"Karena kami satu nasib dengan dirimu"
~Chbmgy~
Entah kenapa, ada yang berbeda dengan Boemgyu hari ini saat bersiap berangkat sekolah. Sang Appa, sampai terheran melihat putranya yang sedang sangat bersemangat. Bahkan sedari tadi namja itu, terus memperhatikan putranya yang sedang makan, dan sebagainya. Seperti itu terus, di sela-sela kegiatan yang dilakukan pagi itu. Hingga mereka akan berangkat, Boemgyu masih terlihat tersenyum ceria.Sembari memakai jasnya namja itu bertanya, "Apa ada sesuatu yang bagus, hingga membuatmu terlihat ceria hari ini?"
Boemgyu terkejut lalu mengangguk dan menjawab dengan melakukan isyarat, "Hari ini, aku tidak sabar akan bertemu teman baruku!"
"Teman baru?" Sang Appa menaikkan alisnya.
Boemgyu tersenyum lagi. Sang Eomma yang juga penasaran, akhirnya ikut menimbrung percakapan mereka.
"Ada apa, Doowon?" Tanya sang Eomma penasaran.
Doowon mengangkat bahu, "Boemgyu bilang, dia memiliki teman baru. Sebaiknya kau bujuk dia, Soo Mi. Agar dia memberi tahu siapa teman barunya itu, aku jadi penasaran."
"Memangnya siapa teman barumu itu?" Tanya Soo Mi pada Boemgyu.
"Namanya Jisung. Dia anak yang baik, Appa dan Eomma harus bertemu denganya kapan-kapan." Kata Boemgyu berisyarat pada Soo Mi.
Doowon bangkit setelah memakai sepatunya, "Baiklah. Lain kali, ajak dia bermain kemari. Appa jadi penasaran, siapa Jisung yang kau maksud itu."
Boemgyu mengangguk mengerti. Kemudian kedua namja itu mulai berpamitan pada Soo Mi dan pergi meninggalkan rumah.
Ruang Kepala Sekolah.
"Jadi, ada apa kau kemari?" Tanya Kepala sekolah Hwang.
"Saya ingin berpindah kelas dengan seorang namja bernama Im Jisung." Jawab Jian, saat ini.
"Pindah kelas dengan Jisung? Apa kau yakin?" Tanya Kepala sekolah Hwang terheran-heran.
"Nee, Soengsanim. Saya sangat yakin." Ucap Jian serius.
"Begini, saya tidak menolak atas permintaanmu. Hanya saja, kau pasti tahu bahwa Jisung memiliki kelas pribadi karena kelatarbelakangan mentalnya yang buruk." Jelas Kepala sekolah Hwang.
Jian menarik nafas. Kemudian dia mengambil sebuah benda yang sengaja di tempelkannya pada telinga dan memperlihatkan benda tersebut pada namja tua di depanya, "Saya juga memiliki latarbelakang mental buruk, dan hanya di bantu oleh alat ini. Saya hanya ingin melengkapi kekurangan namja itu, jadi tolong izinkan saya."
Kepala sekolah Hwang menghembuskan nafas kasar, "Baiklah, saya izinkan kepindahanmu. Tapi, berusahalah untuk menyesuaikan materi dengan namja itu. Arasseoyo?"
"Nee, Khamsahamnida. Saya permisi." Jian bangkit dari duduknya, membungkuk hormat pada Kepala sekolah Hwang, kemudian keluar dari ruangan itu.
Brugh!
Baru saja melangkah dari pintu, Jian menabrak seorang namja di depannya. Yeoja itu sampai terhuyung mundur, karena menabrak dengan kasar. Dia pun dengan cepat menyentuh hidungnya yang sakit.
Sebuah tepukan terasa di bahunya. Namja yang menabraknya tadi hanya tersenyum simpul, menulis di sebuah buku, merobeknya dan memberikan secarik kertas , "Mi-mianhe. aku tidak bisa bicara, karena itu kugunakan kertas ini untuk mejawab dirimu."
"G-gwenchana, aku permisi." Jian membungkuk cepat, lalu berlari pergi.
Namja itu melihat kepergian Jian dengan keheranan. Kemudian, tanpa ambil pusing dia masuk kedalam ruang kepala sekolah.
"Ada yang bisa di bantu anak muda?" Tanya Kepala sekolah Hwang.
Namja itu kembali menulis di catatan kemudian merobek kertasnya, "Saya ingin mengutarakan kepindahan kelas saya, soengsanim."
"Boleh saya tahu namamu dan apa alasanmu ingin pindah kelas?" Begitulah pertanyaan yang langsung terlintas di benak namja tua itu.
"Nama saya, Choi Boemgyu-imnida. Saya ingin satu kelas dengan seorang namja bernama Im Jisung." Jawabnya masih dengan catatan.
"Sebenarnya, apa yang terjadi dengan anak bernama Im Jisung itu?" Batin Kepala sekolah Hwang bingung.
"Nee, saya izinkan kamu untuk pindah. Tapi, kamu harus berjanji untuk bisa mengikuti materi yang di berikan di kelas khusus itu." Ucap Kepala sekolah Hwang kemudian.
Boemgyu mengangguk, menarik lengannya keatas alisnya untuk memberikan hormat lalu membungkuk, kemudian pergi dari sana. Namja itu bersemangat menaiki tangga menuju kelas Jisung, namun saat sudah mencapai pintu Boemgyu bertemu dengan seorang yeoja yang tidak asing baginya.
"Kau?" Ucap yeoja itu terkejut.
Boemgyu bersiap ingin menulis pada catatannya tapi yeoja itu mencegah, "Bisa kau gunukan bahasa isyarat? Aku bisa mengerti, karena itu lebih mudah."
Boemgyu tersenyum lalu mengangguk, "Gomawo, menggunakan bahasa isyarat memang lebih mudah. Kenalkan Na, Choi Boemgyu-imnida."
"Na, Lee Jian-imnida. Apa yang kau lakukan disini?" Tanya Jian kemudian.
"Aku resmi pindah di kelas ini." Jawab Boemgyu antusias.
"Mwo? Jinja? Aku juga begitu." Tutur Jian terkejut.
Boemgyu tersenyum bersemangat, "Berarti kita sama, kajja."
Mereka berdua masuk kedalam kelas itu. Lee soengsanim yang sedang mengajar, menghentikan aktivitasnya.
"Anyeong haseyo." Ucap Jian memberi salam, diikuti membungkuk hormat dari Boemgyu.
"Ada apa ini?" Tanya Lee soengsanim.
"Ehm, begini soengsanim. Kami di perbolehkan oleh Kepala sekolah Hwang pindah di kelas ini." Jawab Jian agak gugup.
Lee soengsanim terkekeh, "Saya tahu, kalian ingin belajar bersama dengan Jisung bukan?"
Boemgyu mengangguk senang lalu menggunakan isyaratnya tanpa sengaja, "Bagaimana soengsanim tahu?"
"Ah! Mianhe, soengsanim. Maksud Boemgyu bagaimana~"
"Saya mengerti bahasa isyarat. Jadi, jangan khawatir. Kalau menurut saya, karena Jisung siswa yang unik jadi kalian ingin sekali ada di dekatnya bukan?" Potong Lee soengsanim.
"Memangnya ada apa denganku?" Tanya Jisung tiba-tiba.
"Ehm, itu~" Jian jadi gelagapan.
"Kau hanya muridku yang istimewa, Jisung." Timpal Lee soengsanim.
Mereka tertawa mendengar ucapan Lee soengsanim. Jisung jadi malu sendiri mendengar penuturan soengsanim-nya itu.
"Tapi, apa alasan kalian pindah di sini?" Jisung bertanya atas penasarannya.
Boemgyu menghampiri namja itu lalu menuliskan pola di tangan Jisung, "Kami hanya ingin lebih dekat denganmu, ingin mengetahui tentang dirimu lebih banyak. Karena itu kami memutuskan ada disini, karena kita senasib."
"Kalau begitu, silahkan kalian duduk dan saya akan melanjutkan materinya." Kata Lee soengsanim memulai kembali aktivitasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tomorrow - Today
Fanfiction"Tidak ada gunanya, jika kamu menyalahkan diri sendiri. Percayalah! Satu hal yang membuatku ingin pergi, adalah mengurangi beban di punggung semua orang yang mengenal siapa aku." ~ Park Jinyoung ○ "Ini bukan takdir terburuk, dari sebuah karma yang b...