"Tidak ada kata 'merepotkan' dalam kamus pertemananku"
~Yngjngn~
Jisung bersiap untuk istirahat, begitu juga Jian dan Boemgyu. Mereka baru membereskan buku-buku kemudian berjalan keluar. Namun baru saja turun dari lift pribadi milik Jisung, mereka bertiga di lempari kertas oleh sekelompok siswa yang sudah sejak tadi menunggu mereka turun.
"A-ada apa ini?" Jian jadi keheranan.
Boemgyu melihat sekitar dan langsung mengerti dengan keadaan saat melihat ada Jaemin dan teman-temannya berdiri di sekitar kerumunan itu, "Ini semua pasti karena ulah mereka!"
"Ya!" Teriak Renjun dari kejauhan, bahkan dia tidak sendirian disana.
"Apa yang kalian lakukan, Ha?! Bubar atau kalian, keluar dari sekolah ini!" Teriak Renjun lagi, membuat sekumpulan anak-anak itu jadi ketakutan.
"Kalian tidak dengar?! BUBAR!" Timpal seorang namja di samping Renjun.
Seluruh siswa itupun akhirnya bubar, kecuali Jaemin dan teman-temannya. Renjun menatap mereka dengan tajam, sedangkan Jaemin mulai mendekat pada mereka.
Jaemin menunjukkan smirknya "Pahlawan di siang bolong ya? Dasar pengecut!"
"Bukannya mereka memang pengecut? Hahaha." Timpal Chenle tertawa puas di susul Haechan, Taehyun dan Yeonjun.
"Kalian yang pengecut, br*ngs*k!" Maki namja berambut hitam di sebelah Renjun.
"Mwo? Kau ingin ikut jadi pahlawan, Jeno?" Tawa Jaemin.
"Dan kau si pengecut yang tidak pernah puas! Sebenernya apa maumu, Ha?!" Tanya Jeno lagi, dia mulai ada di puncak kemarahan.
"Yang aku mau? Tentu saja, MEREKA!" Tunjuk Jaemin pada Jisung, Boemgyu dan Jian.
Jisung memberanikan untuk menghampiri mereka, "Lebih baik aku saja yang kau incar, jangan mereka. Jadi, apa yang kau mau?"
Jaemin mengepalkan tangannya, dia sudah ingin memukul Jisung. Namun, tertahan. Betapa terkejutnya mereka, saat mengetahui bahwa Jisung yang menahan pukulan itu tepat di depan wajahnya sendiri dan hanya berjarak beberapa centimeter saja.
"A-apa?!" Kata Jaemin tercekat. Lengannya di genggam kuat sekali, oleh Jisung.
"Aku tidak suka dengan kekerasan, dan aku bertanya kepadamu karena aku ingin meyelesaikan semuanya." Jisung langsung mendorong tubuh Jaemin hingga terhuyung kebelakang, namun Haechan dan yang lain menangkap tubuh itu.
"Sebaiknya kita pergi saja dari sini." Ucap Yeonjun, lalu secepatnya mereka pergi darisana.
Jisung berbalik badan, "Kalian baik-baik saja?"
Tidak ada yang menjawab. Mereka begitu tercengang dengan adegan barusan, yang luar biasa. Namun, akhirnya Jeno tersadar.
"Kau luar biasa." Cetus Jeno sembari menepuk pundak Jisung.
"Gomawo, kuharap itu bukan pujian." Jawab Jisung terkekeh.
Jian buru-buru menghampiri Jisung dan membolak-balikan tubuh namja itu, "Kau baik-baik saja, bukan?"
"Nee, gwenchana. Pukulannya tidak sampai mengenai wajahku kok." Balas Jisung menengkan kekhawatiran yeoja itu.
"Tapi bagaimana bisa?" Renjun masih tidak mengerti.
"Ehm, aku sudah sering mengatakan bahwa aku selalu mengikuti kata hatiku. Lagipula saat Jaemin akan memukul, aku menggunakan pendengaranku untuk mendengar arah anginnya dan ternyata benar! Dia ingin memukul tepat di depan wajahku." Jelas Jisung memasang wajah santainya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tomorrow - Today
Fanfiction"Tidak ada gunanya, jika kamu menyalahkan diri sendiri. Percayalah! Satu hal yang membuatku ingin pergi, adalah mengurangi beban di punggung semua orang yang mengenal siapa aku." ~ Park Jinyoung ○ "Ini bukan takdir terburuk, dari sebuah karma yang b...