"Aku bukan ingin melindungimu, karena aku yakin akupun tidak sanggup melakukannya. Tapi, aku akan menemanimu sebagai teman dan belajarlah untuk menerima kehadiranku."
~Phyn~
Hari ini, Jinyoung agak sibuk membantu Haerim songsaenim membersihkan laboratorium kimia yang penuh dengan tumpukan kertas yang akan di rongsokan. Sudah tiga kali, Jinyoung bolak-balik, gudang ke Laboratorium Kimia dan seorang yeoja dengan setia membantunya membawakan sebagian kertas-kertas itu.
"Ini berat. Sebaiknya, kau kembali saja ke kelas." Ucap Jinyoung agak khawatir melihat Hyoona agak kesulitan membawa tumpukan kertas itu.
"Gwenchana. Ini biasa bagiku." Hyoona tetap pada pendiriannya tanpa mengeluh sedikitpun.
Namun, saat hampir mendekati gudang. Sebuah kaki sengaja direntangkan dan membuat keseimbangan Jinyoung jadi tidak terjaga. Kertas-kertas tadi berterbangan dan berubah bagaikan hujan. Sebuah tawa meledak dari si pemilik kaki dan teman-temannya. Hyoona yang kesal melihat si pemilik kaki, akhirnya menarik kerah seragam seorang namja yang sangat dia benci.
"Kau ingin cari gara-gara ya?" Hyoona masih mencengkram kerah Jaebum.
Jaebum hanya meringis, tangannya melingkari pinggang Hyoona dan memeluk gadis itu kuat-kuat. Sontak membuat Hyoona terkejut, dia berusaha melepaskan rengkuhan itu karena beberapa siswa yang lewat mulai bersiul jahil. Tapi, Jaebum tidak kunjung melepas rengkuhan itu.
"Lepas B*ngs*t!" Umpat Hyoona semakin kelimpungan. Tenaganya semakin habis karena sudah meronta dari tadi.
"Kenapa? Kau merasa tidak nyaman?" Jaebum semakin mengeratkan pelukannya. Siswa lain makin bersiul lebih kencang. Jinyoung yang semula diam saja, jadi kesal. Dia bangkit dan mendorong Jaebum hingga melepaskan rengkuhannya.
"Jinyoung," Lirih Hyoona, sembari bersembunyi di balik tubuh Jinyoung yang tinggi dan tegap. Wajah Jinyoung terlihat tidak bersahabat.
"Kau mulai berani jadi pahlawan?!" Bentak Jaebum maju dua langkah lebih dekat kearah Jinyoung. Sedangkan namja itu hanya menatap datar.
"Jangan ganggu dia, Hyung."
Jaebum menarik kerah seragam Jinyoung, marah. Dia tidak habis pikir adiknya yang tolol mulai berani padanya. Hanya dengan satu pukulan yang dilayangkan oleh Jaebum, Jinyoung akhirnya jatuh dan tumbang bahkan bekas pukulan tercetak disertai lebam pada di pipi kanannya. Akhirnya Jaebum pergi dari sana bersama teman-temannya.
"Jinyoung, gwenchana?" Hyoona menarik tubuh namja itu untuk berdiri.
"Menyingkir!" Kesal Jinyoung. Dia berlari entah kemana dan Hyoona hanya mengikutinya dari belakang diam-diam.
Hyoona tahu, Jinyoung kesal padanya. Mungkin karena dirinya malah berusaha mencari masalah dalam hal sepele seperti tadi. Langkah Jinyoung berhenti di taman belakang sekolah yang sepi, duduk di sebuah bangku dan berusaha mengobati lebamnya dengan kain yang diisi es batu. Yeoja itu akhirnya berjalan mendekat dan berdiri tepat di depan Jinyoung yang sedang meringis.
"Wae? Pergi sana. Jangan berusaha melindungiku, jika kau tidak mampu melakukannya!" Tegas Jinyoung.
"Aku tidak bermaksud begitu, hanya saja~"
Belum selesai Hyoona bicara, Jinyoung sudah berteriak dulu, "Pergi dari sini, sekarang!"
Mata Hyoona sudah perih, dan hatinya sedih tertusuk begitu saja. Hyoona berlari dari sana, meninggalkan Jinyoung yang masih meringis kesakitan. Sebenarnya Jinyoung tidak marah, hanya saja dia ingin agar di dunia ini Jaebum hanya membenci dirinya bukan orang lain. Tapi, sebuah mata sudah memperhatikan mereka sejak tadi. Jaebum tersenyum sinis lalu pergi dari sana. Dia telah memikirkan sebuah rencana yang bagus, dengan memanfaatkan pertengkaran itu.
Sejak pertengkaran tadi siang, Jinyoung terus menghindar dari Hyoona. Yeoja itu jadi begitu sedih, melihat Jinyoung yang tidak mau bicara bahkan menghindar darinya. Namun, tiba-tiba Jaebum datang menghampirinya.
"Ikut aku." Kata Jaebum.
"Tidak mau." Tolak Hyoona, dia beranjak dari duduknya ingin pergi tapi tangannya sudah ditarik paksa oleh Jaebum.
"Sakit!" Erang Hyoona, namun Jaebum tetap diam sambil terus berjalan.
Jaebum membawanya ke taman belakang sekolah. Sejak tadi pun, Hyoona berusaha mundur untuk jauh dari hadapan namja itu tapi Jaebum terus memajukan langkahnya dan membuat Hyoona terpojok oleh tembok. Jaebum hanya merentangkan kedua tangannya ke depan, agar Hyoona tidak bisa kabur dari sana.
"Apa yang kau mau?!" Ketus Hyoona.
Jaebum tanpa basa-basi berbisik di telinga Hyoona, dan sukses membuat mata yeoja itu membulat dengan sempurna saat mendengar jawaban namja itu.
"Ha?! Tidak akan!" Tolak Hyoona keras.
"Kalo gitu~" Jaebum mendekatkan wajahnya, yang tinggal beberapa senti. Salah satu tangannya mencengkram dagu Hyoona agar tidak bergerak, hendak menyentuh bibir kecil Hyoona.
"Hajima! Nee. Kalau aku menerimanya, apa untungnya buatku?" Tanya Hyoona berusaha menahan maksud Jaebum.
"Aku berjanji, tidak akan mengganggu adik idiot itu. Bagaimana?" Tawar Jaebum.
Hyoona berpikir. Tidak ada salahnya menyetujui maksud Jaebum demi melindungi Jinyoung, kan?
Dia menghela nafas berat, "Baiklah." Baru saja menjawab, Jaebum tiba-tiba mengecup keningnya sekilas. Membuat wajah yeoja itu memerah.
"Akan kubuat kau jatuh cinta padaku, meskipun kesempatan itu kecil tetapi perlahan." Bisik Jaebum di telinga Hyoona.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tomorrow - Today
Fiksi Penggemar"Tidak ada gunanya, jika kamu menyalahkan diri sendiri. Percayalah! Satu hal yang membuatku ingin pergi, adalah mengurangi beban di punggung semua orang yang mengenal siapa aku." ~ Park Jinyoung ○ "Ini bukan takdir terburuk, dari sebuah karma yang b...