"Lalu kejutan kebaikan apalagi yang akan kami saksikan darimu, Im Jisung"
~Hwgrjn~
"Daebak!" Pekik Jian kegirangan.
Akhir pekan ini, Renjun dan Jeno sepakat untuk datang di konser solo Joengin. Jeno juga sudah berjanji pada Imo-nya, akan datang. Jadi, dia sama sekali tidak bisa menolak. Mereka sepakat, untuk berkumpul di depan Mall Lotte Dutty Free Seoul dan Renjun hanya ikut menemani, karena dia juga bertanggung jawab atas undangan ini. Jian tetap datang sendiri, gadis itu berjalan beriringan dengan Boemgyu sedangkan di baris terakhir, ada Jisung dengan Soojoeng dan Taejang.
"Mianhe, karena aku sudah merepotkan." Gumam Jisung pelan.
"Ani, ini keputusan yang benar. Kau juga mengajak Soojoeng dan Taejang, mereka juga bisa ikut membantu menjagamu." Jelas Renjun sembari menoleh sekilas pada mereka.
"Gwenchana, jangan khawatir. Semua akan baik-baik saja, kami disini juga senang karena bisa ikut denganmu. Aku bosan berada di rumah, karena Eomma terus saja mengomel." Kekeh Taejang.
Soojoeng memutar bola mata jengah, "Itu semua karena ulahmu yang kelewatan."
"Apa kau bilang?! Ini juga karena kau~"
"Hei, sudah-sudah! Kita sudah sampai, sebaiknya kalian jaga sikap." Celetuk Jian berkacak pinggang, dan Boemgyu hanya mengangguk-angguk sambil terkekeh kecil.
Mereka sampai di sebuah aula gedung yang luas. Bahkan, beberapa penggemar sudah sampai lebih dulu disana. Jeno memimpin jalan, sambil menerobos kerumunan para penggemar. Renjun mengikuti, Jian semakin berdempet pada Boemgyu sedangkan Taejang dan Soojoeng semakin ketat menuntun Jisung.
"Ini kursi kita. Kalian duduk dulu, aku akan mengabari Joengin." Ucap Jeno mempersilahkan.
"Ini kursi VIP?" Renjun terkejut.
Jeno tersenyum kikuk, "Begitulah. Joengin bilang, dia ingin langsung bisa melihat kalian dari atas panggung dan dia tidak ingin repot mencari kalian di kursi penonton karena pasti terlalu banyak penggemar yang akan datang."
Mereka duduk dengan tenang. Tanpa butuh waktu lama, banyak penggemar sudah stand by di tempat. Duduk, sambil meneriakkan nama 'Joengin' dari kursi penonton. Jeno sudah kembali dari menelpon, dia ikut duduk meski harus mencari celah untuk lewat. Di saat yang bersamaan, lampu aula mati. Satu lampu sorot, mengarah ke panggung dan yang lain bisa melihat Joengin berdiri disana. Dia memulai dengan menyanyikan lagu, 'Rainbow'.
"..I can see a rainbow
In your tears as they're fallin' down
I can see your soul grow, uoo
Through the pain as they hit the ground
I can see a rainbow
In your tears as the sun comes out
As the sun comes out
.."Riuh tepuk tangan para penggemar di lapangan, terdengar kompak dan ricuh. Teriakan penggemar menyebut nama 'Joengin' terdengar dimana-mana, sedangkan Jisung hanya tersenyum dan memberikan tepuk tangan yang meriah untuk teman barunya itu. Konser berdurasi satu setengah jam, akhirnya selesai dengan akhir lagu 'Perfect'dan bisa di bayangkan suara tepuk tangan meriah yang menggelegar dimana-mana.
"Ternyata, sepupumu itu punya suara yang bagus ya?" Komen Renjun di akhir konser.
"Yang aku tahu, Joengin memang ingin menjadi penyanyi. Karena itu, dia memaksa Imo-ku untuk menyetujui keputusannya." Cerita Jeno.
"Konsernya juga luar biasa, apa kalian juga lihat tepuk tangan meriah itu?" Ujar Jian terlihat senang, dan Boemgyu hanya menganggukkan kepalanya.
Kini semua keseruan sudah selesai. Pulang adalah hal terakhir yang mereka pikirkan, dan sekarang mereka akan menyebrang jalan. Renjun dan Jeno, memastikan jalan benar-benar sepi terlebih dulu. Jisung memang tidak bisa melihat tapi indranya yang lain berfungsi sangat jelas, dia seperti mendengar sesuatu.
"Eomma~" Seorang namja kecil menangis di pinggir~ Bukan! Dia sudah lebih dari trotoar dan dari arah lain, Jisung bisa mendengar suara kendaraan melaju cepat kearah namja kecil itu.
Reflek, Jisung melepaskan tuntunan Taejang dan Soojoeng. Dia berlari secepat mungkin kearah namja kecil itu, dan memasang pendengarannya dengan baik. Taejang, Soojoeng dan yang lain sudah berteriak menghentikan Jisung. Namun tetap saja, Jisung tidak menghiraukannya. Tanpa ba-bi-bu lagi, Jisung mendekat ke jalan, menarik tubuh namja kecil tadi dengan cepat dan mereka jatuh bersamaan di trotoar.
Selamat. Tidak ada yang terluka, namja kecil tadi baik-baik saja. Orang-orang di sekitar sana juga membantu mereka berdua, lalu sepertinya seorang yeoja paruh baya datang pada namja kecil yang terus menangis itu.
"Khamsahamnida. Kalau saja tidak ada anda, putra saya ini pasti sudah celaka." Yeoja paruh baya itu membungkuk berulang kali, berterima kasih pada Jisung.
Jisung menggeleng sembari tersenyum kecil, "Nee. Tolong Nyonya, jangan meninggalkan putranya sendiri lagi. Kasihan dia menangis."
"Nee. Ayo, sayang. Pamit dulu dengan namja tampan ini ya?"
Namja kecil itu membungkuk sekilas, "Gomawo, Hyung."
Jisung tersenyum sambil mengacak rambut namja kecil itu, "Lain kali, jangan menangis lagi ya?"
"Nee. Dadah, Hyung tampan!" Seru namja kecil itu, saat Eomma-nya menggandengnya pergi menjauh dari sana.
Taejang dan yang lain menghampiri Jisung, dengan nafas tersengal. Mereka terlihat kewalahan, saat mengejar langkah Jisung yang terlalu panjang.
"Kau ini! Jangan pergi sembarangan. Bagaimana jika mobil tadi giliran menabrakmu?!" Soojoeng mulai berkacak pinggang.
"Kali ini aku setuju dengan Soojoeng, kau harus menjaga keselamatan dirimu sendiri!" Timpal Taejang.
Jisung tersenyum kikuk, "Mianhe. Anak tadi, menangis di jalan seperti itu dan aku jadi tidak tega. Lagipula, mobil tadi mau menabraknya dan tidak berusaha berhenti."
Renjun bergeming, "Apa kau benar-benar tidak khawatir, dengan dirimu sendiri?"
"Lebih baik, jika aku dapat melihat seseorang hidup daripada membiarkannya mati atau cacat sepertiku." Ujar Jisung sembari tersenyum kecil.
Renjun tertegun dan yang lain hanya bergeming di tempat, benar-benar tak habis pikir dengan jawaban Jisung. Boemgyu menghampiri Jisung setelah terdiam cukup lama. Namja itu, menuliskan sebuah pola.
"Aku salut padamu, tapi kau harus pikirkan dirimu juga. Jannga membuat orang lain khawatir, karena semua kehidupan itu berharga. Itulah yang selalu kau katakan padaku, kan?" Ucap Boemgyu, dan Jisung hanya tersenyum mengagguk.
"Nee, Mian. Lain kali, akan ku pikirkan untuk diriku juga." Jawabnya mengerti, dia mengambil tongkatnya dari tangan Soojoeng.
Renjun tersenyum samar di balik diamnya, "Aku benar-benar tidak menyangka dengan semua kebaikanmu. Lalu kejutan kebaikan apalagi yang akan kami saksikan darimu, Im Jisung."
Jangan lupa tekan bintang sekali lagi, untuk mendukung Author kembali semangat menulis dan kembali melanjutkan cerita ini!

KAMU SEDANG MEMBACA
Tomorrow - Today
Fanfiction"Tidak ada gunanya, jika kamu menyalahkan diri sendiri. Percayalah! Satu hal yang membuatku ingin pergi, adalah mengurangi beban di punggung semua orang yang mengenal siapa aku." ~ Park Jinyoung ○ "Ini bukan takdir terburuk, dari sebuah karma yang b...