🌷🌷🌷
Sinbi membuka tirai jendela lebar. Aroma embun pagi sangat terasa. Sunrise, sesuatu yang indah kini tengah ia tangkap. Perlahan sang fajar mulai melenyap, menunjukkan mentari pagi yang menyilaukan mata. Sinar matahari memasuki jendela, merambat lurus mengenai benda - benda di dalam. Tak terkecuali suaminya yang tertidur memeluk anaknya.
Sinbi mengambil jedai di atas nakas. Menggulung rambut dan memilih mandi terlebih dahulu sebelum membangunkan Hangyul.
Beberapa menit Sinbi mandi, sudah terdengar suara tangisan bayi. Wanita itu kelabakan sendiri dan meneriakkan kata - kata, "Iya sebentar! Jangan nangis dulu sayangnya mama. Bentar lagi mama selesai!"
"HANGYUL!!!! ANAK KAMU NANGIS! DIEMINNNNN!!! CEPETAN!!!" teriak Sinbi dari dalam kamar mandi.
"Udah! Nggak mau diem. Aku harus ngapain?"
"Kasih susu!"
"Masa aku yang kasih? Ya nggak keluar!"
"Astaga, kotor! Ambil di kulkas! Panasin taruh di botol kasiin ke anakmu!"
"Anakmu juga!"
"Ya tau! Makannya cepetan! Lagi berak ini!"
"Ya ya!"
"Oekk..."
"HANGYUL! ALVARO JANGAN DITINGGAL! NANTI JATOH!"
"SIAP SIAP!" Hangyul balik lagi ke belakang dan menggendong Alvaro menuju ke bawah.
Hangyul sempat melewati kamar Aurel. Ia melihat kamar itu kosong dan barang - barangnya sudah tidak ada. Baguslah kalau begitu. Setidaknya ia bisa tenang hidup bersama Sinbi untuk sekarang ini.
Pria itu membuka kulkas dengan satu tangan. Ia mengambil satu botol asi untuk dipanaskan.
Sinbi Pov
Akhirnya aku udah kelar berak. Lega. Aku juga udah mandi. Aku milih buat turun ke bawah, memantau. Nggak lucu kalo ada kerusakan barang di bawah. Beberapa langkah aku turun tangga udah disuguhi pemandangan adem.
Aku lihat Hangyul yang lagi bercanda sama Alvaro di sofa. Anakku mah ketawa aja. Aku dateng ngehampiri mereka.
"Hmm, aku hari ini mau ketemu sama temen - temenku, nggak papa kan?" aku izin dong. Biasanya mah tinggal ngacir. Tapi nggak boleh gitu, harus izin dulu sama suami. Eak.
"Jam berapa?"
"Nggak tau nanti mereka WA. Boleh kan?"
"Lama?"
"Nggak tau nanti coba tunggu. Kalo aku nggak balik - balik berarti lama."
"Yeuu."
Aku merasa ada yang aneh. Aku lempar pandangan ke penjuru arah. Oh iya, Aurel nggak ada.
"Aurel?"
Hangyul cuma ngedikkin bahu, "Nggak ada, balik kali."
"Gyul, aku jahat nggak sih?" tanyaku tiba - tiba. Walau aku benci setengah mati sama Aurel. Tapi nggak bisa dipungkiri, aku masih ada rasa belas kasihan sama dia. Aku juga nggak bisa bohong, aku kasihan sama anaknya. Jika itu memang benar bukan anak Hangyul. Aku bakalan bantu Aurel cari ayah dari anaknya.
"Gimana? Seungwoo udah kasih tau kabar baru?" tanyaku.
"Belum, tapi aku yakin dia pasti bisa diandalin. Percaya kan?"
Aku ngangguk, "Hmm..."
"Kenapa? Kok kamu keliatan gelisah gitu?" benar kata Hangyul. Akhir - akhir ini aku ngerasa sering gelisah aja dan nggak mau Hangyul sama Alvaro jauh - jauh dari aku. Nggak tau kenapa, tapi aku bener - bener nggak enak aja perasaannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Marriage [Hangyul - SinB] ✔
FanficKetika perasaan harus menyatu, perasaan keduanya yang seperti batu. Keras, namun dapat dilunakkan. [End] 17+