37

564 112 36
                                    

Jujur saja, sejak mendengar jawaban dari orang tua Airin malam itu, Reno semakin percaya diri untuk menikahi perempuan yang 2 bulan ini memenuhi pikiran juga kehidupannya.

Saat itu, meski mereka tampak ragu, namun akhirnya mereka menjawab "Kalau memang Nak Reno suka dan mau serius, lanjutkan saja. Kami ikut apa kata Airin." Ucap Ibu Airin tersenyum.

Semoga saja orang tua Airin menepati janji mereka untuk tidak memberitahu Airin tentang rencana Reno. Iya, dia memang berencana untuk memberi Airin kejutan saat melamarnya nanti. Karena itu lah kemarin saat orang tua Airin hadir ia sengaja tak membahas hal itu di dalam rumah.

Reno tak berhenti berfikir bagaimana membuat kejutan lamaran untuk Airin nanti. Ah ia bahkan juga belum membeli cincin. Lalu, apa dia perlu bantuan orang lain entah mungkin Tamong, Giselle, Rana, atau Mami? Atau ia hanya perlu berdua dengan Airin dan melamarnya secara langsung.

Ah, Reno bingung harus bagaimana. Yang jelas ia sangat tidak sabar untuk melamar perempuan itu. Semakin dipikir, sepertinya semakin menyukai Airin. Baru saja ia pergi dari rumah untuk ke kantor, ia sudah rindu pada gadis itu. Ingin cepat-cepat pulang.

Tapi sayang, urusan kantor Reno sepertinya tidak mendukung urusan hatinya. Sejak kemarin, ia terpaksa lembur dan pulang larut dari kantornya.

"Kayaknya beberapa hari ini aku bakal pulang telat deh, Rin.. lembur terus." Ucapnya pada Airin di hari pertama ia mendapat mandat dari kantor karna urusan pekerjaannya yang mendesak.

"Hmmm.. lagi sibuk banget ya di kantor?" Tanya Airin mengusap lembut tangan Reno.

"Kamu inget yang waktu aku cerita aku terlibat di proyek pembangunan anak perusahaan?"

"Uh-um"

"Nah, jadwal buat ketemu investornya dimajuin, jadi mau ga mau harus ngejar target biar bisa dapet investornya." Jelas Reno.

"Oooh gitu.. ya udah ngga apa-apa mas. Kan di sini ada aku, jadi Binar aman." Kata Airin tersenyum tenang memandang Reno.

"Yaaa itu sih aku tau.. cuman akunya ini yang kayaknya ngga aman."

Airin menautkan alisnya, "Hm? Kenapa?"

"Yaaa ngga aman, kalo aku kangen gimana?" Balas Reno dengan senyum menggoda.

Airin melengos, "Gombal banget sih!"

"Emang kenapa? Ngga boleh?" Reno menggelitik pinggang Airin hingga membuat keduanya tertawa.

Ah, ia sudah rindu pada gadis itu. Seperti merasa bahwa ada seseorang yang merindukannya di sini, ponsel Reno bergetar. Ada pesan masuk dari Airin.

Ah sial! Ia jelas kalah jika Airin bertingkah seperti ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Ah sial! Ia jelas kalah jika Airin bertingkah seperti ini.

"Cuy, gue cabut duluan ya. Tar malem gue kirim reportnya." Pamitnya pada team proyeknya.

AIRIN KUSUMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang