36. Guilty

1.5K 174 61
                                    

Author Note : Chapter ini terfokus pada PavelDome dengan sedikit scene 'ekhem' diakhir.

Di chap sebelumnya dijelaskan kalau Nine kelak bakal tekdung alias hamil. Itu artinya kan ada prosesnya ya, tahu lah mereka berdua harus gimana dulu.

Eh, jangan sok polos ya readers sekalian wkwkwk

Request kalian, adegan - ayo bikin bayi buat J9 - dijabarkan atau di skip seperti chapter ini (PavelDome)

Sekian dan Terima Kasih

---o0o---

Warning
.
.
.
Typo

---o0o---

Dome Condo

"Kau yakin tak ingin pergi ke dokter, Dome?"

Pavel bertanya dengan raut muka yang serius pada matenya. Tak bisa dipungkiri pula kalau dia bertanya dengan nada yang menyiratkan rasa kekhawatiran.

Sosok yang menjadi pusat perhatiannya kini tengah duduk disamping. Mencoba untuk mengoleskan salep pereda nyeri disekitar lehernya yang terluka.

Leher Dome agak sedikit berwarna kemerahan dan di beberapa tempat terlihat kebiruan karena cengkraman tangan ayah sang kekasih beberapa waktu yang lalu.

Meski begitu, Dome merasa sangat bersyukur karena tulang lehernya tidak ada yang patah. Bila itu sampai terjadi, tamatlah sudah riwayatnya.

"Tidak Vel, tak perlu. Aku bisa mengobatinya sendiri."

Dome menjawab pertanyaan sang kekasih, yang untuk kesekian kalinya itu dengan malas.

Setelah kepergian ayah Pavel dari hadapan mereka berdua. Kekasihnya ini terus-terusan menanyakan kondisinya. Ia juga menanyakan apa saja yang sudah diperbuat dan dikatakan oleh ayahnya itu kepada dirinya.

Dan Dome menjawab pertanyaan Pavel sejujur-jujurnya. Menceritakan kembali apa yang terjadi antara dia dan ayahnya sebelum Pavel tiba di sana.

Pavel marah? Sudah jelas.

Sang werewolf bahkan tak ada hentinya untuk meminta Dome memeriksakan kondisi leher bekas cengkraman tersebut pada dokter.

Akan tetapi Dome menolak permintaan dari kekasihnya tersebut. Karena luka yang dirasakannya tidak lah separah, seperti yang dikhawatirkan oleh sang kekasih.

"Dia benar-benar serius melukaimu Dome,"

Pavel berkata dengan kesal sembari mengambil salep pereda nyeri dari tangan Dome. Membuat sang mate langsung menatap protes kepadanya.

"Apakah lehermu masih sakit?" tanya sang werewolf kemudian.

Pavel pun mengoleskan salep pereda nyeri tersebut disekitaran leher Dome.

Ia mengolesi dan mengusapnya dengan sangat lembut. Seolah-olah ia takut bila sedikit saja memakai tenaga, kekasihnya itu akan merasa kesakitan karena usapan pada lehernya.

"Tidak, tidak sesakit seperti sebelumnya."

Dome membalasnya sembari memejamkan kedua mata. Menikmati sentuhan tangan kekasihnya yang mengoleskan obat salep tersebut di leher.

Pavel memandang raut muka tenang Dome dengan wajah yang sedih. Ia benar-benar merasa amat bersalah pada matenya.

Karena dirinya lah, Dome kini terluka dan kesakitan.

DESTINYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang