Sejak hari itu. Entah kenapa perasaan Reno justru membaik. Sejak tangisnya pecah malam itu, pikirannya pada perempuan itu justru lebih tenang.
Tentu, Reno bohong jika ia sudah tak memikirkan Airin. Sesekali dua kali ia akan memutar kembali kejadian di depan hotel. Lalu bertanya siapa lelaki yang bersama Airin.
Apa dia lelaki yang menyewa Airin sama seperti Reno? Lalu berapa lama dia menyewa Airin? Untuk alasan apa dia menyewa Airin? Apa saja yang sudah mereka berdua lakukan? Apa Airin juga melakukan hal-hal yang ia lakukan untuk Reno pada pria itu?
Pertanyaan-pertanyaan semacam itu selalu berkecamuk di pikiran Reno.
Airin terlihat sangat baik-baik saja. Hingga Reno berfikir rasanya tidak adil dia bisa sebaik itu sedangkan Reno dan Binar di sini sangat kehilangan.
Tapi mungkin itulah yang juga membuat perasaannya justru membaik. Terkadang, mengetahui fakta—walaupun itu lebih pahit, justru membawa kedamaian. Membawa rasa lega.
"Oh, ternyata dia seperti itu" begitu kira-kira perasaan Reno berkata berulang kali padanya.
Meski dalam hatinya masih banyak pertanyaan-pertanyaan tak terjawab yang ingin ia ajukan pada Airin. Tapi di sisi lain ia mulai bisa menerima kenyataan bahwa mungkin bagi Airin ia hanya sebatas client.
Reno yang memberi tugas pada Airin untuk menjadi pacarnya. Dan Airin melakukan itu dengan sebaik-baiknya. Bahkan terlalu baik bagi Reno.
Dengan atau tanpa Airin, hidup Reno harus terus berjalan. Terlebih lagi Binar. Tiap hari ia semakin tumbuh. Hidupnya masih panjang. Masih banyak orang-orang baru yang akan ditemui Binar nanti di kehidupannya.
Perlahan dengan dibantu oleh kesibukan kantor dan project anak perusahaan baru dari kantornya yang ia pegang, pikiran Reno tentang Airin mulai terkikis. Hingga pernah dalam satu hari ia sama sekali tak memikirkan perempuan itu. Dan itu adalah rekor.
Seiring berjalannya waktu, pertanyaan Binar perihal Airin juga semakin jarang. Sekali dua kali tiap minggu jika ia teringat Airin, maka ia akan bertanya. Meski ia sendiri sudah tau apa jawabannya.
"Sibuk. Bekerja. Di luar negeri."
Melihat kondisi Binar yang susah melupakan Airin, juga mengingat kenangannya bersama Airin yang singkat tapi manis membuat Reno entah bagaimana trauma dengan komitmen.
Ia takut ditinggalkan.
Ia takut Binar ditinggalkan.
Dengan perempuan lain pun Reno hanya akan membatasi untuk sekedar one night stand. Tidak boleh lebih. Tidak boleh ada wanita yang masuk ke ranah privasinya.
Entah sampai kapan dinding yang Reno bangun akan terus berdiri kokoh. Tapi sejalan dengan itu, ia bersyukur Binar tak lagi merengek meminta ibu. Entah karna memang ia sudah merasa cukup dengan adanya Reno, atau ia masih tetap menunggu Airin. Selama anak itu tak berkata apapun soal ibu, Reno tak akan menyinggungnya.
****
Hari berganti minggu,
Minggu berganti bulan,
Bulan berganti tahun.Reno dan Binar semakin baik-baik saja–tanpa kehadiran Airin. Mami dan orang-orang sekitar Reno juga tak lagi menyinggung soal wanita itu.
Airin resmi tersimpan di memori masing-masing yang pernah bertemu dengannya.
Pun Reno tak lagi memikirkan Airin. Meski masih sulit baginya untuk membuka hati pada wanita lain, tapi Airin tak lagi memenuhi pikirannya. Masih banyak persoalan di hidupnya yang harus ia pikirkan.
Mami Reno juga tak lagi membicarakan perihal jodoh atau ibu baru untuk Binar. Entah bagaimana perasaan ibu yang selalu tau apa isi hati anaknya. Mami merasa Reno menutup diri pada wanita lain sejak kepergian Airin.
KAMU SEDANG MEMBACA
AIRIN KUSUMA
Fiksi PenggemarWattpad please do your magic! Halo semuanya! Aku mau minta tolong banget nih, kalau kalian lihat orang dengan ciri-ciri seperti gambar di atas, tolong segera hubungi saya ya. Kami sangat membutuhkan orang itu. Doakan semoga cepat ketemu. Terima kas...