🌷🌷🌷
Sinbi Pov
Aku menginjakkan kaki di rumah yang sudah beberapa tahun ini tidak ku kunjungi. Tampak sama seperti dulu. Terakhir ke sini setelah lulus SMA. Sama, namun beda suasana. Nenek sudah menungguku. Tubuh ringkih itu berdiri dari duduknya. Aku memeluk nenek. Setelah kakek pergi dua tahun lalu, nenek merasa sangat kesepian.
"Cucuku, Sinbi." ucap nenek dengan logat khasnya. Suaranya terdengar parau. Nenek mengelus rambut dan perutku, "Berapa bulan?" tanya nenek.
"Tiga." jawabku. Nenek tau, apa masalahku. Tapi, seakan - akan nenek terlihat biasa saja. Dia juga nggak nyinggung suamiku, atau masalahku kemarin - kemarin. Mungkin, nenek paham, apa yang seharusnya ia katakan atau nggak. Aku percaya sama nenek. Nenek jauh lebih berpengalaman dari aku. Umurnya yang 71 tahun itu, sudah mengalami lika - liku, manis pahitnya kehidupan.
"Istirahatlah, Ma chérie. Kau pasti lelah."
"Tidak, aku tidak merasakan itu nenek." ucapku lembut.
"Ya sudah, ayo masuk. Dodo, Wony tolong bawakan koper kak Mbih." ucap nenek. Sebenernya yang ngasih nama kesayangan aku sama adik - adikku itu nenek. Aku dipanggil, Mbih. Minhee, Mini. Wonyoung, Wony. Dohyon, Dodo. Gara - gara nenek, semua keluarga ikut - ikutan. Tapi, aku suka.
Aku duduk di sofa yang ada di sana. Kakiku pegel - pegel, punggungku rasanya sakit semua. Leherku juga rasanya sangat sakit. Aku menyelonjorkan kaki dan memijatnya pelan. Kakiku muncul biru - biru gitu. Dan aku ngelepas sepatu yang aku pakai.
Aku lihat nenek udah pergi ke kamarnya. Karena, dia kedinginan. Dikarenakan ini sedang musim dingin di negara ini. Dohyon mendekat ke arahku, dia menatap wajahku lamat - lamat. Aku terheran - heran.
"Kenapa, Dodo?"
"Kakak cantik. Bener kata temen aku, kalau orang lagi hamil tambah cantik." puji Dohyon. Aku senyum - senyum nggak jelas. Masa baper sih sama gombalan bocah. Aku narik hidung Dohyon gemes.
"Kak." aku natap Dohyon lagi.
"Kenapa?"
"Kakak harus mengunjungi sungai seine. Dulu aku suka sekali sama sungai han. Tapi, gara - gara aku sekolah di sini, aku jadi menyukai sungai seine. Aku juga bisa melihat menara eiffel setiap waktu. Kakak tidak akan menyesal tinggal di kota ini." ucap Dohyon.
"Seharusnya kau tidak memaksakan itu, Dodo. Bagaimanapun sungai di Indonesia yang kak Sinbi suka." sahut Wonyoung. Aku nggak tau dan belum pernah ke sungai seine sama sungai han. Padahal aku pernah ke Perancis sama Korea Selatan sebelumnya. Aku cuma tau sungai ciliwung, sekarang lagi musim hujan, biasanya banjir jadi aku afal banget.
"Biarin, emang nuna siapa, berani ngelarang aku?" Dohyon ngejulurin lidah ke Wonyoung. Aku ketawa aja, pas lihat mereka. Jadi inget dulu, setiap hari kemusuhan sama Minhee, padahal cuma karena hal kecil aja. Pernah waktu itu mama Jessica sampai ngadain sidang dadakan. Gara - gara aku sama Minhee kejar - kejaran dan ngejatuhin bedak mahal mama.
"Kak, kenapa kok senyum - senyum?" Wonyoung kedip - kedip natap aku. Aku cuma geleng - geleng dan senyum aja ke arah dia.
"Kak, aku mau bilang. Nanti malem kakak bisa tidur sama aku. Soalnya di sini kamarnya cuma tiga. Yang satu kamar nenek, satu Dodo, satu kamar aku. Kita bisa ngefangirl bareng, sama nonton drakor bareng juga." ucap Wonyoung. Aku seneng banget, ada yang nemenin nonton drakor.
Ngomong - ngomong soal drakor, aku jadi keinget pertama kali Hangyul ambil hp aku dan nyuruh aku tidur. Kepikiran itu rasanya makin sakit aja hati. Aku milih melupakan. Kata mama, nggak baik larut dalam kesedihan, kasihan anakku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Marriage [Hangyul - SinB] ✔
Fiksi PenggemarKetika perasaan harus menyatu, perasaan keduanya yang seperti batu. Keras, namun dapat dilunakkan. [End] 17+