7. He's Coming

1.8K 207 23
                                    

He's Coming

Minggu ini Nine maupun Dome -yang menginap di kondo Nine- menghabiskan waktu mereka dengan belajar dan mereview pelajaran kemarin sore. Setelahnya Nine mengajak Dome untuk bersantai sembari bermain playstation. Sebisa mungkin Nine membuat sahabatnya ini bisa sedikit melupakan kejadian kemarin antara dirinya dan si lelaki bernama Pavel.

Ben sendiri tidak dapat datang malam tadi ke kondo Nine dikarenakan ia dan keluarganya tengah menghadiri acara penting. Itu adalah alasan yang Ben katakan pada Nine saat ia menelepon langsung Ben malam kemarin. Padahal Nine berharap mereka bertiga bisa menghabiskan waktu libur bersama, sudah lama sekali juga Ben dan Dome tidak menginap di kondonya.

"Nine, apa kau yakin hari ini akan memenuhi undangan dari keluarga Aydin itu?" tanya Dome disela-sela kegiatannya yang sedang memainkan game resident evil.

Nine yang masih menatap fokus layar televisi mendengus sebal.
"Kau pikir aku seberani itu menolak undangan mereka? Lagipula ini hanya acara makan malam biasa, kurasa aku tidak perlu khawatir."

"Kalau terjadi sesuatu disana, jangan lupa hubungi aku atau Ben." ucap Dome yang membuat Nine sontak memukul kepala sahabatnya itu.

"Aku kan sudah bilang jangan menakut-nakutiku Dome. Sekali lagi kau melakukannya, aku akan menendangmu keluar dari kondoku." ancam Nine yang hanya dibalas cengiran lebar oleh Dome.

Dome terlihat berpikir sejenak dan kemudian mempause game yang tengah ia mainkan.
"Malam ini aku menginap lagi yah Nine? Aku akan menjaga kondomu saat kau pergi ke rumah si konglomerat itu." pinta Dome dengan nada memohon.

"Berjanjilah kau takkan membuat kondoku berantakan," kata Nine dengan nada mengancam yang dibalas anggukkan cepat dari Dome.
"Lalu bagaimana untuk pakaianmu Dome? Pakaian milikmu yang ada disini hanya baju dan celana yang sekarang sedang kau pakai saja." tambahnya.

"Aku sudah memberitahu Ben tentang kondisiku saat ini dan ia sudah berjanji malam ini akan kemari untuk membantuku mengambilkan pakaian." balas Dome yang mulai kembali memainkan gamenya.

"Bagaimana kalau Ben hanya bercanda dan ia tak mau melakukannya untukmu?"

"Gampang saja, aku akan bilang padanya kalau sahabatku kini cuman kau seorang saja."

"Ha ha ha, tidak lucu."

Nine menggeleng-gelengkan kepala mendengar candaan Dome dan ia kembali menatap layar televisi, dimana karakter yang Dome mainkan kini sedang menembaki para zombie.

Nine menghela napas pelan. Ada sesuatu yang mengganjal di pikirannya yang ingin ia tanyakan pada sahabatnya ini. Tapi Nine sendiri tidak berani bertanya langsung pada Dome. Nine hanya merasa khawatir karena Dome tidak pernah semarah itu dan bahkan bisa sampai menangis dihadapannya.

Tanpa sadar Nine kembali menghela napas panjang untuk yang kesekian kalinya dan apa yang dilakukan itu tak luput dari lirikkan kedua mata Dome.

"Kau tidak perlu memikirkannya lagi Nine." ujar Dome.

"Hm? Maksudmu?"

"Aku tahu apa yang sedang kau pikirkan."

"Aku hanya merasa khawatir padamu saja Dome. Aku tidak pernah melihat kau semarah dan se-emosional itu." timpal Nine.

"Dia hanya lelaki bajingan. Cukup itu saja yang harus kau tahu Nine." balas Dome.

"Dome, lelaki bajingan tidak akan mau memohon-mohon seperti itu."

Kali ini Dome yang menghela napas frutasi karena kekeras kepalaan sahabatnya ini. Dome tidak menyalahkan hati lembut Nine yang tidak bisa diam saja bila ia melihat seseorang memohon ataupun merengek didepannya. Nine selalu saja membela mereka. Dan terkadang pola pikir Nine yang seperti itu membuatnya jengkel.

DESTINYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang