13

648 132 38
                                    


Binar diam menatap Airin. Ia tidak mengerti arti renovasi tapi yang jelas ia mengerti kalau wanita didepannya ini tidak punya rumah untuk ditinggali, dan ia harus tinggal di rumahnya.

Binar menatap papanya ragu. Lalu beralih menatap Airin. Lalu menatap papanya lagi. Tangannya melambai ke arah papanya memintanya untuk menunduk.

Reno yang mengerti langsung menundukkan badannya dan Binar mendekati telinganya untuk membisiki sesuatu.

"Pa.. tapi nanti tantenya tidur dimana? Ngga cukup kalo di kasurnya Binar". Bisik Binar yang agak keras, karna Airin masih bisa mendengarnya dan wanita itu justru terkekeh pelan.

"Tante tidur disitu, sayang.. ngga apa-apa kok..". Justru Airin yang langsung menjawab sembari menunjuk sofa depan tv.

Binar menatap Airin dengan mulutnya yang membulat. Lalu ia membisiki telinga Reno lagi.

"Kalo di kamar Papa ngga boleh ya? Nanti tante itu kedinginan, Pa".

Reno dan Airin saling tatap salah tingkah. Meski Binar niatnya membisiki, tapi suaranya tetap masih bisa terdengar oleh dua manusia dewasa didepannya itu.

"Ummm.. e... itu.. eng..". Reno bingung harus jawab apa.

Lalu Airin tertawa, "Hahaha, yaampun kamu lucu banget sih, Binar! Makasih yaaa udah cemasin tante.. Tapi tante ngga kedinginan kok, kan pakai selimut". Kata Airin mencubit pipi Binar gemas.

"Jadi, tante boleh kan tinggal sama Binar?". Kata Airin memastikan.

Binar menatap papanya lagi, ragu. Lalu beralih menatap Airin. Kemudian ia mengangguk kecil.

"Yeeey! Terima kasih, cantik". Kata Airin mengusap kepala Binar lembut.

Setelah itu Binar langsung berlari menuju kamarnya.

"Emang suka gitu dia, malu kalo sama orang baru". Kata Reno menjelaskan tingkah Binar.

Airin tertawa kecil. "Iya mas, ngga apa-apa, wajar".

"Tapi Binar cantik banget ya, mas. Lucu gitu, imut". Puji Airin sembari menatap kamar Binar yang sudah tertutup.

Reno terkekeh pelan, refleks tangannya membenarkan rambut.

"Ya.. jelas.. liat dulu siapa bapaknya". Kata Reno.

Airin menoleh menatap Reno, senyumnya untuk Binar belum pudar. Tapi setelah mendengar perkataan Reno ia malah makin tersenyum.

"Bener yah kata Diana..". Kata Airin.

Reno menaikkan alisnya tanda bingung.

"Kamu pede banget najis". Kata Airin lalu ia tertawa menutup mulutnya sembari melengos ke dapur.

Reno hanya dibuat tercengang oleh wanita itu. Bisa-bisanya dia lebih setuju pada Diana.

"Loh tapi bener kan?!" Kata Reno menatap punggung Airin yang sedang membuka kulkas. Mencari pembelaan.

Airin menoleh "Iya.. bener kok.. aku juga ngga bilang salah kan". Kata Airin dengan senyumnya. Nadanya sok meyakinkan Reno.

Reno tersenyum malu.

"Oh iya mas, ini bahan-bahan di kulkas aku buat masak ya? Buat makan siang. Mas Reno sama Binar juga belum makan, kan?"

"Oh iya, pake aja terserah kamu".

Setelah itu Reno masuk ke dalam kamarnya untuk mengecek beberapa e-mail terkait pekerjaan.

Tak lama, terdengar suara ketokan dan suara Airin memanggil namanya dari pintu kamarnya. Reno bergegas membukanya.

AIRIN KUSUMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang