***
'Terkadang kita sering mengaitkan hujan dengan kerinduan. Tapi, kita tak pernah merenung, sesedih apa payung di musim kemarau merindukan hujan.'
***
🌷🌷🌷Sinbi membuka matanya, ia sungguh terkejut saat melihat Hangyul yang tidur sembari memeluknya erat. Ia menepuk dahi. Tadi malam mereka tidur bersama. Dan tamunya bagaimana? Bahkan Sinbi tidak memikirkan teman Hangyul. Semoga saja Wonyoung dan Dohyon bisa menangani.
Ini tidak salah. Mereka sudah menikah dan tidak bercerai. Nenek pun tidak akan menganggu, mereka ditakdirkan bersama. Pahit dalam hubungan pasti ada. Dan itu akan selesai secara perlahan - lahan.
Hanya memandang wajah teduh Hangyul saat tertidur ia menjadi tenang. Perlahan air matanya mengalir melewati sudut mata. Kapan terakhir kali ia seperti ini? Sudah lama sekali bukan? Sinbi menyeka air mata, kemudian tangannya terangkat untuk mengelus pipi Hangyul. Masih sama, tidak ada yang berubah.
Entah dorongan dari apa, Sinbi mengecup singkat bibir Hangyul, "Aku juga mencintaimu. Andai kamu tau, Hangyul. Aku selama ini nggak bisa jauh dari kamu. Bahkan, aku ngerasa nggak bisa jaga Alvaro karena aku nyerah sama semua ini. Hiks- aku kadang mikir, kita bakalan ketemu atau nggak. Dan aku kadang mikir, kamu nggak bakalan inget aku lagi. Tapi itu salah. Hiks-" Sinbi tak dapat menahan harunya. Haru karena rindu.
Perlahan mata Hangyul terbuka. Tangannya terangkat menghapus air mata Sinbi. Sinbi terkejut. Sebenarnya Hangyul sudah bangun dari tadi. Ia hanya memejamkan mata, tidur ayam. Sinbi menenggelamkan wajah di dada Hangyul, ia mengeratkan pelukan, "Biarin aku kayak gini, bentar aja." minta Sinbi.
"Lama juga nggak papa." imbuh Hangyul.
"Oekk.. Oek..." Sinbi melepas pelukan dan beranjak dari kasur menuju box bayi.
"Astaga!" ia mengangkat tubuh Alvaro yang sudah basah. Anaknya ngompol.
"Kenapa nggak bilang sih kalau mau pipis, nak." keluh Sinbi sambil membersihkan Alvaro.
Hangyul terkekeh, "Ya nggak bisa lah."
"Ih bantuin! Jangan nonton aja. Ini juga anak kamu." mama Sinbi mulai kesal. Hangyul memakaikan popok bayi kepada Alvaro. Sinbi sibuk membersihkan box bayinya.
Untung saja tidak sampai tembus bawah, hanya selimut atas saja yang kena. Setidaknya Sinbi tidak repot. Ia menaruh selimut bekas ompol Alvaro ke cucian. Setelah itu Sinbi kembali, ia melihat Hangyul sudah selesai mengganti popok Alvaro.
"Jagain dulu, aku mau ke bawah." ucap Sinbi. Saat ia turun ia bertemu dengan Wonyoung.
"Wony, bagaimana dengan dia? Siapa namanya?" tanya Sinbi kepada Wonyoung.
"Kak Jinhyuk? Dia sudah pulang. Kan dia memang menetap di sini." ucap Wonyoung.
"Kau sudah tawarkan makanan atau minuman kan?"
"Ya, kak Jinhyuk menghabiskan semuanya." jawab Wonyoung. Sinbi mengagguk. Ia menoleh ke belakang saat dirasa ada yang berjalan. Ia melihat Hangyul dan Alvaro dalam gendongannya.
"Hai, kak." sapa Wonyoung. Hangyul tersenyum ke arah Wonyoung.
"Di mana, Jinhyuk?" tanya Hangyul.
"Kak Jinhyuk udah pulang kak." ucap Wonyoung.
"Yaudah kak. Wony mau ke dapur dulu. Takut ganggu." Wonyoung sudah melejit dan lari ke dapur untuk memasak.
Saat Sinbi lihat ke jendela, gerimis turun. Lama kelamaan disusul dengan hujan lebat, "Kamu gak balik?" tanya Sinbi kaku.
"Balik ke?" Hangyul malah balik bertanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Marriage [Hangyul - SinB] ✔
Fiksi PenggemarKetika perasaan harus menyatu, perasaan keduanya yang seperti batu. Keras, namun dapat dilunakkan. [End] 17+