EMPAT PULUH

11.5K 979 28
                                    

Arsen mengikuti taksi yang mengantar Fara, dari depan lobi kantor. Dia mendapat kabar dari Lydia, sekertarisnya. Hampir setiap hari Jum'at, Fara ijin pulang lebih awal. Lydia menyindir Fara, seolah hanya makan gaji buta.

Jum'at pekan lalu, Fara ijin untuk mengantar Bundanya ke rumahsakit.
Arsen sengaja mengikuti Fara karena ia ingin memastikan gadis itu tidak berbohong padanya.

Lelaki itu turun dari mobil dan memilih bersembunyi di pilar depan gedung Rehabilitasi medik.

Dia melihat Fara tersenyum dari balik kaca, melihat ke arah Bundanya yang sedang menjalani fisioterapi.

Namun di dalam ruangan itu, juga tampak Zaviyar sedang mengikuti sesi terapi. Sepertinya Fara sengaja bersembunyi agar suaminya tidak menyadari keberadaannya.

Kali ini Arsen meminta Pak Jono menemaninya. Ia menjaga jarak dengan taksi yang mengantar Fara.

Mungkinkah hari ini gadis itu akan kembali mengunjungi Zaviyar di rumahsakit. Ia hanya bisa menduga dalam hati. Sebentar kemudian, ia melihat taksi yang mengantar Fara, berhenti di depan toko bunga "Rosa Florist".

Lima belas menit telah berlalu, ia menjumpai Fara keluar dari pintu dengan membawa dua buket bunga mawar. Taksi yang menunggu gadis itu, mulai bergerak menuju jalan tol keluar dari kota Jakarta.

Jalan ini... Jalan ini adalah jalan alternatif yang kerap dipilih Arsen untuk menuju ke rumahnya yang dulu. Rumah sebelum keluarganya pindah ke New York.

Apa mungkin Fara... Ah, tidak.. Tidak mungkin Fara sengaja pergi kesini... Arsen menepis pikirannya yang mulai berkabut.

Tiba-tiba detak jantung lelaki itu mulai berdebar kencang, melihat kendaraan yang berada beberapa meter di depannya, mulai berbelok ke kiri.

"Pak... Bu Fara, ternyata... "

Pak Jono, memberitahukan sesuatu yang kemudian membuat Arsen terduduk lemas.

Taksi biru yang mengantar gadis itu, berhenti tepat di kompleks pemakaman di daerah perbatasan kota Bogor.

Sesaat Arsen memandang dalam diam, sebelum akhirnya ia turun dan mengikuti langkah gadis itu. Ia berjalan hati-hati, agar Fara tidak menyadari bahwa ia mengikutinya.

Lelaki itu terpaku melihat Fara mengeluarkan kain putih yang telah dibasahi air dari botol di sakunya.
Fara membersihkan nisan di makam yang ia sendiri tidak tahu siapa yang diziarahi gadis itu.

Fara lalu beranjak mendekati makam yang hanya berjarak beberapa meter di sebelah makam pertama.

Arsen menahan napas. Itu... Itu makam Alisa. Apa yang Fara lakukan disana. Gadis itu mencabut beberapa rumput liar yang tumbuh di nisan adiknya dan mengambil sapu untuk membersihkan daun yang jatuh di tanah karena tertiup angin.

Kompleks pemakaman ini sudah tertata rapi dan petugas yang mengurus makam, terlihat dari jauh berjalan mendekati Fara dan meminta ijin mengambil sapu yang sedang dipakainya. Namun gadis itu menolak halus.

Fara kemudian mencuci tangan dan berwudlu. Dia duduk di tempat duduk kecil yang disediakan oleh tempat pemakaman.

Terdengar lirih suaranya membaca surat Al-Fatihah dilanjutkan dengan do'a yang kemudian membuat bahu Arsen bergetar.

"Ya Allah, ampunilah dosa Mama Sarah, ampunilah dosa Alisa. Lapangkanlah kuburnya, lindungilah mereka dari siksa kubur, rahmatilah mereka dengan kasih sayang-Mu, ridhoilah amal kebaikan mereka semasa di dunia, sehingga menjadi cahaya penerang di alam kubur.

Kelak kumpulkanlah kami semua bersama mereka, di Jannah-Mu Ya Allah. Aamiin."

Arsen berdiri terdiam, di balik pohon kamboja, yang hanya berjarak beberapa meter di belakang gadis itu.

LOVE NEEDS NO REASONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang