🌷🌷🌷
Pagi ini, Sinbi menginjakkan kaki di kota Paris. Katanya paris kota romantis. Apa itu benar? Sinbi menghirup udara pagi. Ia tersenyum melihat orang - orang yang berlalu lalang di bandara Charles de Gaulle ini.
Sinbi membawa kopernya, ia tak paham dengan bahasa Perancis ini. Di Perancis sendiri biasanya orang - orang Perancis menggunakan bahasa negaranya, seperti di Indonesia. Sinbi jadi sungkan ingin bertanya. Tidak semua bisa bahasa Inggris di sini.
Tapi, Sinbi memberanikan diri dengan berbekal google translate di ponselnya. Ia bertanya kepada salah satu orang, "Excusez moi, mademoiselle." (selamat pagi, nona) ucap Sinbi sedikit gugup.
"Oui."(ya) jawab perempuan tersebut. Sinbi sebenarnya ingin ke toilet, tapi ia tidak tahu di mana letak toiletnya.
"Où sont les toilettes?"(Di mana toiletnya?) perempuan itu memberitahukan kepada Sinbi arahnya. Sinbi hanya mengangguk, karena ia tak paham apa yang perempuan itu bicarakan. Tapi, ia mengerti apa yang perempuan itu tunjukkan.
"Merci."(terima kasih) ucap Sinbi.
"De rien."(sama - sama) balas perempuan itu. Sinbi segera menuju ke toilet.
Setelah ia menemukan toilet, ia masuk ke dalam. Tak lama kemudian Sinbi keluar dan merasa lega. Ia melemparkan pandangan ke penjuru arah, mencari keberadaan Wonyoung dan Dohyon. Tapi, seseorang membuatnya terjatuh, "Aw!"
"Oh, astaga! Maafkan aku, sungguh aku tidak melihat." Sinbi mendongak, sepertinya ia kenal suara ini.
"Dokter Wooseok?" Wooseok sama kagetnya dengan, Sinbi. Ia membantu Sinbi berdiri. Untung saja Sinbi jatuh bertumpuan pada lutut, jadi perutnya tetap aman.
"Oh, Sinbi. Maafkan aku, apa ada yang terluka? " Sinbi menggeleng. Ia tidak merasa terluka secara fisik, tapi ia terluka perasaannya.
Sinbi menjadi canggung, ia tidak tahu harus membicarakan apa sekarang. Untung saja Wooseok mengajak Sinbi duduk di salah satu kursi yang ada di sana.
"Kenapa kesini? Kamu kan lagi hamil." Sinbi memandang orang - orang berlalu lalang.
"Takdir yang membawaku ke sini." jawab Sinbi.
"Maksdunya?" Sinbi mau tak mau menceritakan semua tidak semua sebenarnya, karena Wooseok tahu Hangyul hilang ingatan sebagian.
"Mengapa kamu tidak mau berjuang?"
"Aku ingin menjelaskan ke mama. Tapi dia buru - buru mengambil keputusan. Di saat seperti itu, aku tidak bisa mengelak. Jika aku mengelak, jawaban mama tetap sama. Perkataan pertama bagi mama adalah benar." Wooseok menatap Sinbi.
"Jadi, sekarang kamu akan di sini sampai kapan?" tanya Wooseok.
"Sampai takdir membawaku pulang lagi." Sinbi tersenyum paksa.
"Oh, iya. Dokter sendiri kenapa ke sini?"
"Aku ada pelatihan. Mungkin sampai bulan depan aku di sini." Sinbi mengangguk. Keadaan kembali hening beberapa saat.
"Oh ya. Di mana rumah nenekmu?"
"Aku lupa. Terakhir aku ke sini saat umur 18 tahun." ucap Sinbi.
"Kamu sedang menunggu saudaramu?"
"Benar."
"Dokter sendiri?"
"Tidak. Tapi, jika kau ingin kutemani baiklah. Aku akan tetap di sini, sampai salah satu anggota keluargamu menjemputmu." Sinbi menoleh ke arah Wooseok.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Marriage [Hangyul - SinB] ✔
Fiksi PenggemarKetika perasaan harus menyatu, perasaan keduanya yang seperti batu. Keras, namun dapat dilunakkan. [End] 17+