan membalas, namun antek-antek itu malah semakin membabi buta. Mereka akhirnya bersama-sama mengepung Jaebum dan memukuli namja itu bersamaan sehingga Jaebum pun tidak sempat mengelak apalagi membalas sedikitpun. Jaebum akhirnya menjadi bahan bual-bualan antek-antek Jinhwan. Tiba-tiba, Jinyoung menerjang antek-antek Jinhwan dengan tongkat besi yang dia bawa dan memukulkannya satu-persatu pada antek-antek Jinhwan. Seketika itu, para antek-antek Jinhwan tumbang kesakitan.
"Ayo, kita pergi dari sini!" Seru Jinhwan sembari berlari, disusul antek-anteknya.
Namun, entah apa yang dimaksud dengan takdir. Tiba-tiba Hyoona muncul dan melihat Jaebum sudah terkapar tidak sadarkan diri. Hyoona langsung berlari menghampiri Jaebum. Betapa terkejutnya juga Hyoona, saat melihat Jinyoung membawa tongkat besi di tangannya.
"Jinyoung, kau~" Hyoona tercekat, yeoja itu menangis.
"Hyoona. Ini bukan seperti yang kau lihat, aku tadi justru ingin~" Ujar Jinyoung berusaha menjelaskan.
"CUKUP! Aku tahu Jaebum selalu melukai dirimu. Tapi, haruskah menggunakan benda itu, untuk membuatnya seperti ini?!" Hyoona mulai terisak kesal. Jinyoung seketika merasakan sakit di dadanya.
"Tapi~" Jinyoung mulai menangis juga, melihat Hyoona yang terisak.
"PERGI DARI SINI!" Teriak Hyoona histeris.
Jinyoung terkejut. Dia langsung berlari pergi dari sana, entah menuju kemana. Sedangkan awan yang sudah berusaha menahan air, akhirnya pun menumpahkan isinya dan membasahi seluaruh kota.
Jinyoung berjalan tak tentu arah. Dia basah akibat hujan yang tak kunjung reda membasahinya. Akhirnya, Jinyoung memutuskan masuk dalam sebuah gang sempit diantara pertokoan. Namja itu terduduk sambil memeluk lututnya yang mulai menggigil, kali ini dia tidak bisa berpikir apapun. Belum sampai disitu, dua orang namja dewasa menghampirinya.
Salah satu namja itu menarik kerahnya dan mulai bicara kasar, "Hei bocah! Cepat berikan uangmu."
Jinyoung hanya diam, dia merasa mual dengan bau mulut namja ini. Bau alkohol tercium jelas.
"Kau tuli ya?! Cepat berikan uangmu!" Teriak namja itu tidak sabar.
Karena Jinyoung tidak memberikan respon. Dua namja ini membenturkan tubuh Jinyoung dan mulai memukulinya.
Jinyoung yang tidak memiliki tenaga lagi, hanya bisa diam merasakannya. Tubuhnya sakit luar biasa dan tenaganya pun sudah habis hingga dia tidak kuat lagi untuk berdiri.
"Hei, sepertinya namja ini gila. Ayo kita pergi saja dari sini!" Suruh salah satu namja yang lain. Mereka akhirnya pergi, menerobos hujan.
Air mata Jinyoung kembali menitik dan bercampur dengan hujan. Bahkan saat ini, hidungnya mulai mengeluarkan darah segar. Kini, luka-luka pukulan mulai terasa sakit dan perih. Sungguh, saat ini dia sudah tidak mampu lagi berdiri. Bahkan, berteriak minta tolong tidak bisa dia lakukan karena lebam di pipi dekat mulutnya amat terasa sakit.
"Eomma. Sakit, perih. Maafkan aku." Rintih Jinyoung di sela tangisnya yang semakin lama menghilang diganti dengan suara jatuhnya air hujan yang kian deras mengguyur kota Seoul.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tomorrow - Today
Fanfic"Tidak ada gunanya, jika kamu menyalahkan diri sendiri. Percayalah! Satu hal yang membuatku ingin pergi, adalah mengurangi beban di punggung semua orang yang mengenal siapa aku." ~ Park Jinyoung ○ "Ini bukan takdir terburuk, dari sebuah karma yang b...