Jam sudah menunjukan pukul 7 malam,namun belum ada tanda tanda bahwa Vano akan pulang.Aresha sudah menyantai di kamarnya sambil memainkan ponselnya.
Entah mengapa Aresha sekarang begitu ingin makan martabak,yah mungkin karena martabak merupakan makanan favoritnya,ia dapat menghabiskan satu kotak martabak itu sendiri.
Aresha memutuskan untuk menghubungi Vano untuk membelikan dirinya martabak,ia tidak perduli kalau Vano pulang pasti akan mengodanya karena tadi pagi ia merajuk dan sekarang malah minta di belikan martabak.
Aresha sudah menyuruh Vano membelikan martabak yang ia pengen itu,dan tentu saja di jawab oke oleh Vano.Sekarang ia hanya perlu menunggu saja sampai Vano pulang dan membawakan martabak pesanannya.
Setelah 15 menit menunggu akhirnya Aresha mendengar suara mobil Vano,ia langsung turun untuk menyambut martabaknya,ingat loh martabak bukan Vanonya.
Ketika sudah sampai di depan pintu masuk apartemen,Aresha langsung membuka pintunya dan munculah sosok Vano.Aresha tidak melihata adanya tanda tanda martabak.
"Martabak gue mana!?"tanya Aresha dengan tidak santai.
"Ehh,tadi pas gue beli imartabaknya dia ambil sama Clara karna dia lagi pengen banget katanya sudah satu minggu pengen itu"balas Vano dengan wajah bersalahnya.
1 minggu?bagaimana dengan Aresha yang sudah mengidam ngidamkan makan martabak dari berbulan bulan lalu dan selalu tidak kesampain dengan alasan papanya lupa atau habis.
Tanpa basa basi lagi Aresha langsung menutup pintu itu dengan kencang dan hampir saja pintu itu mencium wajah Vano kalau cowo itu tidak gercep mundur.
Arekha masuk ke apartemennya dan langsung menuju ke kamar mereka untuk menyusul Aresha yang ngambek mode on,masalah tadi pagi saja belum kelar.
"Aresha!liat sini dong"pinta Vano
"..."
"Liat sini dulu dong sayang,kalau ngambek ntar gak cantik lagi"ucap Vano tidak goyah membujuk istrinya itu.
"..."
Vano memutuskan untuk mandi saja terlebih dahulu dari pada waktunya terbuang sia sia dengan berbicara dengan Aresha yang serasa berbicara dengan angin.
Setelah Vano selesai mandi cowo itu keluar dengan boxernya dan bertelanjang dada,itulah salah satu kebiasan Vano yaitu tidak memakai baju ketika di rumah.
Vano berjalan mendekati Aresha,dia ikut berbaring di sebelah Aresha tanpa menyentuh istrinya itu beberapa menit.
Dan tiba tiba Vano memeluk Aresha dari belakang dengan keadaan berbaring,Vano juga menaruh wajahnya leher Aresha untuk menhirup wangi tubuh istrinya ini.
Vano menghirup dalam dalam wangi khas tubuh Aresha yang sepertinya menjadi cadunya setelah menikah.
Vano mencium leher Aresha dengan lembut dan menghisapnya sangat kuat dan membuat tanda kepemilikan yang di sebut Kiss Mark itu timbul,bukan hanya sekali tetapi Vano melakukan itu berulang ulang kali.
Tindakan Vano tadi benar benar membuat Aresha geli,ia benar benar menahan agar tidak mengeluarkan suara sedikitpun walaupun itu susah.
"Jangan marah lagi,itu martabaknya ada gue beliin,gue cuma bercanda tadi"ucap Vano sambil mengelus kepala istrinya itu.
Aresha langsung berbalik badan dan memasang muka wajah marahnya,bisa bisanya suaminya itu mengerjainya.
"What!-"ucap Aresha terhenti karena ia merasakan Vano mencium bibirnya.
Aresha membeku di tempat,ini baru pertama kalinya ia berciuman,jadi wajar saja.
Vano melepaskan ciumannya dan menatap Aresha penuh sayang."Gue tau lo mau marah"ucap Vano
KAMU SEDANG MEMBACA
Married My Enemy(Completed)
Fiksi Remaja(REVISI) "Perjodohan?1 kata yang rasanya sudah tidak asing di telinga kita.Namun,inilah yang gue rasain,di jodohin sama musuh sendiri"Aresha Adira Raveena Lecester "Di jodohin?gue kesal tapi gue gak mau buat ortu gue kecewa jadi iyain aja.Gue juga b...