🌷🌷🌷
Di hadapan Tiffany, sekarang sudah ada surat dokter. Tiffany segera membukanya. Jemari Aurel terasa bergetar dan dingin, namun Hangyul menggenggamnya. Mungkin itu terasa lebih baik dari sebelumnya.
Mata Tiffany menelisik surat tersebut. Ia menghela nafas panjang. Dugaannya salah, tertulis di sana. Amanda anak Hangyul. Tiffany sudah merasa jengah, ia memilih keluar dari rumah untuk menetralkan pikirannya.
Di sisi lain, Luna sedang tersenyum di balik pagar. Melihat raut wajah kesal Tiffany.
"Lo mau nyingkirin adek gue? Orang dia ladang uang buat gue. Nggak bisa lah. Gak sia - sia gue ubah surat itu. Luna kok di lawan." Luna segera beranjak pergi. Ada rasa bangga tersendiri di dalam hatinya. Ia bangga di atas penderitaan seseorang.
Tiffany ingin mengatakan bahwa Sinbi adalah istri Hangyul. Tetapi, selalu saja, jika ia mengatakan itu, kepala Hangyul menjadi sakit. Ibu mana yang tega melihat anaknya kesakitan seperti itu?
Tiffany memilih pulang. Ia berharap, suatu saat pasti ada jalan. Banyak jalan menuju roma. Entah itu manis atau pahit pada ujungnya. Ia sangat berharap, ingatan Hangyul kembali. Dan suatu keajaiban muncul dalam hidupnya.
🌷🌷🌷
6 bulan kemudian...
Sinbi meluruskan kakinya, ia duduk di teras depan rumah. Memakan buah apel yang tadi Wonyoung potongkan untuknya. Sudah 6 bulan lamanya, Sinbi tinggal di Perancis. Kota ini tidak buruk, bahkan sangat menyenangkan, jika sudah memahaminya.
Beberapa waktu lalu, Dohyon mengajaknya ke sungai seine dan menara eiffel, ikon negara Perancis itu sangat indah saat malam hari. Sinbi akui itu. Siapa sih yang tidak mengakuinya?
Tinggal menunggu beberapa hari lagi. Anaknya akan lahir. Sinbi mengelus perutnya yang besar. Tendangan anaknya membuat Sinbi meringis, "Kamu nggak sabar pengen keluar apa gimana?" tanya Sinbi kepada anaknya.
Wonyoung terkekeh pelan, melihat interaksi kakaknya. Wonyoung ikut memakan apel bagiannya.
"Kakak mau memberi nama dia siapa?" tanya Wonyoung tiba - tiba.
Sinbi menatap langit, "Aku ingin dia menjadi anak yang bijaksana, yang bisa bertanggung jawab. Dan aku belum menemukan nama yang cocok untuknya. Mungkin aku akan mencarinya nanti." balas Sinbi.
"Mengapa begitu? Biasanya orang tua yang akan menunggu kelahiran bayinya, sudah mempersiapkan nama dari awal." Wonyoung menghadap Sinbi.
"Tidak semua seperti itu." sahut Sinbi menangkup pipi Wonyoung.
Wonyoung menunduk, sebenarnya ia ingin menanyakan tentang suami Sinbi. Selama ini ia urungkan, karena nenek melarang. Wonyoung dan Dohyon tidak pernah melihat Hangyul secara langsung. Saat pernikahan Sinbi dan Hangyul, mereka tidak datang.
"Kak." Wonyoung memberanikan diri.
"Kenapa?" tanya Sinbi.
"Mengapa kakak tidak pernah mengubungi, atau bertemu kak Hangyul? Apa sangat besar masalah kakak, sampai kakak tidak mau menghubunginya?" raut wajah Sinbi berubah menjadi murung. Demi apapun Wonyoung tidak mau membuat Sinbi seperti itu.
"Aku-"
"Tidak usah dijawab kak. Wony gak maksa kakak buat jawab itu. Maaf, Wony sudah buat kakak sedih." Sinbi menggeleng.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Marriage [Hangyul - SinB] ✔
FanfictionKetika perasaan harus menyatu, perasaan keduanya yang seperti batu. Keras, namun dapat dilunakkan. [End] 17+