45

617 114 50
                                    


Pertanyaan mau cari angin yang baru saja ia lontarkan mungkin bisa jadi pertanyaan yang sangat bodoh jika Reno dalam kondisi sadar.

Mau cari angin? Mereka sekarang bahkan sedang berada di tempat terbuka! Tapi syukurlah karna pertanyaan itu pula Airin kini berjalan bersisihan dengannya. Entah mereka mau kemana. Yang jelas menghindari kerumunan tempat konser berlangsung.

Jujur Reno tak ada pikiran sama sekali akan bertemu dia saat ini. Bahkan ia juga tidak mengerti kenapa ia tiba-tiba mengajak Airin pergi. Yang ia tau, ia hanya tidak ingin melepaskan perempuan itu lagi.

Dalam hati ia berjanji jika pertanyaan-pertanyaan yang selama ini mengganggu pikirannya itu terjawab langsung oleh Airin. Seterusnya ia akan melepaskan perempuan itu. Entah kenapa Reno selalu merasa hubungan mereka belum selesai. Meski teknisnya, kontrak kerja mereka telah usai.

"Udah makan?" Tanya Reno memecah keheningan mereka sedari tadi.

Airin menengok dan menggeleng pelan, "Belum."

Reno diam tak menimpali. Mereka terus berjalan hingga menemukan bangku taman yang ada di sekitaran venue. Dentuman musik dari festival itu mulai terdengar samar dari sini.

Reno mengawali untuk duduk di sana. Kemudian Airin mengikuti duduk di sampingnya. Mereka hanya diam. Belum ada yang mau mengawali pembicaraan.

Tiba-tiba saja Reno bangkit dari duduknya dan menghadap Airin, "Tunggu di sini."

Airin hanya menatap Reno bingung. "Jangan kemana-mana. Tunggu di sini bentar." Ucap Reno lagi mewanti Airin. Cewek itu pun akhirnya mengangguk. Dan Reno segera pergi entah kemana.

Tak lama, pria itu terlihat sedikit berlari menuju bangku tempat Airin menunggu. Di tangannya ada sekantung plastik yang ia serahkan pada Airin.

"Ini.. makan dulu.. buat ganjel." Ucapnya masih dengan nafas memburu.

Airin menatap Reno kemudian ganti menatap isi kantung plastik di tangannya. Ada bakpao yang  hangatnya menembus kulit Airin di sana. Ia tersenyum tipis. "Makasih." Ucapnya.

Airin mengeluarkan bakpao itu dan memakannya perlahan.

"Uhm.. Binar apa kabar mas?" Tanya Airin mencoba mencairkan suasana.

"She's fine. Ya, walaupun kadang masih suka nanyain kamu. She missed you." Jawab Reno. Tatapannya lurus ke depan. Intonasinya juga datar tak menunjukkan antusiasme pada topik yang dipilih.

Airin kembali menunduk sembari memainkan bakpao di tangannya. "I missed her too." Ucapnya lirih.

Reno mendengus, "Oh Really? You missed her but you don't bother to say good bye to us. Like you don't even care." Terdengar nada sarkas dari Reno.

"Beberapa bulan lalu gue ga sengaja ketemu Surya. One of your client. Dan dia bilang lo bahkan pamit sebelum pergi dari rumah dia. Hah.. so why you didn't do the same to me."

Airin diam. Ia tau pertanyaan ini cepat atau lambat akan keluar dari mulut Reno sejak ia memutuskan untuk mengikuti Reno tadi. Sekarang bukan saatnya ia terkejut dari mana Reno tau Surya.

"Apa kamu bakal ngizinin aku pergi kalau aku pamit?" Ucapnya lirih.

Reno mengerutkan keningnya, "Itu ngga bisa lo jadiin alasan buat tiba-tiba pergi tanpa bilang sepatah katapun. Lo ngga hanya menyakiti gue, tapi lo juga menyakiti anak gue." Ucapnya tanpa melihat satu sama lain. Tapi intonasi tajamnya cukup untuk membuat Airin yang mendengarnya semakin menciut.

"I know."

"Yeah, you knew. And you still did that."

"I'm sorry." Ucap Airin menggigit bibirnya.

AIRIN KUSUMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang