"Saat dia berjuang, sama sekali tidak pernah terlihat rasa lelahnya.Tapi begitu ada hasil dia justru malah menerima rasa sakitnya"
~Mnrmi~
Setelah kepergian Jinyoung, Hyoona menyantap makanan dengan Raemi. Bagi Hyoona, dia tidak habis pikir begitu kuatnya Jinyoung dengan kehidupannya. Yang dia dengar dari cerita Sehun, Jinyoung hanya lemah saat menghadapi seorang namja bernama Jaebum tadi. Ya, hanya dengan Im Jaebum.
Tiba-tiba pintu depan terbuka, terlihat sosok namja yang dia pikirkan tadi ada di depan pintu sambil memasang wajah tidak terlalu bersahabat.
"Kau?!" Ucap mereka berbarengan.
"Apa yang kau lakukan disini?" Tanya Jaebum dengan agak kesal.
"Kau sendiri?" Hyoona balik bertanya.
"Ini rumahku."
Hyoona terkejut. Jadi, Jaebum adalah Hyung-nya Jinyoung? Bagaimana bisa? Bahkan sifat mereka bertolak belakang.
"Kalian sudah kenal?" Tanya Raemi.
"Dia satu angkatan denganku, Eomma." Jelas Jaebum tersenyum sembari mengedipkan matanya. Hyoona hanya buang muka.
"Jaebum, ganti bajumu dulu lalu makan ya?" Suruh Raemi. Tatapan Jaebum tidak beralih sedikit pun dari Hyoona dan dia masih tersenyum seperti tadi.
"Nee, Eomma." Jaebum akhirnya pergi ke kamarnya. Membuat Hyoona akhirnya sedikit lega.
Karena kebingungan memikirkan banyak hal, Hyoona sampai tidak sengaja menjatuhkan cangkir yang masih berisi teh panas di meja karena tersenggol oleh tangannya. Bajunya pun jadi terkena tumpahan teh itu.
"Ah! Panas." Rintih Hyoona sembari mengibat-ngibatkan tangannya pada pahanya.
"Gwechanna?" Raemi menghampiri Hyoona dengan cemas.
"Nee, Imo. Saya hanya perlu mengganti baju saja." Jawab Hyoona mencoba menahan panas di kulitnya.
"Baiklah, kamu pergi ke kamar Imo dan ambil baju yang kamu suka untuk berganti pakaian ya?" Jelas Raemi. Hyoona mengangguk dan bangkit dari duduk, sedangkan Raemi pergi ke dapur untuk mencuci peralatan makan tadi.
Dengan hati-hati Hyoona melangkah menuju salah satu pintu kamar. Dia sedikit bingung, tapi melangkah pasti pada salah satu pintu dan masuk ke dalam salah satu kamar itu. Kamar yang cukup rapi, dan bersih. Namun, dia terkejut saat melihat sebuah foto diatas laci. Terlihat sebuah gambar dua orang anak laki-laki dalam foto itu, yang sepertinya dengan sengaja di sobek menjadi dua di dalam pigura. Hyoona yakin bahwa itu foto Jaebum dan Jinyoung saat duduk di sekolah dasar, terlihat dari pakaiannya di dalam foto. Tapi, kenapa di robek? Begitu pikirnya.
Tiba-tiba pintu kamar terbuka, "Ya! Apa yang kau lakukan disini?!"
"Jaebum? Jangan masuk kamar sembarangan! Harusnya kau ke~" Belum selesai bicara, Jaebum sudah membekap mulutnya.
"Ini kamar milikku, kau tahu itu!" Jelas Jaebum kesal, lalu melepas bekapannya.
"Ah, mianhe. Kukira ini kamar Imo." Sesal Hyoona, dia lalu berjalan kearah pintu hendak keluar. Tapi, pintu itu terkunci.
"Kenapa terkunci?" Pikir Hyoona dalam hati sambil berusaha sekali lagi membuka pintu.
"Aku sudah menguncinya, dan kau tidak bisa keluar." Seru Jaebum sambil memperlihatkan sebuah kunci di tangannya. Dia langsung berjalan kearah Hyoona dan menyudutkannya dengan kedua lengannya. Hyoona terhimpit antara Jaebum dan pintu, membuat dadanya agak bergemuruh.
"Minggir. Ini terlalu dekat." Kata Hyoona sambi mencoba mendorong tubuh Jaebum. Tapi nihil, Jaebum tidak terdorong sama sekali.
"Apa hubunganmu dengan Jinyoung?" Tanya Jaebum sejurus kemudian. Wajahnya terlihat serius kali ini.
"Aku tidak ada hubungan apa-apa, minggir!" Jawab Hyoona.
"Lalu kenapa kau sampai kemari, hah?!"
"Aku hanya ingin berkunjung, dan tidak ada maksud apapun." Jelas Hyoona lagi. Kali ini dia bisa mendorong tubuh Jaebum mundur.
Jaebum hanya meringis sambil memandangi Hyoona dengan tatapan jahil, "Menarik."
Jaebum melemparkan kuncinya pada Hyoona. Hyoona buru-buru membuka pintu dan pergi begitu saja tanpa mengucapkan apapun. Namun tanpa sengaja, Hyoona hampir saja menabrak Raemi yang baru saja dari dapur.
"Kamu belum mengganti bajumu?" Tanya Raemi agak terkejut.
"Aniyo, Imo. Lihat! Ini sudah kering sekarang." Jawab Hyoona asal.
"Ehm, baiklah." Raemi langsung duduk di sofa sambil melepas lelah. Hyoona lalu duduk di sebelah Raemi.
"Imo. Boleh aku tanya sesuatu?" Kata Hyoona, namun dia agak ragu untuk bertanya.
"Boleh. Ada apa?"
"Apa Jaebum dan Jinyoung sering bertengkar seperti saat disekolah?" Tanya Hyoona gugup.
"Mereka seperti itu, karena Jaebum mungkin belum siap menerima kenyataan bahwa Jinyoung mengalami kondisi mental seperti saat ini. Selalu terjadi pertengkaran sejak mereka kecil. Tapi, meskipun Jinyoung seperti itu dia jauh luar biasa dengan kepintarannya, rasa pedulinya dan kesabarannya yang tidak pernah habis. Dia selalu terlihat kuat meskipun pernah menangis." Jelas Raemi sambil menerawang jauh.
"Kenapa Jinyoung tidak melawan, Imo? Jika ada kesempatan dia pun bisa menyerang balik." Pikir Hyoona masih belum mengerti.
"Dia pernah bilang pada Imo, kalau dia hidup bukan untuk membenci Jaebum tapi menyayangi Hyung-nya itu sampai kelak dia tiada. Bahkan, dia selalu ingin terlihat kuat, meskipun di sakiti berkali-kali." Jawab Raemi, kali ini air matanya ikut mengalir dan sukses membuat Hyoona menjadi tidak enak hati.
"Imo tenang saja. Aku akan berusaha menemani dan menyemangatinya. Sekarang pun aku mengerti kenapa dia sekuat ini, karena selalu ada Imo dia bisa jadi seperti itu." Ujar Hyoona sambil memeluk Raemi, menenangkan yeoja yang sudah tidak muda lagi itu. Mungkin banyak sekali yang dipikirkan yeoja ini.
"Semangatlah Jinyoung, demi Imo." Batin Hyoona berharap.

KAMU SEDANG MEMBACA
Tomorrow - Today
Fanfic"Tidak ada gunanya, jika kamu menyalahkan diri sendiri. Percayalah! Satu hal yang membuatku ingin pergi, adalah mengurangi beban di punggung semua orang yang mengenal siapa aku." ~ Park Jinyoung ○ "Ini bukan takdir terburuk, dari sebuah karma yang b...