🌷🌷🌷
Sinbi benar - benar sudah berada di dalam ruangan dokter kandungan. Perempuan itu menugak ludah berkali - kali. Ia mendengarkan semua perkataan dokter yang sekarang ada di depannya. Sampai perkataan itu muncul, "Selamat ya, kamu bakalan jadi ibu." Sinbi menganga tidak percaya. Dokter memberikan surat kepada Sinbi.
Sinbi keluar dan terus berjalan. Sampai ia tak sengaja menabrak orang. Dia masih berasumsi, semua ini tidak benar. Matanya melihat ke arah perut. Setetes air mata jatuh dari pelupuk matanya. Ia mengelus perutnya. Kata dokter, kandungan Sinbi berumur satu minggu.
Sinbi menyeka air mata. Ia memilih memasukkan surat dokter dan berjalan untuk pulang. Bahkan saat diperjalanan pulang, ia masih berkutat dengan pikirannya. Mengapa harus secepat ini? Ia belum siap menjadi ibu. Sungguh. Bagaimana jika perutnya semakin membesar? Bagaimana jika para teman - temannya tahu? Kak Seulgi? Mina? Kedua mantan Hangyul yang putus secara tidak baik. Dan mereka adalah teman Sinbi, bagaimana jika mereka tahu?
Sinbi memilih pulang segera. Ia membuka pintu rumah dengan langkah gontai. Seketika moodnya hilang.
"Heh." Sinbi terkejut saat seseorang mengagetkannya. Hangyul?
Raut wajah Sinbi berubah seketika. Apakah harus Sinbi memberitahukan kepada Hangyul? Ia rasa tidak dulu. Jangan sekarang. Iya, jangan sekarang. Sinbi menyunggingkan senyum.
"Kok lo udah pulang?" tanya Sinbi mencoba terlihat baik - baik saja.
"Nggak papalah, orang hotelnya punya gue. Oh ya, lo habis dari mana?"
"Dokter-" Sinbi merutuki dirinya. Mengapa sih ia harus bilang seperti itu?
Hangyul Pov
Gue ngelihat Sinbi tadi keluar dari rumah sakit pas gue lewat. Gue nggak tau dia ngapain di rumah sakit. Dia juga sempet ngehapus air mata saat baca surat yang ada di tangannya. Wajahnya juga kelihatan tegang banget. Gue yakin ini mesti ada apa - apa. Dan ya, barusan dia jujur habis ke dokter.
"Emang lo sakit apa?" gue lihat dia kayak gelagapan pas gue tanya. Tapi dengan cepat dia jawab, "Maag ku kambuh." gue bisa lihat dia bohong. Ada yang Sinbi tutupin, matanya nggak bisa bohong.
"Masa sakit maag sampe dikasih surat dan nangis." dan ya sesuai ekspetasi. Sinbi kayak kaget banget. Pasti di dalam pikirannya berputar kata 'Kok tau?'
Sebelum dia tanya gitu, gue berucap dulu, "Gue tadi lihat lo keluar dari RS." Sinbi diam.
"Apa yang lo sembunyiin dari gue? Dan surat apa yang lo bawa tadi?" tanya gue interogasi Sinbi. Dia rekatin tas selempangnya. Gue yakin surat itu ada di dalam sana. Gue narik tas Sinbi. Dia coba rebut, tapi gue udah terlanjur ambil surat itu.
"Jangan dibuka!" gue tetep ngeyel dan ngebuka. Gue baca surat itu. Seketika gue diem saat membaca bagian yang bener - bener buat gue bingung mau apa. Gue natap mata Sinbi yang kelihatan berkaca - kaca. Gue juga bingung, harusnya dia seneng mau jadi ibu.
Gue ngedeket dan meluk Sinbi. Jujur gue seneng banget. Gue nggak bisa berkata - kata lagi. Pokoknya gue seneng bentar lagi bakalan jadi ayah.
Gue ngelepasin pelukan dan natap manik mata Sinbi, "Kenapa lo gak bilang? Kenapa lo berusaha nutupin ini? Gue seneng banget Sinbi."
"Tapi gue belum siap, Hangyul!" ucap dia yang buat gue ngernyitin dahi.
"Gue belum siap! Dan ini semua salah lo! Gimana kalo nanti temen - temen gue tau. Terutama Mina sama kak Seulgi. Apa mereka bakalan benci gue? Gue tau lo putus sama mereka dengan cara gak baik." Sinbi nangis.
Gue meluk dia, "Gak usah peduliin mereka. Gue minta maaf. Gue juga gak sadar waktu itu. Tapi, apa kehadiran dia salah? Enggak kan? Dia juga bukan anak yang nggak diinginkan. Dia ada setelah kita nikah. Apa salah?" jelas gue. Gue lihat Sinbi yang sesenggukan. Gue berusaha buat dia yakin, bisa ngelalui ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Marriage [Hangyul - SinB] ✔
Fiksi PenggemarKetika perasaan harus menyatu, perasaan keduanya yang seperti batu. Keras, namun dapat dilunakkan. [End] 17+