Part #38 Menyerah Sepenuhnya

62 10 0
                                        

 "Hari ini, di musim semi pertamaku sejak aku berada di Korea setelah sekian lama. Ku tutup perasaanku,bersamaan dengan musim semi yang akan berlalu"


~Hwngrjn~


"Jisung?" Seseorang memanggil namanya.

Jisung dan Jian sontak menoleh bersamaan. Renjun terlihat berdiri di sana, dengan salah satu alis terangkat yang menandakan sirat wajah kebingungan. Buru-buru Jian melepaskan tangannya dalam genggaman Jisung, dan menetralkan degup jantung serta semburat merah pada pipinya.

"Waeyo? Kenapa ada Jian juga disini?" Renjun kembali melempar tatapan bingung, namun kedua insang itu tidak kunjung memberinya jawaban.

Sadar dengan situasinya Jian langsung angkat bicara, "A-ani, Renjun-ssi. Aku kebetulan membesuk Jisung juga, kau pasti juga begitu. Benar, kan?"

Renjun tersenyum kecil sambil mengangguk kecil, "Tentu saja. Setiap sore, aku pasti ada di sini."

Jian menghampiri Jisung dengan canggung, "S-sebaiknya kau kembali berbaring, Jisung-ssi."

Jisung hanya menurut, saat dirinya di papah menuju ranjang. Padahal, dia sudah baik-baik saja. Namun namja itu, hanya bisa terdiam. Renjun hanya memperhatikan dengan tersenyum penuh makna, kemudian namja itu berjalan untuk duduk di sofa.

Setelah itu, muncul seorang dokter dari ambang pintu. Ji Soora, begitu yang tertulis pada name tag-nya.

"Saya akan melakukan pemeriksaan lanjutan, kalian bisa keluar sebentar anak-anak?" Pinta Dokter Ji.

Renjun berfikir sebentar, "Anda bukan dokter gadungan kan, Dok?"

Jian terkejut, mendengar pertanyaan yang terlontar dari Renjun. Yeoja itu menghampiri Renjun, "Jangan bicara begitu, Renjun-ssi!"

Dokter Ji tersenyum, "Mianhe. Atas kejadian tidak enak kemarin, saya dan seluruh staff disini sangat merasa bersalah. Kami tidak akan membiarkan, hal kemarin terulang kembali."

"A-ani, Dokter Ji. Maafkan teman saya ini, yang sudah tidak sopan. Chagiyo," Dengan terburu-buru, Jian langsung menarik tangan Renjun keluar dari bangsal.

Mereka duduk di luar, pada kursi tunggu. Renjun hanya bergeming, sembari memandang kearah bangsal Jisung yang tertutup.

Jian mulai meletakkan tangannya pada pinggang, "Sebenarnya apa yang kau pikirkan, Renjun-ssi?! Kau bersikap tidak sopan!"

Renjun mengalihkan pandangannya menatap Jian, "Aku hanya bertanya, lagipula dokter itu bersikap biasa saja."

"Aresseoyo, kau khawatir. Tapi jangan melempar sembarangan pertanyaan pada orang lain, yang tidak bersalah!" Lagi-lagi, Jian kembali berkacak pinggang.

Renjun mengangguk saja. Jian hanya menghembuskan nafas berat, sambil sesekali melirik kearah Renjun. Ada sesuatu yang ingin dia ceritakan, namun dia terlalu gugup untuk bicara. Bahkan hanya dengan memikirkannya saja, membuat jantungnya tidak karuan.

Karena Renjun adalah namja yang cukup peka, dia menoleh kearah Jian saat merasa terus di perhatikan.

"Kau, ingin bicara sesuatu?" Tanya Renjun, sembari memperhatikan Jian.

Jian membeku sebentar, "A-ah?! I-itu~ Aku ingin tahu, apa Jisung pernah bercerita padamu tentang siapa orang yang dia sukai?"

Renjun terlihat berfikir, kemudian menggeleng. Namja itu kembali mengangkat sebelah alisnya, "Waeyo? Kenapa kau menanyakan itu?"

"A-aniyo! Bukan apa-apa." Elak Jian, kemudian mengalihkan pandangannya kearah lain.

"Kau itu menyukai Jisung, kan?"

"Aniyo! Jangan bicara sembarangan!"

"Jika tidak, kenapa kau harus marah?"

Skak mat! Jian hanya bisa terpaku di tempat, bahkan mungkin saat ini dia berhenti sesaat untuk bernfas. Rasanya, dia sudah tertangkapa basah.

"Jadi benar ya~"

"Ke-kenapa memangnya? Apa itu lucu?!" Jian malah jadi kesal sendiri.

"Bukan. Aku hanya ikut senang, jika itu yang kau rasakan. Karena aku sangat menyukaimu, maka aku harus bahagia juga kan?" Tutur Renjun berbisik.

"E-eh?!"

"Jujur saja, mengenai perasaanmu. Sepertinya, Jisung juga sangat menyukaimu." Saran Renjun, berusaha mengalihkan topik.

"Tapi, Renjun-ssi~ Kau-"

Renjun bangkit dari duduknya kemudian menepuk pundak Jihan lembut, "Jangan pikirkan aku. Gwenchana, berbahagialah!"

Renjun pergi begitu saja, meninggalkan Jian memandang punggungnya dengan rasa bersalah.

Jian menggeleng sambil memukul kedua pipinya sendiri, "Apa yang kau pikirkan, Jian? Sadarlah! Kau harus meminta maaf!"

Jian segera menegakkan tubuhnya, lalu mulai berlari kecil mengejar langkah Renjun yang belum jauh. Dengan tergesa-gesa, yeoja itu menarik kaos yang Renjun kenakan membuat namja itu hampir tercekik.

"Waeyo? Kau ingin membunuhku, ha?!" Ucap Renjun sedikit ketus.

"M-mianhe, aku tidak bermaksud~"

"Nee, gwenchana. Kenapa mengejarku?"

"Ahh, aku ingin meminta maaf padamu. Padahal kita bertetangga~ maksudku, kita teman tapi aku tidak bisa menyadari hal-hal kecil. Andai Renjun-ssi, bisa lebih cepat mungkin~"

Belum selesai bicara dengan namja itu. Renjun lagsung mengatupkan mulut Jian dengan jari telunjuknya, "Cukup. Tidak usah pikirkan itu, fokus pada Jisung saja."

Bola mata Jian membulat lebar. Kemudian secara spontan, yeoja itu memeluk tubuh Renjun. Membuat namja tadi, hanya bisa terpaku dan berusaha sebisa mungkin untuk menetralkan degup jantungnya.

"Gomawo, Renjun-ssi!" Ucap Jian girang.

"Nee," Renjun hanya diam. Tidak berniat untuk membalas pelukan itu, dia takut hatinya akan kembali berharap. Lalu tiba-tiba, dia mendengar sesuatu.

Dengan segera, Renjun melepaskan pelukan itu. Dia memperhatikan Jian dan kemudian mendengar sesuatu, "Kau lapar, Jian?"

"Nee? Ke-ketahuan ya? Hahaha~"

"Kalau begitu, mau makan siang bersama? Di sekitar sini, ada kedai bakmi yang enak. Biar aku, yang mentraktirmu."

"Jinjjayo?"

"Nee, kajja."

Jian tersenyum girang, dia berjalan santai di sebelah Renjun sambil sesekali mengoceh. Renjun hanya ikut tersenyum tipis, kemudian mengalihkan pandangannya ke depan.

"Hari ini, di musim semi pertamaku sejak aku berada di Korea setelah sekian lama. Ku tutup perasaanku padamu, pada musim semi yang akan ikut berganti."

Hello, Reader's! Kembali lagi dengan Author>_<. 

Kangen nggak sih sama Author? Hehehe. [Canda.] Semoga kalian masih setia ya, dengan Im Jisung kesayangan kalian. Mianhe  Author jarang up, karena sudah memasuki musim sekolah jadi Author cukup sibuk. Setelah ini nikmati cerita 'TT'-nya ya, Reader dan tolong tinggalkan vote untuk cerita ini.

Thank You!

Tomorrow - TodayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang