🌷🌷🌷
"Dewi keberuntungan kayaknya lagi mihak ke kakak. Tanpa kakak lakuin apa - apa. Dia udah terkapar gak berdaya." ucap perempuan itu.
"Kak Luna. Setelah aku pikir panjang. Aku setuju, buat nyingkirin Sinbi dan ngambil Hangyul lagi." ucap Aurel sambil menunduk.
"Nah gitu dong. Baru adek kakak." Luna menepuk rambut Aurel, kemudian pergi, "Maafin aku, Sinbi. Tapi aku cinta sama Hangyul."
🌷🌷🌷
2 bulan kemudian...
"Minhee! Cepetan!" Sinbi berteriak di rumahnya. Selama dua bulan Sinbi tinggal di rumah mama Jessica, hidup Minhee tidak tenang. Ia selalu saja disuruh - suruh Sinbi beli ini-itu dan mengantarkannya kemana saja yang ia mau.
"Cepetan Minhee, nanti anak aku ileran kamu yang tanggung jawab!"
"Sabar elah! Lagi nyari kunci motor!"
"Makannya naro kunci motor jangan sembarangan! Sekarang hilang."
"Yaudah si, banyak omong lo ah! Nggak tau susahnya jadi gua, lo suruh - suruh everyday! " Sinbi memutar bola mata dan lanjut memakan keripik yang ada di dalam toples. Sinbi mengelus perutnya yang sedikit membuncit. Kehamilannya sekarang berumur 3 bulan.
"Om kamu emang males. Jadi sabar ya." ucap Sinbi yang masih di dengar Minhee. Bagaimana tidak dengar, Minhee saja mencari kunci motor di sekitar tempat Sinbi.
"Gua denger ya."
"Oh kedengeran? Lain kali bisik - bisik aja ya sayang kalo ngomongin om Minhee." Minhee buru - buru pergu membelikan makanan yang Sinbi inginkan setelah menemukan kunci motor.
Ini masih pagi, tapi Sinbi mager parah. Ia memilih ke depan rumah dan mengambil selang air untuk menyiram tanaman. Matanya mengarah ke rumah seberang, ya rumah Yohan. Ia melihat ada orang banyak di sana, dan seorang gadis cantik. Apa itu calon Yohan? Yohan bilang pada Sinbi akan menikah.
Sinbi melanjutkan acara menyiram tanamannya. Aroma tanah yang menyeruak membuat Sinbi merasa tenang. Ia sangat suka aroma tanah yang terkena air. Setelah itu ia duduk di kursi rotan yang ada di sana.
Nanti malam ia akan pergi ke rumah sakit, dan gantian menjaga Hangyul dengan mama Tiffany.
"Kamu kangen kan sama papa? Nanti malem kita ketemu papa, oke?" Sinbi menyenderkan punggung. Sudah 2 bulan Hangyul masih koma. Ia sangat merindukan Hangyul, sungguh.
Sinbi tidak ingin menyerah. Ia akan tetap kuat demi semuanya. Walau ia tidak dapat memahami alur dan belum menemukan ujung. Tapi, ia percaya apapun pasti akan berujung. Entah itu bahagia ataupun sedih. Jika disuruh memilih, Sinbi akan memilih bahagia. Itu jawaban pada umumnya. Tapi, ia tidak akan berharap lebih.
Sudah 2 bulan masalah itu berlalu. Bahkan, Sinbi tidak mau buka suara atau cerita kepada keluarganya. Entah mengapa lebih baik ia sembunyikan. Tidak seharusnya menambah kesedihan. Kesedihan sekarang saja membuat mereka lemah. Apalagi Sinbi yang harus menopang semua itu. Perasaanya tidak kuat, tapi ia sanggup membangun tembok baja untuk memperkuat hatinya.
Ia sudah siap, jika saja tembok itu hancur dan pertahanannya runtuh. Itu bukan akhir. Apapun yang hancur, pasti dapat dibangun kembali.
Dari arah pagar, Minhee membawakan pesanan Sinbi. Bubur ayam di dekat minimarket. Sudah bertahun - tahun langganan di sana. Sinbi menghampiri Minhee yang kesusahan membuka pagar.
Setelah Sinbi membukakan pagar. Minhee mengendarai motornya masuk dan menyerahkan pesanan, "Nih, ongkir sama dengan kembalian."
"Ambil aja."

KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Marriage [Hangyul - SinB] ✔
Fiksi PenggemarKetika perasaan harus menyatu, perasaan keduanya yang seperti batu. Keras, namun dapat dilunakkan. [End] 17+