49. Prejudice

1.6K 143 59
                                    

Warning
.
.
.

Typho

Enjoy! Don't forget to give me star

---o0o---

Prejudice

Joong mengumpulkan pakaian mereka berdua yang tergeletak di lantai. Ia tidak bisa berbuat apapun selain menatap dengan cemberut pada sosok sang mate. Dimana kini Nine tengah mengeluarkan suara dengkuran halus.

Keinginan Joong untuk lanjut bercinta dengan Nine pupus sudah. Ia harus menahan hasrat heatnya yang masih banyak tersisa. Tak ingin memaksakan kehendak pada sosok yang terbaring lemah di kasur itu.

Joong terlebih dahulu memakai pakaian tidurnya. Sebelum ia memasangkan pakaian tidur milik sang mate. Dan kekasihnya itu sempat meracau tak jelas saat ia memasangkan kembali piyamanya barusan.

Sangat manis dan lucu. Membuat Joong harus menahan diri untuk yang kesekian kali agar tak menggigit lehernya.

Joong tak berniat tidur di ruangan bioskop. Kasur springbed yang keduanya pakai untuk bercinta sudah sangat berantakan dan agak kotor. Meski pun kasur springbed lain bisa dipakai. Joong tetap memilih untuk pergi tidur di kamarnya.

Ia ingin tidur berduaan dengan Nine. Memeluknya erat dalam dekapan. Dan melihat reaksinya di pagi hari setelah apa yang mereka berdua perbuat malam ini.

Dirinya juga sadar kalau tubuh mereka berdua lengket dan terdapat noda sperma. Maka dari itu, selain dirinya yang ingin membersihkan diri, Joong juga berniat untuk memandikan Nine. Ia ingin keduanya tidur dengan nyaman dan nyenyak malam ini. Terutama sang mate tentunya.

"Tuan muda?!"

Seorang maid segera menghampiri sosok Joong yang baru saja keluar dari ruangan bioskop. Dengan sosok Nine yang tertidur dalam pangkuannya. Joong memangku Nine bridal style.

Raut wajah sang maid menyiratkan rasa kejut. Saat ia melihat warna mata si calon alpha yang berwarna merah. Ia juga bisa merasakan aura werewolf yang mendominasi menguar dari tubuhnya.

Sang maid menelan ludahnya berat. Ia secara tak sengaja memperhatikan area leher Nine yang penuh bercak merah. Begitu pun juga dengan leher milik si calon alpha.

Sebagai seorang werewolf omega, ia hanya bisa menundukkan kepala.

"Adakah yang bisa saya bantu, tuan muda?" ucapnya dengan suara pelan.

"Bereskan ruangannya," titah Joong. Ia menatap tajam sang maid yang masih menundukkan kepalanya karena takut.

"Jangan beritahukan pada siapapun apa yang kami lakukan di dalam sana." ancamnya dengan suara geraman.

Sang maid langsung membungkukkan badannya dalam-dalam. "Te-tentu, anda tak perlu khawatir, tu-tuan muda." balasnya agak terbata.

Sang maid pun bergegas masuk ke dalam ruangan bioskop. Melaksanakan perintah dari tuan mudanya. Dan Joong kembali berjalan. Melangkahkan kedua kaki jenjangnya. Masih dengan membawa Nine dalam gendongan.

"Joong?!"

Kali ini ia bertemu dengan ayahnya, sang alpha. Mereka berpapasan di ujung lorong menuju ruang tengah mansion. Tepat sebelum Joong melangkahkan kakinya pada tangga menuju lantai dua.

"Apa yang sedang kali-" Julien tak melanjutkan kata-kata saat melihat warna mata putranya. Warna mata yang sama seperti dirinya jika berada dalam kondisi heat.

DESTINYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang