🌷🌷🌷
Sinbi Pov
Udah tiga hari Hangyul di sini. Dan aku belum bilang ke mama. Aku takut kalau mama suruh aku sama Hangyul pisah lagi. Aku nggak mau pisah sama dia. Mama mau ngerti atau nggak? Rencananya lusa aku bakalan pulang ke Indonesia dan bilang ke mama. Semoga aja mama bisa ngerti.
Aku kedip pas Hangyul jentikkin jari di depan wajah aku yang ngelamun. Aku natap dia, "Bengong, kesambet kamu ntar." aku cuma senyum tipis.
"Kenapa kok bengong? Sini cerita sama abang." ucap Hangyul buat aku geli anjir. Mana pake ngewink lagi. Udah gitu wink nya gagal, malah kedip semua. Mau ngakak aja bawaannya.
"Nggak mau cerita. Abangnya genit." bales aku.
"Ya kan dek?" tanya aku ke Alvaro yang ada di kasur. Anakku cuma kedip - kedip, nggak mudeng. Iya mama tau kok kamu enggak paham :)
"Tapi cinta kan?"
"Enggak, cintanya kan kemarin. Sekarang enggak." ucap aku, siapa suruh ngeselin.
"Yaudah aku pergi." Hangyul berdiri dan jalan ke arah pintu, "Ini aku beneran."
"Yaudah." ucap aku. Palingan juga bohongan. Ntar juga balik lagi.
Tuh kan, apa aku bilang. Dia balik lagi dan tiduran di sebelah anaknya. Labil kek remaja, nggak tau lagi dah. Pusing. Hangyul natap aku yang lagi duduk. Aku ngernyitin dahi ke arah dia. Seolah - olah tanya 'kenapa?'
"Mikirin apa?" tanya dia.
Aku ngehela nafas, "Mama." ucapku pelan.
Hangyul bangun dan genggam tangan aku, "Ada aku, nanti aku yang bilang sama mama." ucap Hangyul.
"Apa mama bakal ngerti? Mama keras kepala, Gyul." aku nunduk milin ujung baju.
"Mama bakal ngerti. Jadi nggak usah dipikirin." aku ngangguk. Padahal dalem hati aku ganjel banget. Takut, resah, sedih, seneng jadi satu. Aku udah mau nyerah aja.
Zrass!
Awan mendung menumpahkan isinya. Halilintar terdengar menyahut. Sesuatu melintas dipikiranku. Aku memejamkan mata, mengingat - ingat sesuatu. Dan itu sangat mengganjal di hati.
"Kenapa?" tanya Hangyul mengalihkan pikiranku. Sungguh ada sesuatu yang mengganjal.
"Kok aku ngerasa ada yang janggal ya, Gyul?"
"Perasaan kamu aja kali."
"Enggak."
"Iya."
Aku memejamkan mata, dan...
"ANJAY JEMURAN GUA BANGSUL!!!!!!" aku langsung lari ke halaman belakang, nyelametin jemuranku. Nggak lucu banget kalo basah. Nyucinya pake perjuangan soalnya. Aku lebih suka nyuci sendiri, daripada dicuciin orang.
Aku buru - buru ngangkat jemuran. Aku ngelempar jemuran ke kursi yang ada di halaman, "WONY! DODO! BANTUIN KAKAK!" teriak aku keras.
Wonyoung sama Dohyon langsung melejit ke halaman belakang dan bantuin aku ambilin jemuran yang udah basah kuyup. Mana hujannya deres banget. Ah sial!
Rambut aku jadi lepek gara-gara kehujanan. Aku meratapi jemuranku yang basah, nggak bisa terselamatkan. Nyesek banget, pengen nangis. Kalau gini ya udahlah, pasrah. Aku masuk ke dalem rumah lagi dengan keadaan basah kuyup bertiga, aku, Wonyoung sama Dohyon. Kek bocah habis maen hujan - hujanan gak sih?
"Astaga, cucu - cucuku. Yang satu udah jadi mama masih main hujan - hujan. Yang lain mau lulus sekolah, nanti sakit nggak bisa ikut ujian." ucap nenek. Aku nyengir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Marriage [Hangyul - SinB] ✔
Fiksi PenggemarKetika perasaan harus menyatu, perasaan keduanya yang seperti batu. Keras, namun dapat dilunakkan. [End] 17+