3

699 121 14
                                    

Waktu untuk menggambar sudah habis. Anak-anak dipersilahkan untuk kembali ke orangtuanya masing-masing untuk memberikan gambar sebagai hadiah dari hasil karya anaknya sendiri.

Binar berjalan mendekati papanya, Reno berjongkok mensejajarkan tingginya dengan putrinya.

"Papa this is for you"

Reno tersenyum sembari menerima lembaran kertas gambar A4 itu. Senyumnya semakin lebar melihat seorang lelaki dan anak gadisnya sedang membawa secangkir teh. Backgroundnya dihiasi dengan beberapa pohon hijau dan gambar sekolah.

Meski gambar Binar tidak sangat bagus, namun gambar khas anak kecil dengan krayon itu mampu dicerna apa yang sedang ia gambar. Bahkan Binar menambahkan detail detail seperti pita pada kedua cepol rambutnya, atau gambar bunga pada cangkir yang sedang dipegang Reno.

"Bagus banget gambar princessnya papa" Kata Reno mengelus rambut anaknya.

Binar hanya tersenyum singkat kemudian membuka tangannya tanda minta gendong.

Reno segera menggendong putrinya itu sembari berdiri. Binar mengalungkan tangannya pada leher Reno.

"I love you, Papa" Kata Binar tiba-tiba, kemudian ia membenamkan kepalanya pada ceruk leher Reno sembari berbisik.

"But I miss mommy".

Binar mengatakannya dengan sangat pelan namun Reno masih bisa dengan jelas mendengarnya.

Aah, tentu saja. Reno harus paham sebagaimanapun Binar menerima dan mengatakan bahwa Reno adalah Papa sekaligus mamanya, Reno harus ingat bahwa gadis di gendongannya ini hanyalah anak kecil berusia 5 tahun. Yang terlebih tak pernah merasakan kasih sayang langsung dari seorang ibu.

Untunglah pemberian gambar tadi sekaligus menjadi acara penutup pada rangkaian acara tea party pagi ini. Reno segera meninggalkan lokasi menuju mobilnya.

Binar masih diam saja menyenderkan kepalanya kearah pintu. Reno memasangkan sabuk pengaman pada Binar. Gadis itu hanya pasrah dan terlihat lesu.

"Kenapa tiba-tiba jadi kangen mama?" Tanya Reno sebelum ia mulai menjalankan mobilnya.

Hening sejenak, Binar masih diam tidak menjawab pertanyaan papanya.

"Hm?" Tanya Reno lagi sembari mengelus pipi anaknya.

"Abis gambaran Binar beda sendiri tadi. Semua temen temen Binar gambarnya gandengan sama mama mama cantik, semua gambarnya bagus, terus semua temen temen Binar juga bajunya bisa kembar sama mamanya kayak princess sama queennya. Terus tadi temen Binar ada yang nanya why your mama never come to the school? You dont have mama? Why you draw your papa? You know your mama face right?. Terus Binar jadi... hiks.. Binar jadi kangen mamaaaaa... huaaaa... Binar mau ketemu mamaaaaa" Tangis Binar pecah ditengah rentetan curhatnya.

Meski Reno sudah terbiasa membesarkan Binar sendiri 5 tahun ini, tapi ia tetap kalang kabut jika anaknya tiba-tiba nangis seperti ini.

"Hey hey hey.. don't cryyy.. anak papa jangan nangis dooong.. aduh.. kita beli mainan ya sekarang? Atau mau eskrim?"

Binar geleng geleng dan tetap menangis. Oh tuhan, Reno harus bagaimana?! Biasanya Binar tidak pernah menolak makanan dan mainan.

Sebenarnya Reno tau solusinya agar anaknya ini berhenti menangis jika sebab dari tangisnya ini adalah seorang ibu. Tapi sungguh, Reno sedang tidak ada rencana akan hal itu saat ini.

Tangis Binar semakin kencang, ia bahkan menyerukan kata mama disela tangisnya.

Aaah Reno pusing.

AIRIN KUSUMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang