38. Family

1.3K 170 40
                                    

Author Note : Fast Update karena libur kerja
Semoga chapter yang dibuat kebut ini gak mengecewakan hehehe

---o0o---

Warning
.
.
.
Typo

---o0o---

Family

Aydin Mansion

18.27 PM

Sebuah mobil taksi terlihat sedang melaju menyusuri jalan panjang menuju kediaman keluarga Aydin.

Dimana, dalam mobil taksi tersebut terdapat sosok ibunda Nine, sang mantan Slayer.

Pesawat yang ia tumpangi dari Chiangmai menuju bandara Suvarnabhumi tiba beberapa waktu yang lalu. Dan ibunda Nine tak menyia-nyiakan waktunya sedetik pun. Ia langsung bergegas mencari sebuah taksi untuk mengantarkannya menuju Aydin Mansion.

Didalam taksi yang ditumpanginya. Terlihat jelas sekali dari raut wajah dan gerak tubuh sang mantan Slayer kalau saat ini ia sangat tidak tenang. Bisa dikatakan kalau ibunda Nine sedang dilanda rasa gelisah luar biasa.

Pikirannya kini terisi penuh oleh sang putra. Dia terus memikirkan keadaan putranya, Nine, yang ia sendiri tak tahu bagaimana kondisinya saat ini.

Beberapa kemungkinan buruk sempat melintas didalam benak sang mantan Slayer tersebut. Dan meskipun ia berusaha untuk melenyapkan pemikiran negatifnya itu. Araya tak bisa mengelak sebuah kemungkinan kalau ia akan kembali ditinggalkan oleh sosok yang sangat dia sayangi dan kasihi.

Saat mobil taksi itu berhenti tepat di depan pintu gerbang utama mansion keluarga Aydin. Araya langsung memberikan uang kepada sang sopir meskipun lembaran uang yang ia berikan melebihi harga agro.

Tanpa mempedulikan sang sopir yang sedang menghitung uang karena merasa kalau Araya memberinya lebih. Araya bergegas keluar dari mobil taksi tersebut sembari menarik kopernya yang ia bawa.

Begitu Araya keluar, ia melihat empat orang yang berpakaian seperti tentara berjalan menuju ke arahnya. Dibelakang keempat sosok itu ada sosok lainnya. Seorang perempuan muda cantik yang berpakaian seperti pelayan atau maid.

"Selamat datang, nyonya Araya," sosok perempuan berpakaian maid tersebut menyapanya. Tak lupa ia sedikit membungkukkan badan dengan sopan pada Araya.

"Tuan Julien sudah menanti kedatangan anda kemari." ujarnya sembari tersenyum lembut pada ibu Nine.

"Putraku, bagaimana keadaan putraku saat ini?" Araya yang gelisah dan ketakutan setengah mati itu tak bisa menahan diri untuk menanyai kabar keadaan putra semata wayangnya.

"Nyonya tidak perlu khawatir. Kami telah berusaha sebaik mungkin untuk mencari cara agar tuan Nai bisa disembuhkan," balas sang maid dengan suara lembut, berusaha menenangkan kegelisahan hati ibunda dari mate si calon Alpha.

"Saya akan mengantar nyonya Araya ke tempat dimana tuan Nai berada," lanjutnya masih dengan nada yang lembut dan sopan.

"Silahkan nyonya, ikuti saya."

Maid tersebut kembali membungkuk dengan hormat pada Araya. Ia bahkan sempat meminta Araya untuk menyerahkan koper yang ia bawa untuk dibawanya. Akan tetapi dengan sopan Araya menolaknya karena merasa tak enak hati.

Keduanya kemudian masuk ke dalam gerbang dan berjalan menyusuri jalan setapak. Jalan setapak menuju mansion tidaklah terlalu jauh. Mereka hanya perlu melewati sebuah lapangan basket dan kebun bunga besar milik sang Luna untuk sampai disana.

DESTINYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang