🌷🌷🌷
Hangyul sampai di Perancis, ia sudah menaruh harapan besar di sini. Sinbi, dia akan datang. Hangyul pasti akan bertemu Sinbi, bagaimanapun caranya. Entah kapan, di mana, bagaimana. Ia pasti akan bertemu istri dan anaknya.
Hangyul menelfon temannya, Jinhyuk. Hangyul kuliah di Perancis dan mempunyai apartement, yang sekarang dihuni oleh Jinhyuk. Panggilannya tersambung, ia meminta Jinhyuk untuk menjemputnya. Hangyul memilih duduk di kursi yang sudah disediakan, menunggu Jinhyuk.
Selagi Hangyul di sini, Seungwoo bertugas mengikuti dan memata - matai Luna. Wanita itu licik, dan tidak bisa ditebak.
Tak beberapa lama kemudian, Jinhyuk datang. Mereka berpelukan ala teman lama yang baru bertemu, "Bro! Akhirnya lo ke mari. Lama lo kagak ke mari." ucap Jinhyuk. Hangyul cuma ketawa pelan saja.
"Ada hal apa yang buat lo ke sini?" tanya Jinhyuk.
"Gue mau cari istri sama anak gue." ucap Hangyul. Mata Jinhyuk membulat.
"Lo udah nikah sama, Aurel?"
"Gak usah sebut nama itu, Hyuk! Gue gak sudi dia jadi istri gue. Istri gue Sinbi." ucap Hangyul.
"Sinbi siapa, gua kagak ngerti. Dan lo! Jahat lo anjing! Lo nikah kagak undang - undang gue!" Jinhyuk menatap Hangyul kesal.
"Pernikahan gue sama dia tertutup, cuma dihadiri keluarga sama kerabat dekat."
"Lo gak nganggep gue kerabat? Gue udah temenan sama lo lama ye."
"Ya maaf." ucap Hangyul. Jinhyuk tertawa menatap raut wajah Hangyul. Padahal ia hanya bercanda saja dengan ini.
"Santailah. Gua cuma bercanda. Dan, gimana istri lo bisa keluyuran di mari?" tanya Jinhyuk buat Hangyul mendelik.
"Istri gua bukan orang kek gitu. Gue yang udah buat dia pergi. Ntar gue jelasin ke lu." kata Hangyul. Hangyul memilih menggeret kopernya dan berlalu dari Jinhyuk.
🌷🌷🌷
Alvaro sedang bermain bersama Wonyoung dan Dohyon. Mereka tidak menggendongnya. Alvaro ditaruh di kereta dorong bayi, dan Wonyoung terlihat sangat gemas. Apalagi Dohyon yang selalu mengeluarkan suara melengkingnya itu. Nenek mengawasi di kursi rotan. Sesekali menegur, jika mereka sedikit membuat kesalahan dalam bermain bersama bayi yang belum genap satu bulan umurnya.
Niatnya, Sinbi akan membeli kebutuhan bulanan rumah ini. Ia menitipkan bayinya ke nenek dan adik - adiknya.
"Kakak pergi dulu ya. Nek, Mbih pergi dulu ya." ucap Sinbi. Ia berjalan menuju halte. Sinbi duduk di sana. Matanya beredar melihat kendaraan berlalu lalang. Nampak ikon kota Paris itu terlihat indah. Menjulang tinggi dan menjadi sebuah romansa cinta kota ini. Kota ini sangat indah, dan tak layak dikatakan buruk. Hanya orang aneh, yang berkata kota ini buruk.
Tak lama kemudian bis datang. Sinbi melangkahkan kaki. Ia mendapat tempat duduk di pojok. Saat berjalan tak sengaja jaketnya tersangkut resleting koper orang.
"Sorry." Sinbi merasa bersalah, dia jalan saja bisa tersangkut. Sinbi tidak melihat wajah pemilik koper dengan jelas, karena ia menutupi kepala dengan tudung jaket, serta memakai masker. Begitu juga Sinbi yang memakai masker. Sinbi melihat ke arah teman laki - lakinya, mungkin yang tersenyum. Sinbi mengedikkan bahu acuh. Ia segera berjalan menuju bangku belakang.
Beberapa menit di dalam bis tidak membuat Sinbi jenuh. Ia berjalan ke pintu keluar namun, ponselnya sempat terjatuh. Orang yang tadi, yang Sinbi sempat menyangkutkan jaket ke resleting koper miliknya mengambil.
"Merci" ucap Sinbi. Laki - laki itu mengangguk. Sinbi buru - buru pergi dari halte dan menuju pusat belanja kota ini.
Laki - laki tadi memandangi Sinbi. Temannya menepuk bahunya, "Kenapa, bro?" tanya temannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Marriage [Hangyul - SinB] ✔
FanfictionKetika perasaan harus menyatu, perasaan keduanya yang seperti batu. Keras, namun dapat dilunakkan. [End] 17+