47

675 112 29
                                    


5 bulan berlalu sejak aku terakhir kali bertemu dengan Mas Reno. Rindu? Jelas. Tak ada hari dimana aku tak ingin pergi menemuinya.

5 bulan aku menahan. Hingga akhirnya aku dapat berdiri lagi di depan apartemen ini.

"Loh? Si neng?". Pak Adi, satpam apartemen yang dulu selalu shift malam hari itu rupanya sekarang berubah jadi shift pagi.

Aku balas menyapanya, "Eh, iya pak. Apa kabar?"

"Ah bapak mah baik, neng. Neng Airin yang gimana kabarnya? Nggak pernah keliatan lagi sejak kapan taun."

Aku hanya bisa tersenyum. Entah harus kujawab apa pada Pak Adi.

"Saya ke atas dulu ya pak." Putusku, segera melangkah memasuki apartemen itu.

Kakiku sudah berada tepat di depan pintu apartemen Mas Reno dan hatiku rasanya mencelos. Aku masih ingat dengan jelas bagaimana saat itu, jam 3 pagi ketika semua masih tertidur, aku mengemasi pakaianku dengan berat hati.

Aku tidak bisa tidur semalaman. Dan aku bahkan juga tidak kuat melihat Mas Reno yang diam-diam menyematkan cincin di jari manisku. Aku ingin menangis kala itu. Aku ingin bangun dan memeluknya. Menciumnya, dan mengatakan bahwa aku mencintainya.

Tapi aku tau itu tidak mungkin. Kami tidak mungkin bisa bersama. Aku jelas tidak pantas mendapatkan Mas Reno dan keluarganya yang sangat baik.

Sejak malam itu, hidupku rasanya semakin hampa. Aku tidak tau lagi tujuanku apa, kenapa aku begini, kenapa aku di tempat ini bersama pria lain yang menyewaku untuk menemaninya ke pernikahan mantannya.

Setiap malam ketika semua orang tertidur, aku selalu merindukannya, hingga tanpa sadar mungkin Tuhan mendengar doaku. Doa bahwa aku merindukan Mas Reno, juga Binar. Doa bahwa aku ingin bersama mereka.

Hingga kini Ia membawaku kembali ke tempat ini. Lagi.

Ya tuhan, jantungku rasanya mau meledak! Tiba-tiba saja aku takut untuk kembali. Sudah lama sejak kami bertemu terakhir kali dan aku takut di selang masa itu Mas Reno sudah bertemu dengan orang lain. Melupakanku. Aku takut!

Binar.

Ah tentu saja aku tidak melupakan malaikat kecil itu. Aku amat sangat merindukannya! Sudah setinggi apa dia sekarang? Apa dia sehat? Binar pasti makin cantik.. ah tapi.. bagaimana jika dia tidak suka melihatku? Bagaimana jika dia membenciku karna tiba-tiba pergi saat itu?

Tanganku bergetar saat hendak menekan tombol bel di depanku. Aku bisa saja lari sekarang, mungkin itu akan membuatku lebih baik. Tapi tidak mungkin, aku tidak mau tersiksa dengan kerinduan ini.

Ting tong..

Tak ada jawaban. Ah sial! Apa sebaiknya aku pergi? Aku takut mereka tidak menerimaku!

Tapi tak lama aku mendengar suara langkah yang setengah berlari dari dalam.

Tarik nafas, hembuskan. Aku harus tenang.

Pintu itu terbuka. Dan bagaimana aku sangat terkejut dengan siapa yang kulihat di depanku.

Malaikat kecil itu sudah tumbuh. Semakin besar dan tinggi. Cantiknya tak memudar. Ia berteriak memanggil namaku.

"TANTE AIRIIIIINNNN." Dan aku amat terkejut saat ia dengan sontak memelukku. Sangat erat. Aku balas memeluknya. Mengusap rambutnya yang panjang dan halus.

Tak lama pria itu datang dengan sama terkejutnya. Mas Reno mendekat perlahan ke depanku. Binar melepaskan pelukannya agar aku bisa menyapa Papanya.

"Mas.."

Tanpa bicara pria itu langsung mendekapku. Menenggelamkan kepalanya di ceruk leherku.

"Rin.. you're back." Ucapnya lirih. Aku mengangguk di dalam dekapannya. Membenarkan bahwa aku benar-benar kembali.

AIRIN KUSUMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang