SEPULUH

11.1K 1.2K 11
                                    

Zaviyar Co.

"Kamu lagi teleponan sama siapa Ran?"

Rani tampak gelagapan menutup telepon. Sejak pertemuan di kafe, gadis ini memang bertukar nomer ponsel dengan Fara.

"Telepon pribadi atau masalah kantor? Kalau telepon pribadi, gunakan jam istirahat makan siang. Jangan jam kerja."

"Baik Pak."

Inilah yang membuat Rani tidak sepenuhnya tertarik dengan Bos gantengnya. Lelaki ini cenderung perfeksionis dan kaku jika sudah bicara tentang profesionalisme di tempat kerja.

Gadis duapuluhtujuh tahun itu lebih suka berdandan cantik untuk mendapat perhatian teman-teman Pak Zavi. Bukan untuk menarik hati Bosnya. Bosnya begitu dingin dan untouchable.

Sebut saja Galang, arsitek muda yang sering bekerjasama membangun apartemen milik Pak Zavi. Wajah dan penampilannya tidak kalah tampan dari Bosnya.

Satu lagi, Pak Tristan. Seorang dokter yang juga olahragawan. Teman bermain golf Pak Zavi setiap dua pekanan. Dan Rani akan senang hati menawarkan diri menemani meski itungannya jadi lembur untuk dirinya.

Dan catat, ketiga pria tampan ini statusnya adalah single dan Rani hanya bisa berharap salah satu dari mereka ada yang serius mencari pasangan.

Terus terang dia lelah mesti bekerja 5 hari dalam seminggu. Meski gajinya cukup menjanjikan, tapi dia berencana suatu saat akan resign dan menjadi ibu rumah tangga dari pria kaya yang bisa membuat hidupnya bahagia lahir batin.

"Ran, kamu nggak digaji buat banyak ngelamun. Dari tadi saya telepon line kamu, sibuk terus.

Sadar kamu, itu gagang telepon nggak ditutup dengan benar. Siapa sih yang pagi-pagi telepon kamu, sampai kamu begini?"

Zaviyar keluar dari pintu ruangannya dengan wajah murka dan tanpa ijin, ia mengambil ponsel sekertarisnya.

"Pak, jangan Pak... "

Terlambat sudah.

"Halo, Rani? Ya saya sudah otw nengok Pak Zul. Bos kamu masih di kantor kan? Nanti kasihtahu ya, kalau beliau dah menuju ke rumahsakit, saya buru-buru pulang."

Zaviyar sengaja membuat nada loudspeaker dan semakin membuat wajah Rani menjadi pucat.

"Sejak kapan kamu bertukar nomer telepon dengan gadis bernama Fara?"

Rani berulangkali meminta maaf. Namun Zaviyar tidak menggubrisnya.

"Tolong atur pertemuan siang ini antara saya dan dr Faris, Direktur RS Medika Raya di Lotus Resto, hotel Andalusia. Saya ingin membuka kerjasama dengan beliau.

Proyek baru saya adalah apartemen di belakang rumahsakit target market adalah karyawan dan juga pasien terutama warganegara asing yang rutin berobat disana. Cepat agendakan dan nggak pakai lama ya Ran."

Rani mengangguk. Tiba-tiba gadis itu memukul kepalanya sendiri dan kesal karena Bosnya meminta sesuatu yang sulit dipenuhinya.

Bagaimana mungkin membuat janji mendadak dengan Direktur RS Medika Raya yang terkenal. Bahkan nomer telepon sekertarisnya saja, dia tidak punya.

Otak cantiknya tiba-tiba menemukan ide untuk menghubungi dokter Fara lagi. Pasti dokter yang baik hati itu, akan berusaha membantunya.

Rani sengaja menelepon di kamar mandi, menghindari kena semprot lagi oleh Bos Zaviyar.

"Halo, dokter Farah? Dok, Rani minta bantuan dong."

"Ya Ran. Maaf saya lagi bonceng motor. Boleh kirim whats app dulu Ran? Insya Allah kalau sudah sampai, saya telepon balik ya."

Suara Fara di seberang bertanya dengan nada bersahabat. Membuat sekertaris cantik Zaviyar itu, tersenyum lega.

                           ❤❤❤

LOVE NEEDS NO REASONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang