Airin mendekat ke arah sumber suara. Menemui wanita paruh baya yang sedang duduk sendiri dengan sesenggukan keluar dari suaranya.
"Ibu?" Sapa Airin, membuat wanita itu tersentak kaget dan refleks menyeka pipinya yang basah.
"Eh, Airin.. kamu belum tidur?" Kata Mami, menggeser duduknya untuk memberi Airin ruang untuk singgah di sebelahnya.
"Iya bu, tadi mau ambil air, tapi malah denger suara ibu." Jawab Airin.
"Ibu kenapa? Lagi bersedih?" Tanyanya lembut, mengusap tangan Mami Reno dengan pelan.
Mami Reno menyeka air matanya sekali lagi, "Engga.. ibu cuma keinget sama mendiang papinya Reno.. ngeliat kalian bertiga tadi jadi bikin ibu kangen." Mami mengambil pigora yang tadi ia letakkan di sampingnya. Menunjukkannya pada Airin.
"Ini foto mami sama papinya Reno waktu muda, baru menikah."
Airin tersenyum, "Serasi. Sama-sama ganteng dan cantik." Kata Airin, memandang mata indah nan sendu wanita di depannya.
Semburat senyuman tipis terulas di bibir Mami Reno. Ia memandang foto mendiang suaminya itu lagi. Menerawang kenangan yang ada di sana.
"Reno itu.. bandeeel sekali dari dulu. Paling nggak mau nurut kalau dibilangin sama mami. Mami nyuruh A dia malah pilih B. Selalu aja ngerayu mami biar setuju sama pilihan dia. Tapi kalau sama papinya, dia itu nuruuuut banget dari kecil. Takut kali ya". Mami terkekeh pelan sebelum melanjutkan ceritanya.
"Kecuali sejak lulus SMA itu.. dia bener-bener pertama kali nentang papinya buat ngga sekolah TNI. Maunya di arsitektur, ngotot banget sampe bertengkar.. keterimanya malah di informatika.. tengkar lagi sama papinya, saling nyalahin, sampe pusing mami liat kelakukan 2 laki-laki di keluarga ini.. mami sedih, seolah ini semua salah mami yang salah didik Reno."
"Ditambah lagi di akhir masa kuliah yang harusnya fokus nyari kerja, nata masa depan, dia malah bikin ulah sama anak orang lain. Bikin hubungan mereka berdua jadi makin canggung awalnya. Mami bukannya tidak menerima kehadiran Binar, mami itu sayaaang banget sama Binar, tapi mami khawatir sama Reno..."
"Rin.." Mami menatap manik Airin lekat, ia meraih tangan gadis tersebut.
"Kamu sayang kan sama Reno?" Pertanyaan tiba-tiba dari Mami membuat Airin terkejut, namun ia mencoba menutupinya dengan senyum lembutnya.
"Mami nitip Reno dan Binar sama kamu. Mereka berdua keliatan bahagiaaa sekali sejak ada kamu. Mami bisa lihat itu."
Lagi-lagi Airin tersenyum, lalu ia ganti menaruh tangannya diatas tangan Mami. "Bu, kalau mereka terlihat bahagia, itu semua bukan hanya karna Airin, tapi juga karna Ibu. Kasih sayang ibu ke Mas Reno dan Binar yang membuat mereka bahagia." Kata Airin.
Mami menyeka air matanya yang tiba-tiba tumpah.
"Selama Airin mengenal ibu, ya, walaupun baru 3 hari, tapi saya bisa lihat bu, kalau ibu itu wanita yang hebat. Ibu itu ramah... perhatian... lucu, baiiik sekali. Kalau saya bisa milih, saya juga mau, punya orang tua seperti ibu." Kata Airin. Senyum tulus merekah di bibirnya.
Mami Reno terkekeh, "Kamu bisa kok, kalau mau jadi anaknya mami.. lewat jalur menantu."
Airin tertawa, "Aah ibu, bisa aja."
"Mami uda kasih restu. Mulai sekarang kamu panggil mami, mami aja. Jangan pakai ibu"
Airin tersenyum canggung, ragu harus menjawab bagaimana.
"Uhmm.. oke, Mami?" Katanya.
Mami tersenyum mengangguk, "Nah, gitu lebih enak didenger."
"Mami doakan, semoga kamu dan Reno berjodoh. Langgeng sampai akhir hayat." Kata Mami yakin.
KAMU SEDANG MEMBACA
AIRIN KUSUMA
FanfictionWattpad please do your magic! Halo semuanya! Aku mau minta tolong banget nih, kalau kalian lihat orang dengan ciri-ciri seperti gambar di atas, tolong segera hubungi saya ya. Kami sangat membutuhkan orang itu. Doakan semoga cepat ketemu. Terima kas...