🌷20

1K 122 2
                                    

🌷🌷🌷

Hampir 24 jam Hangyul masih setia menutup mata. Hampir 24 jam Sinbi setia menemani Hangyul, bahkan ia lupa makan dan minum. Seharusnya ia sadar. Ada satu nyawa lagi yang harus ia jaga, yaitu janin dalam perutnya.

"Kak lo nggak makan?" Sinbi tetap diam. Sudah daritadi Minhee menawarkan makanan apa saja ke Sinbi, tapi kakaknya itu tetap batu, "Makanlah kak, kasihan ponakan aku kelaperan." Sinbi memegang perutnya. Ia lupa bahwa ada anaknya yang harus makan. Dia tidak boleh menyiksa diri.

Sinbi mengangguk dan berdiri menghampiri Jessica dan Tiffany di sofa yang ada di situ. Papa Hangyul dan Jaehyun pulang, karena banyak kerjaan. Kak Chaeyeon katanya ingin datang juga, tapi Aydan dan Aleyna dilanda flu dua - duanya. Mama satu itu tidak mungkin membawa kedua anaknya ke rumah sakit bukan?

Minhee hari ini libur dulu. Ia sangat bersyukur karena tidak jadi ulangan matematika, tapi ia sedih karena kakak iparnya. Tapi sama saja, pasti nanti ikut susulan. Minhee memainkan hpnya. Banyak chat dari pacarnya, yang menanyakan kenapa Minhee tidak masuk. Mahkluk bucin emang Minhee. Kalau saja Sinbi tahu, sudah dijadikan ceng - cengan.

Di rumah...

Aurel sendirian di rumah. Ia juga tidak tahu mengapa Hangyul dan Sinbi tidak ada. Tapi, Aurel memilih ke rumah sakit untuk cek kandungan bayinya.

Di ruangan rawat Hangyul, Sinbi sudah makan walau hanya setengah porsinya saja. Ia masih menunggu Hangyul, tinggal beberapa menit lagi. Ia masih berharap Hangyul bangun. Hatinya terasa berdesir, menatap nanar alat - alat yang terpasang di tubuh Hangyul, "Mau sampai kapan kamu tidur, Gyul?" tiba - tiba tubuh Hangyul kejang - kejang.

"Hangyul!"

"Mama cepat panggil dokter. Cepat mama! Minhee!" Minhee memanggil dokter.

Tak lama kemudian dokter Wooseok masuk dan menangani hangyul. Sinbi dan lainnya dimohon untuk keluar dulu oleh suster. Sinbi menatap Hangyul sambil menangis lewat kaca kecil yang ada di pintu, "Bertahanlah Hangyul. Demi aku, demi anak kita." ucap Sinbi dalam hati.

Ceklek...

"Gimana?"

Dokter Wooseok menggeleng, "Hangyul, koma. Berdoa saja ia cepat sadar. Tapi kami tim dokter tidak bisa memprediksi ia akan sadar kapan. Maaf." dokter Wooseok pergi bersama suster.

Lutut Sinbi lemas, ia terduduk di lantai dan menangis, "Nggak, Hangyul. Hikss, mama Hangyul ma. Suruh dia bangun, suruh dia bangun. Minhee suruh dia bangun! Hiks." Minhee menyuruh Sinbi berdiri dan mencoba menguatkan kakaknya.

Seorang wanita hamil mendengar semuanya. Jadi ini alasan Hangyul dan Sinbi tidak di rumah. Apakah ini semua salahnya? Tidak bukan? Matanya memanas saat mendengar bahwa Hangyul koma, ya dia Aurel.

Aurel duduk di salah satu kursi tak jauh dari ruang rawat Hangyul. Dia terisak dan menutup wajahnya. Sama seperti Sinbi, dia sangat sakit mendengar berita ini. Tapi, ia tidak berani mendekat, karena Tiffany tidak menyukai Aurel yang tidak jelas asal - usulnya.

Dari pertama Aurel dan Hangyul menjalin hubungan, keluarga Hangyul tidak ada yang menyetujuinya. Ditambah lagi kakak Aurel yang termasuk pelayan di club malam.

Aurel beranjak dan dia memilih pergi dari rumah sakit itu. Walau hati ingin sekali melihat Hangyul. Tapi keadaan tidak mendukung.

Sinbi duduk lemas di dalam, perutnya sempat keram tadi. Tapi sekarang sudah tidak. Ia sudah tak menangis, seakan - akan air matanya kering. Wajahnya pucat, rambutnya berantakan. Ia masih memakai piyama tidur dari 24 jam yang lalu.

Mama Jessica dan Minhee memilih pulang dan membawakan pakaian untuk Sinbi. Jessica tak perlu ke rumah Sinbi. Di rumahnya masih banyak baju Sinbi yang ada di dalam lemari.

Secret Marriage [Hangyul - SinB] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang