🌷🌷🌷
13 tahun kemudian...
"Kakkkk!!!!!" teriak Hana dari kamarnya. Gadis berumur 16 tahun itu memilih keluar kamar, saat dirasa kakaknya tak kunjung datang.
"Kak! Kak Roo!! Kak!" Hana menggedor - gedor pintu kamar Alvaro dan buat kakaknya yang lagi belajar keganggu.
"Apaan?"
"Anterin beli nasi goreng."
"Beli sendiri kan bisa."
"Nggak mau, gue males kak." ucap Hana yang membuat Alvaro kesal.
"Anterin mama."
"Mama lagi belajar sama Zio." Alvaro menghela nafas. Jika bukan adiknya, ia akan memukul Hana mungkin.
"Yaudah."
"Yes. Kakak yang bayar."
"Anjer."
🌷🌷🌷
Pagi - pagi Sinbi sudah sangat repot menguasai dapur. Anak - anaknya yang akan sekolah, dan tak lupa, Zio anak berumur 7 tahun. Anak ketiganya bersama dengan Hangyul yang terus merusuhinya daritadi, karena mencari sepatunya yang tak kunjung ditemukan. Sinbi ingin marah, tapi tidak bisa.
"Hanaaa!!! Adeknya dibantuin dulu." Sinbi memanggil Hana yang juga masih sibuk mencari kaos kakinya.
"Bentar, lagi cari kaos kaki. Mama taruh dimana?!"
"Ya ditempat biasa lah!" teriak Sinbi dari dapur.
"Nggak ada!"
"Ada! Coba cari lagi!"
"Nggak ada ma!"
"Ya Tuhan." Sinbi mematikan kompornya. Ia menatap kamarnya dari bawah. Suaminya juga belum keluar.
"Nggak ada ma." ucap Zio.
"Bentar, ini mama lagi masak nanti gosong."
"Ma nggak ada kaos kakinya." Hana masuk ke dapur.
"Pake yang baru." suruh Sinbi yang masih riweuh pagi - pagi.
"Hari Senin, ntar upacara."
"Beli baru, kan di depan sekolah kamu ada yang jual. Nanti mama tambahin uang saku."
"Ah, males. Yaudah deh, makasih mama. Zio ikut kakak bantuin yuk." Hana mulai membantu Zio dan membawanya keluar.
"Istri papa mana, kak?" tanya Hangyul yang baru turun dan udah siap mau kerja.
"Sibuk." jawab Hana yang Sudah menemukan sepatu Zio, tapi tidak dengan kaos kakinya.
Sinbi keluar sembari membawa makanan untuk sarapan.
"Alvaro mana?" tanya Sinbi.
"Belum turun, ma." jawab Hana.
"Kak Roo! Cepetan turun!" teriak Sinbi sambil mengambilkan makanan untuk Hangyul.
"Yaaaa."
Alvaro ikut bergabung dengan mereka. Mereka semua sarapan, kalau Sinbi nanti saja, dia ingin mengecek buku Zio. Sudah biasa Sinbi seperti itu. Namanya juga ibu - ibu, keluarga nomor 1.
"Gimana, sayang? Menu baru, enak gak?" tanya Sinbi ke Hangyul.
Alvaro yang melihatnya geli, ingin julid rasanya. Kalau Hana, bodo amat dia. Hana tetap lanjut makan.
"Jangan panggil sayang." balas Hangyul.
"Kenapa?" tanya Sinbi. Alvaro liatin mama papanya sambil batin, 'apaan sih?'
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Marriage [Hangyul - SinB] ✔
Fiksi PenggemarKetika perasaan harus menyatu, perasaan keduanya yang seperti batu. Keras, namun dapat dilunakkan. [End] 17+